petrus – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Wed, 21 Oct 2020 22:08:20 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.3 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32 petrus – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id 32 32 163375744 Kunci Kesetiaan Seorang Pelayan Tuhan (Luk. 5:1-11) http://studibiblika.id/2019/09/23/khotbah-luk-5-1-11-kunci-kesetiaan-pelayan-tuhan/ http://studibiblika.id/2019/09/23/khotbah-luk-5-1-11-kunci-kesetiaan-pelayan-tuhan/#respond Mon, 23 Sep 2019 14:27:15 +0000 http://studibiblika.id/?p=377 1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 2 Ia melihat dua perahu di tepi…

The post Kunci Kesetiaan Seorang Pelayan Tuhan (Luk. 5:1-11) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>

1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” 5 Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” 6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” 9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” 11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

(Luk. 5:1-11)

Pengantar

Billy Graham (sumber: billygraham.org)

Tahun lalu, tepatnya bulan Februari 2018, dunia Kekristenan kehilangan seorang tokoh besar, yaitu Penginjil Billy Graham. Kita tentu terkesan dengan rekam jejak pelayanannya: banyak orang yang bertobat setelah mengikuti KKR-nya, kedekatannya dengan pemimpin-pemimpin dunia, serta larisnya buku-buku yang ditulisnya. Tetapi di luar itu semua, saya mengagumi satu hal. Billy Graham mampu bertahan begitu lama dalam menjalani panggilan Tuhan (saat meninggal, usianya hampir 100 tahun). Hidupnya pun sepi dari berita negatif.

Di tengah begitu banyaknya tokoh Kristen yang harus berhenti dari panggilannya karena satu dan lain hal, tentu teladan hidup dari Billy Graham ini patut kita cermati. Mengapa Tuhan tetap memakai dia sampai begitu lama? Apa kuncinya? Pada kesempatan ini, marilah kita belajar dari sikap Petrus (dalam kisah ini disebut Simon) pada waktu dia dipanggil Tuhan Yesus untuk menjadi seorang penjala manusia.

1. Petrus Menebarkan Jalanya Seperti Perintah Tuhan Yesus

Bagian ini menceritakan panggilan Tuhan Yesus kepada Petrus dan kedua rekannya, Yohanes dan Yakobus. Pada waktu itu, Tuhan Yesus melihat mereka sedang membersihkan jala bersama para nelayan yang lain. Rupanya, semalaman mereka berkerja dengan sia-sia. Mereka tidak mendapat tangkapan sama sekali. Lalu Tuhan Yesus naik ke perahu Petrus dan meminta dia untuk menebarkan jalanya. Sepintas lalu, tidak ada yang salah dalam perintah ini. Tetapi jika kita perhatikan, perintah ini sangat janggal.

Secara logis, Petrus bisa menolak perintah Tuhan Yesus ini. Dia adalah seorang nelayan, sementara Tuhan Yesus dididik sebagai tukang kayu seperti ayahnya. Tentu saja, Petrus lebih tahu tentang menjala ikan dibanding Tuhan Yesus (ingat, pada waktu itu Petrus belum sepenuhnya tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah). Kemudian, pada saat itu hari sudah terang. Jika malam sebelumnya saja para nelayan tidak mendapat ikan, apalagi siang hari!

Namun demikian, Petrus tetap saja menuruti perintah Tuhan Yesus. Dia pun bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya, tepat seperti apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Apa yang terjadi? Petrus memperoleh hasil tangkapan yang luar biasa banyak. Sampai-sampai jalanya pun robek! Bahkan ketika teman-temannya datang membantunya, dua perahu mereka hampir tenggelam karena terlalu banyaknya ikan yang didapat.

Inilah yang akan terjadi juga ketika kita mengarahkan pelayanan kita seperti apa yang Tuhan mau. Pelayanan kita tidak akan sia-sia, tetapi akan menjadi pelayanan yang berbuah banyak (tetapi bukan berarti selalu terlihat oleh mata, misalnya jumlah jemaat yang banyak belum tentu menurut Tuhan juga berbuah).

