persembahan – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Thu, 22 Oct 2020 22:11:53 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.3 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32 persembahan – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id 32 32 163375744 Apakah Kita Telah Mempersembahkan yang Terbaik? (Mal. 1:6-8) http://studibiblika.id/2020/10/14/apakah-kita-telah-mempersembahkan-yang-terbaik-mal-16-8/ http://studibiblika.id/2020/10/14/apakah-kita-telah-mempersembahkan-yang-terbaik-mal-16-8/#respond Wed, 14 Oct 2020 09:54:04 +0000 http://studibiblika.id/?p=1023 6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di…

The post Apakah Kita Telah Mempersembahkan yang Terbaik? (Mal. 1:6-8) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>

6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?” 7 Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?” Dengan cara menyangka: “Meja TUHAN boleh dihinakan!” 8 Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam.

(Mal. 1:6-8)

Suatu kali, saya berdiskusi bersama beberapa saudara seiman mengenai persembahan persepuluhan. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju. Namun, salah seorang berkata, “Daripada persembahan banyak tetapi tidak rela, lebih baik persembahan sedikit tetapi rela.” Kelihatannya masuk akal, bukan?

Setelah saya perhatikan, perdebatan semacam ini lahir bukan karena ingin mencari kebenaran Alkitab, tetapi karena tidak mau rugi. Berapa banyak orang Kristen yang memberikan persembahan dari sisa uang belanja? Berapa banyak juga orang Kristen yang menganggap pelayanan di gereja tidak perlu serius. “Gereja kan bukan perusahaan. Tidak digaji, lagi….”

Benarkah Tuhan akan berkenan pada persembahan yang asal-asalan? Ketika bangsa Israel yang telah kembali dari pembuangan merasa bahwa kehidupan mereka tidak kunjung membaik, mereka mulai bersikap masa bodoh kepada Tuhan. Salah satunya, mereka memberikan binatang yang cacat sebagai kurban. Padahal jika kita membaca kitab Imamat, berulang kali kita akan menemukan syarat “yang tidak bercela” bagi binatang-binatang kurban. Tuhan menghendaki persembahan yang terbaik, bukan asal-asalan.

Di dalam bagian ini, Tuhan menegur sikap bangsa Israel itu melalui nabi Maleakhi. Jika bupati saja tidak berkenan pada hadiah yang cacat, masak Tuhan akan berkenan? Ibaratnya, ketika tiba-tiba Presiden akan berkunjung ke rumah kita, pasti kita akan memberikan yang terbaik. Jika kepada manusia saja kita berbuat demikian, masak kepada Tuhan malah asal-asalan? Bahkan, jika kita memperhatikan ayat ke-8, persembahan yang asal-asalan itu merupakan perbuatan yang jahat di mata Tuhan.

Mengapa kita bisa jatuh pada sikap yang seperti ini? Kitab Maleakhi menjelaskan bahwa itu terjadi karena kita tidak mengenal kasih Tuhan dengan benar. Semakin dalam kita merasakan anugerah Tuhan, maka kita akan semakin terdorong untuk mempersembahkan lebih kepada Tuhan.

Ketika melihat seorang perempuan berdosa meminyaki kaki Tuhan Yesus, seorang Farisi merendahkan perempuan itu dalam hatinya. Tuhan Yesus menggunakan kesempatan itu untuk menceritakan perumpamaan mengenai dua orang yang berutang, yang seorang 500 dinar dan satunya lagi 50 dinar. Setelah keduanya dibebaskan utangnya, siapa yang akan lebih berterima kasih? Tentu yang berutang 500 dinar. Tuhan Yesus lalu menjelaskan bahwa orang yang lebih banyak diampuni, akan lebih banyak mengasihi Tuhan, sementara orang yang lebih sedikit diampuni, akan lebih sedikit mengasihi Tuhan (Luk. 7:47).

Bagaimana dengan kita? Apakah itu berarti kita yang sakit boleh kurang mengasihi Tuhan? Atau kita yang sulit ekonominya, boleh kurang mengasihi Tuhan? Tidak. Jangan mengukur kasih Tuhan dengan berkat-berkat jasmani, karena pasti kita akan gagal seperti bangsa Israel, yang mengabaikan Tuhan karena keadaan hidup mereka kurang baik. Ukurlah kasih Tuhan dengan anugerah-Nya yang terbesar, yaitu anugerah keselamatan karena penebusan Kristus. Jika ukurannya itu, maka kita semua yang percaya pada Kristus pasti akan mengakui bahwa kita telah menerima yang terbaik dari Tuhan.

Jika Tuhan telah memberikan yang terbaik, maka kita pun sudah selayaknya mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Bukan dengan terpaksa, tetapi rela hati. Tidak hitung-hitungan, karena apa yang Tuhan berikan jauh lebih bernilai dibanding apapun yang kita persembahkan. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan:

  1. Apakah orang Kristen yang penuh dedikasi dalam pelayanannya sudah pasti memberikan yang terbaik pada Tuhan? Renungkan jawabannya berdasarkan renungan ini.
  2. Hal-hal apakah yang selama ini belum Anda persembahkan dalam bentuk yang terbaik kepada Tuhan? Ambillah komitmen untuk memperbaikinya.