Sayangnya, banyak pelayan Tuhan yang mengarahkan pelayanan sesuai kehendak mereka sendiri. Misalnya, beberapa gereja “terpaksa” mengikuti trend yang tidak sesuai dengan Alkitab demi mempertahankan jemaat di tengah maraknya gereja-gereja yang terus bermunculan. Ada majelis (atau juga hamba Tuhan) yang menjalankan program di gerejanya sebagaimana dia berbisnis. Mereka merasa paling tahu. Lupa ada pribadi Yang Mahatahu. Walaupun bisa terlihat berhasil di mata manusia, tetapi pasti sia-sia di mata Tuhan.

Marilah kita belajar dari Petrus, yang patuh terhadap apapun arahan Tuhan Yesus walaupun terlihat tidak masuk akal. Tuhanlah yang memiliki pelayanan sehingga Dialah yang berhak menentukan arah pelayanan. Dan hanya Dialah yang mampu menjadikan pelayanan kita berbuah. Hal yang tidak mampu dilakukan oleh manusia.

2. Petrus Tersungkur di Hadapan Tuhan Yesus

Setelah mendapatkan tangkapan yang begitu banyak, Petrus langsung tersungkur di hadapan Tuhan Yesus. Bahkan dia “mengusir” Tuhan Yesus. Petrus tahu, Orang yang ada di hadapannya itu bukan orang biasa. Petrus tidak layak untuk berdekatan dengan-Nya.

Tetapi Tuhan Yesus malah berkata, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Ternyata, sikap Petrus itu justru menunjukkan bahwa dia memiliki hati yang benar untuk dibentuk menjadi seorang murid. Pada waktu Samuel memilih Daud di antara kakak-kakaknya, dia berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam. 16:7).

Betapa kelirunya jika dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita malah membanggakan diri. Ada seorang hamba Tuhan yang pada waktu pertama kali berkhotbah, dia tidak bisa tidur karena takut. Tetapi setelah belasan tahun berkhotbah, dia merasa tidak perlu lagi melakukan persiapan. Seseorang yang begitu senangnya begitu terpilih dalam pelayanan gereja, setelah sekian lama dia merasa biasa dengan pelayanan tersebut. Akibatnya, dia menjauh dari Tuhan. Masih sibuk terlibat dalam pelaynaan, tetapi tidak lagi berdoa dan membaca firman Tuhan. Dan yang lebih sering terjadi, banyak orang tua Kristen yang tidak merasa perlu untuk mendidik anak-anaknya dalam firman Tuhan. Mereka merasa, keterampilan hidup yang mereka ajarkan kepada anak-anak mereka sudah cukup menjadi bekal hidup.

Jika demikian yang terjadi, jangan heran jika suatu saat mereka jatuh dan tidak dipakai oleh Tuhan lagi. Jangan heran melihat para hamba Tuhan jatuh, tokoh Kristen melakukan hal yang tidak terpuji, atau diri kita yang tidak mampu menjalani panggilan Tuhan dengan setia. Jika hati jauh dari Tuhan, maka Tuhan pun tidak akan mau memakai. Ibaratnya, akankah seorang pemilik perusahaan mau mempekerjakan karyawan yang selalu melawannya?

3. Petrus Meninggalkan Segala Sesuatu untuk Mengikut Yesus

Setelah Tuhan Yesus memanggil Petrus untuk menjala manusia, Petrus dan kedua rekannya (Yakobus dan Yohanes) pun langsung meninggalkan segala sesuatunya. Mengapa mereka bisa seperti itu? Karena mereka tahu seberapa tinggi nilai panggilan Tuhan Yesus yang akan mereka jalani. Jika tadinya mereka menjala ikan, demi memenuhi kebutuhan fisik, maka sekarang mereka menjala manusia, sesuatu yang bernilai rohani. Jika tadinya melakukan yang bernilai sementara (bagaimanapun ikan bisa busuk dan pasti habis), maka sekarang mereka melakukan yang bernilai kekal. Dan yang lebih penting lagi, apa yang mereka lakukan sekarang tidak akan pernah sia-sia (seperti hasil tangkapan malam sebelumnya).