The post Apakah Kita Telah Mempersembahkan yang Terbaik? (Mal. 1:6-8) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>
http://studibiblika.id/2020/10/14/apakah-kita-telah-mempersembahkan-yang-terbaik-mal-16-8/feed/ 0 1023
Belajar dari Kisah Persembahan Seorang Janda Miskin (Mrk. 12:41-44) http://studibiblika.id/2020/07/22/belajar-dari-kisah-persembahan-seorang-janda-miskin-mrk-1241-44/ http://studibiblika.id/2020/07/22/belajar-dari-kisah-persembahan-seorang-janda-miskin-mrk-1241-44/#comments Wed, 22 Jul 2020 12:13:41 +0000 http://studibiblika.id/?p=958 41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah…

The post Belajar dari Kisah Persembahan Seorang Janda Miskin (Mrk. 12:41-44) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>

41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. 42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. 43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. 44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk. 12:41-44)

Beberapa tahun belakangan ini, lagu “Hidup Ini Adalah Kesempatan,” banyak digemari oleh orang Kristen. Setiap kali saya merenungkan liriknya, memang lagu ini bisa membangkitkan semangat untuk mempersembahkan diri bagi Tuhan.

Namun demikian, masih banyak di antara kita yang belum memahami bagaimana memberikan persembahan dengan benar. Misalnya, masih banyak orang Kristen yang bertanya, “Apakah persepuluhan diambil dari gaji kotor atau gaji bersih?” Pertanyaan-pertanyaan semacam ini mungkin juga pernah ada di dalam benak kita.

Maka dari itu, mari kita belajar tiga hal penting dari kisah persembahan seorang janda miskin ini.

Pertama, Tuhan tidak menuntut dari apa yang tidak kita punyai. Ada orang yang merasa minder dengan apa yang dipersembahkan orang lain. Sebaliknya, ada juga yang merasa jemawa (angkuh, congkak) karena merasa mempersembahkan lebih banyak dibanding orang lain.

Tuhan Yesus berfirman, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk. 12:48). Tuhan merasa senang dengan dua keping uang receh (BIMK) yang dipersembahkan oleh janda miskin itu, karena memang hanya itulah yang dia miliki. Tetapi, Tuhan pasti sangat kecewa kepada orang-orang yang hanya rela mempersembahkan “uang receh padahal mereka telah diberi berkat yang jauh lebih melimpah.

Ingat, Tuhan tahu segala kelebihan dan kelemahan kita dan Dia memberikannya dengan adil. Justru di situlah letak kekuatan kita jika bersatu dalam gereja. Ada orang yang bisa mempersembahkan lebih banyak uang, tetapi yang lain bisa mempersembahkan lebih banyak waktu. Ada orang yang bisa membuat suasana ceria, tetapi yang lain bisa meneduhkan gejolak.

Tidak ada jenis persembahan yang nilainya lebih tinggi karena sama-sama berasal dari pemberian Tuhan. Semuanya penting karena pekerjaan Tuhan itu sangat kompleks sehingga tidak mungkin bisa dikerjakan hanya oleh satu macam orang. Maka dari itu, mari periksa diri kita, masih adakah hal yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan?

Kedua, persembahan berbanding lurus dengan pemahaman kita terhadap anugerah Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan seperti yang dilontarkan di awal renungan ini mencerminkan ketidakpahaman akan anugerah Tuhan. Tuhan Yesus telah mengurbankan nyawa-Nya bagi kita dan terus memberikan berkat-berkat-Nya di dalam kehidupan kita. Semakin memahami itu semua, maka kita akan semakin terdorong untuk mempersembahkan lebih lagi kepada Tuhan. Perasaan bersyukur seperti inilah yang membuat janda itu rela mempersembahkan seluruh miliknya, padahal dia begitu miskin.

Ketiga, jagalah sikap hati kita dalam memberikan persembahan. Kita bisa mengelabui orang ataupun membenarkan diri. Tetapi, Tuhan tahu segalanya. Cermati bahwa Tuhan Yesus “memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu” (ay. 41). Bangga karena mempersembahkan lebih banyak dibanding orang lain? Menggerutu karena merasa mempersembahkan terlalu banyak? Atau, persembahan dijadikan sebagai sarana akutalisasi diri dan bukannya memuliakan Tuhan? Jauhilah itu semua, karena akan menjadikan persembahan kita sia-sia. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan:

  1. Berkaca dari apa yang dilakukan oleh janda ini, apakah jika demikian kita harus memberikan 100% gaji kita kepada gereja? (Kaitkan dengan Kol. 3:23)
  2. Bagaimana tanggapan Anda dengan orang yang berkata, “Tidak apa-apa mempersembahkan sedikit, asalkan rela”?
  3. Apakah ada milik kita yang belum kita persembahkan kepada Tuhan dengan maksimal? Mintalah hikmat dan kekuatan Roh Kudus untuk mempersembahkannya kepada Tuhan.

The post Belajar dari Kisah Persembahan Seorang Janda Miskin (Mrk. 12:41-44) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>
http://studibiblika.id/2020/07/22/belajar-dari-kisah-persembahan-seorang-janda-miskin-mrk-1241-44/feed/ 1 958