Pada masa Perjanjian Baru, banyak budak yang akhirnya menjadi pengikut Kristus (sumber gambar: mindsoap.org).

Apakah dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita semua harus meninggalkan segala sesuatu seperti Petrus dan kedua rekannya ini? Perlu diingat bahwa panggilan seperti ini sangat khusus, tidak semua orang dipanggil dengan cara demikian. Ketika Paulus mengajar bagaimana jemaat Korintus mengikuti panggilan Tuhan, dia berkata, “Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah” (1Kor. 7:20). Paulus mengajarkan, jika seseorang mendapatkan panggilan Tuhan ketika dia masih berstatus budak, maka dia pun bisa menjalankan panggilan-Nya dengan status budak pula. Dan ketika seseorang mendapatkan panggilan Tuhan ketika dia masih belum disunat, maka dia tidak perlu disunat untuk menjalankan panggilan tersebut. Bahkan ketika Paulus dipanggul menjadi rasul, dia masih tetap bekerja sebagai pembuat tenda.

Jadi, kita tidak perlu merasa bersalah (atau merasa kurang serius) dalam menjalankan panggilan Tuhan seandainya kita tidak menjadi hamba Tuhan penuh waktu (full-timer). Kita tetap dapat menjalankan panggilan Tuhan dengan sepenuh hati, dengan tetap menjalani pekerjaan kita sehari-hari. Seperti kata beberapa orang, jangan sampai kita menjadi hamba Tuhan yang berjiwa bisnis (selalu berusaha mencari keuntungan). Lebih baik, menjadi pebisnis yang berjiwa hamba Tuhan! Yang penting, jalani pekerjaan kita itu demi sesuatu yang bernilai kekal (jangan hanya keuntungan duniawi, tetapi dalam rangka menjangkau jiwa dan menjadi berkat bagi sesama).

Penutup

Kita telah belajar dari Petrus bahwa Tuhan mencari orang yang taat kepada kehendak-Nya, rendah hati karena peka dengan kekudusan-Nya, dan sepenuh hati menjalankan panggilan-Nya. Pendeta Rick Warren, yang dimentori oleh Billy Graham selama 40 tahun bersaksi, bahwa kunci keberhasilan pelayanan Billy Graham adalah senantiasa meninggikan otoritas Alkitab, menyadari bahwa dirinya hanyalah pelayan Tuhan, dan fokus untuk memenangkan jiwa.

Inilah benang merah yang terdapat dalam diri para pelayan Tuhan. Jika ingin “berhasil” dalam panggilan Tuhan, janganlah mengejar penampilan, skill, berjejaring dengan orang-orang berpengaruh (atau pada masa kini, mengejar jumlah likes, views dan followers). Tetapi perhatikanlah apalah diri kita sudah mencerminkan murid Tuhan atau belum.

Marilah kita bersandar pada Roh Kudus untuk dapat meneladani sikap para tokoh iman ini. Dengan begitu, kita dapat menjalankan panggilan Tuhan dengan setia sampai akhir. Inilah satu-satunya cara untuk menjalani hidup yang bermakna. Amin.

Pertanyaan Refleksi:

1. Di antara ketiga hal yang diteladankan oleh Petrus, manakah yang paling sulit Anda lakukan? Mengapa?

2. Bagaimana tanggapan Anda terhadap orang-orang yang sebenarnya jauh dari Tuhan namun kelihatan begitu berhasil dalam pelayanan mereka?

3. Setelah menjadi murid Tuhan Yesus, Petrus pernah jatuh dan menyangkal Dia. Mengapa bisa terjadi? Bagaimana seharusnya yang kita lakukan untuk menghindari hal semacam ini?

The post Kunci Kesetiaan Seorang Pelayan Tuhan (Luk. 5:1-11) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>
http://studibiblika.id/2019/09/23/khotbah-luk-5-1-11-kunci-kesetiaan-pelayan-tuhan/feed/ 0 377
Mukjizat Menangkap Ikan (Yoh. 21:1-14) http://studibiblika.id/2019/05/17/tafsiran-yohanes-211-14/ http://studibiblika.id/2019/05/17/tafsiran-yohanes-211-14/#respond Fri, 17 May 2019 01:13:31 +0000 http://studibiblika.id/?p=41 Versi Terjemahan Baru LAI: 1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai…

The post Mukjizat Menangkap Ikan (Yoh. 21:1-14) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>

Versi Terjemahan Baru LAI:

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 3 Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 5 Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” 6 Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 10 Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” 11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Konteks: Perikop ini merupakan epilog/penutup dari Injil Yohanes. Murid-murid merasakan ketidakpastian setelah mengalami kejadian-kejadian seputar penyaliban Yesus [BKC]. Peristiwa ini merupakan penampakan Yesus yang ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya. Penampakan sebelumnya dicatat dalam Yoh. 20:19-23 (tanpa Tomas) dan Yoh. 20:26-29 (dengan Tomas) [TNTC].

Epilog dalam kitab-kitab Injil diakhiri dengan perintah untuk menyebarkan Injil. Injil Matius diakhiri dengan Amanat Agung (Mat. 28:18-20), Injil Markus diakhiri dengan penyebaran berita Injil oleh para murid (Mrk. 16:8 dan Mrk. 16:20), dan Injil Lukas diakhiri dengan perintah Yesus kepada para murid untuk menyampaikan berita pertobatan dan pengampunan dosa ke segala bangsa (Luk. 24:44-53). Demikian pula epilog dari Injil Yohanes menceritakan tema yang sama [NIVAC].

Mukjizat penangkapan ikan dan percakapan di pagi hari menyiratkan perintah kerasulan bagi para murid untuk menjangkau jiwa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Roh Kudus, yang telah mereka peroleh (Yoh. 20:22) bukan hanya memberikan jaminan dan penghiburan, tetapi memperlengkapi mereka untuk menjadi saksi di dunia (Yoh. 15:26-27) dan menguatkan mereka di tengah tekanan yang dihadapi ketika menjalankan misi ini (Yoh. 16:7-11) [NIVAC].

Kisah ini sangat terkait erat dengan peristiwa sesudahnya, ketika Tuhan Yesus memulihkan Petrus dan menyuruhnya untuk menggembalakan “domba-domba”-Nya. Ikan (Yoh. 21:1-114) dan domba (Yoh. 21:15-19) melambangkan pekerjaan gereja. Gereja harus menjangkau jiwa (sebagaimana penjala menangkap ikan) dan setelah itu juga memeliharanya (sebagaimana penggembala menggembalakan domba-dombanya) [NIVAC].

Tema Utama: Kita akan menjadi pelayan Tuhan yang efektif jika bersandar pada iman di dalam Kristus dan mengikuti pimpinan-Nya.

Pembahasan Ayat per Ayat:

Ayat 1-3. Beberapa ahli berpendapat bahwa ketika Petrus mau pergi menangkap ikan, itu menunjukkan dia lalai kalau sesungguhnya dia telah diutus oleh Yesus (Yoh. 20:21-23). Namun demikian, Yesus menyuruh para murid untuk pergi ke Galilea dan Dia akan menemui mereka di sana setelah dibangkitkan (Mrk. 14:28; 16:7) [TNTC].

Ayat 4-6. Murid-murid awalnya tidak mengenali Yesus. Tangkapan ikan dalam jumlah besar membuat murid-murid-Nya yakin bahwa orang itu adalah Yesus (peristiwa tersebut mirip dengan mukjizat dalam Luk. 5:1-11). Kejadian ini juga membuktikan bahwa Yesus berkuasa atas alam dan setelah bangkit pun masih bisa melakukan mukjizat [BKC].

Aplikasi: – Jika melakukan kehendak Tuhan, maka kita akan mendapat berkat dari Tuhan [BKC]. Tetapi jangan diartikan bahwa kita tidak akan mengalami penderitaan. Orang yang diberkati Tuhan akan tetap merasakan sukacita walaupun berada di tengah penderitaan.

– Kisah ini juga menunjukkan bahwa Kristuslah yang menjadi pemimpin kita dalam menjalankan misi-Nya sebagai pemberita Injil. Dengan panduan-Nya, kita akan memperoleh “hasil” yang jauh di luar perkiraan kita [NIVAC].

Ayat 7-9. Karena sangat bersemangat, Petrus menceburkan dirinya ke danau untuk menghampiri Yesus. Sementara itu, murid-murid yang lain, termasuk Yohanes, menyusulnya dengan perahu yang penuh tangkapan ikan. Di sini Yohanes menunjukkan bahwa ikan, sebagai berkat dan lambang dari pekerjaan rohani, tidak boleh diabaikan [NIVAC].

Ayat 10-11. Lihat penjelasan mengenai 153 ekor ikan dalam bagian Catatan-Catatan Penting di bawah.

Ayat 12-14. Berbeda dengan Maria (Yoh. 20:14) dan murid-murid yang sedang berjalan ke Emaus (Luk. 24:13-35), semua murid di dalam kisah ini tidak meragukan bahwa orang yang sarapan bersama-sama dengan meraka adalah Yesus. Bertahun-tahun kemudian, dalam khotbahnya, Petrus menyatakan diri sebagai saksi Kristus yang pernah makan dan minum bersama-Nya setelah kebangkitan (Kis. 10:41) [BKC].

Catatan-Catatan Penting:

Danau Tiberias. Danau Tiberias (atau Laut Tiberias) adalah nama lain dari Danau Galilea atau Danau Genesaret (Luk. 6:1). Penyebutan ini dilakukan oleh orang-orang Romawi mengikuti nama Kaisar Tiberius [LAI]. Danau ini terletak sekitar 75 mil di sebelah utara Yerusalem. Betsaida (Ibr. rumah ikan) dan Kapernaum, dua kampung yang sebagian besar penduduknya hidup dari menangkap ikan, terletak di situ [NIVAC].

Murid yang dikasihi Yesus. Kemungkinan besar, dia adalah Yohanes anak Zebedeus, penulis Injil ini.

Seratus lima puluh tiga ekor ikan. Sebagian ahli berpendapat bahwa jumlah seratus lima puluh tiga ini menyimbolkan sesuatu (sistem angka yang menyimbolkan sesuatu disebut dengan gematria, seperti angka “666” dalam Why. 13:18). Huruf dalam bahasa Yunani dan Ibrani memiliki nilai bilangan (dalam bahasa Indonesia seperti A=1, B=2, C=3, dan seterusnya). Kata “Simon” dan “ikan” dalam bahasa Ibrani bila dijumlahkan sebesar 153. Kemudian ada penafsiran lain yang menghubungkannya dengan Yeh.47:9-10, di mana tertulis bahwa ada aliran dari En-Gedi (jika huruf-hurufnya dijumlahkan, hasilnya 17; 153 adalah penjumlahan dari angka 1 sampai 17, 1+2+3+…+17) dan En-Egalaim (jika dijumlahkan huruf-hurufnya, hasilnya 153). Cyril dari Aleksandria berpendapat lain, yaitu angka ini melambangkan 100 penyembah berhala, 50 orang Yahudi, dan Trinitas (100+50+3). [NIVAC]. Apapun itu, semua bersifat spekulasi karena Yohanes sendiri tidak menjelaskan artinya.

Jika demikian, kemungkinan besar jumlah ini ditulis oleh Yohanes sebagai detail sejarah saja sekaligus untuk membuktikan bahwa tangkapan tersebut luar biasa banyak dan Yesus berkuasa atas alam [TNTC]. Orang-orang yang pergi menangkap ikan terbiasa untuk menghitung jumlah ikan yang diperoleh dan kemudian membagi-bagikannya di antara mereka [BKC].

Hasil tangkapan ikan yang melimpah serta panggilan Yesus kepada Petrus untuk mengasihi domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-19) menggambarkan misi kerasulan gereja [NIVAC]. Jadi terlihat sekali bahwa maksud dari perikop ini adalah untuk mengarahkan kembali bahwa setelah kebangkitan-Nya, Yesus ingin Petrus dan murid-murid-Nya menjadi “penjala manusia.”

Api arang. Api arang (Yun. Anthrakia; dalam Perjanjian Baru, kata ini hanya muncul di Yoh. 18:18 dan Yoh. 21:9 [NIVAC]) mengingatkan Petrus ketika dia menyangkal Yesus pada malam sebelum penyaliban. Pada waktu itu, dia berdiang di depan api arang bersama-sama para hamba laki-laki dan para pengawal istana (Yoh. 18:18).

“Sesungguhnya” (ayat 18). Frasa “sesungguhnya” (Ing. verily, verily; Yun. amēn, amēn) digunakan sebanyak 25 kali dalam Injil Yohanes. Frasa ini ditujukan kepada pendengar yang sulit untuk percaya. Dengan begitu, pembicara menekankan bahwa apa yang dikatakan adalah benar, sebagaimana Tuhan adalah juga benar [KJV].

Aplikasi: Kita harus mempercayai seluruh isi Alkitab, bukan hanya beberapa baian saja.

Pertanyaan-Pertanyaan Diskusi:

  1. Apakah yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai “penjala manusia?” (Panduan diskusi: Pekerjaan, hobi, bakat, apapun yang kita miliki dalam kehidupan kita, bisa kita gunakan untuk mengenalkan Kristus kepada orang lain).
  2. Dalam kisah ini, murid-murid mendengar langsung perkataan Tuhan Yesus untuk menebarkan jala di sisi kanan perahu. Bagaimana kita bisa mengetahui tuntunan Tuhan bagi pelayanan kita di masa kini?(Panduan diskusi: Alkitab merupakan firman Tuhan yang berotoritas bagi orang percaya masa kini. Namun demikian, kita juga bisa mengetahuinya dari nasihat orang lain, pengalaman hidup, dan kerinduan hati kita. Bahkan mungkin juga Tuhan memberitahukannya secara khusus kepada kita, melalui berbagai peristiwa. Tetapi semuanya harus diuji di dalam kebenaran Alkitab.)
  3. Harus menjadi orang seperti apakah supaya kita bisa dipakai Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya yang luar biasa? (Panduan diskusi: bandingkan dengan Petrus, yang pengecut sehingga pernah menyangkal tiga kali, dan murid-murid yang semuanya kocar-kacir dan kehilangan harapan setelah Tuhan Yesus disalib. Namun setelah kebangkitan-Nya dan penampakan-Nya, semuanya menjadi saksi Tuhan yang setia sampai mati. Bukan manusia yang menentukan keberhasilan pelayanan, tetapi Tuhan. Jika kita ingin berhasil dalam pelayanan, maka kita harus bersandar penuh pada Roh Kudus dan taat pada pimpinan Tuhan. Dengan cara seperti itu, apapun kelemahan kita, tidak akan membuat pelayanan kita mundur).

Referensi:

[BKC] Blum, Edwin A. “John.” Dalam The Bible Knowledge Commentary: Gospels. Diedit oleh John F. Walvoord dan Roy B. Zuck. Colorado Springs: David C. Cook, 2018.

[ESV] Dennis, Lane T. dan Wayne Grudem, ed. ESV Study Bible. Wheaton: Crossway, 2008.

[NIVAC] Burge, Gary M. John. The NIV Application Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 2000.

[LAI] Alkitab Edisi Studi. Edisi kedua. Jakarta: LAI, 2015.

[TNTC] Kruse, Colin G. John. The Tyndale New Testament Commentary. Surabaya: Momentum, 2007.

The post Mukjizat Menangkap Ikan (Yoh. 21:1-14) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.

]]>
http://studibiblika.id/2019/05/17/tafsiran-yohanes-211-14/feed/ 0 41