Kasih Kristus | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Mon, 26 Feb 2024 06:23:06 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.3 https://i0.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 Kasih Kristus | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Tanpa Kasih, Semua akan Percuma (1Kor. 12:31-13:7) https://studibiblika.id/2024/02/26/tanpa-kasih-semua-akan-percuma-1kor-1231-137/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=tanpa-kasih-semua-akan-percuma-1kor-1231-137 https://studibiblika.id/2024/02/26/tanpa-kasih-semua-akan-percuma-1kor-1231-137/#respond Mon, 26 Feb 2024 06:23:05 +0000 https://studibiblika.id/?p=2694 Selepas Pemilu tahun 2024 ini, ada beberapa berita unik yang muncul. Misalnya, tentang caleg yang menarik bantuan yang sudah diberikan karena gagal mendapatkan kursi. Saya bayangkan, ketika memberikan bantuan tersebut, mereka melakukannnya dengan wajah berseri. Mungkin tidak lupa juga foto sana-sini dan dipajang di medsos. Tetapi ketika kalah, mereka balik mengecam warga. Bahkan tidak malu-malu […]

The post Tanpa Kasih, Semua akan Percuma (1Kor. 12:31-13:7) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Selepas Pemilu tahun 2024 ini, ada beberapa berita unik yang muncul. Misalnya, tentang caleg yang menarik bantuan yang sudah diberikan karena gagal mendapatkan kursi. Saya bayangkan, ketika memberikan bantuan tersebut, mereka melakukannnya dengan wajah berseri. Mungkin tidak lupa juga foto sana-sini dan dipajang di medsos. Tetapi ketika kalah, mereka balik mengecam warga. Bahkan tidak malu-malu berbuat onar dan menarik bantuan yang terlanjur diberikan (baca di sini).

Peristiwa semacam ini adalah cerita klasik tentang kasih yang tidak duniawi. Kalau ada yang duniawi, seperti apakah kasih yang sesuai dengan Alkitab? Mari kita pelajari dari tulisan Paulus ini.

Kasih Melebihi Semua Karunia Rohani

Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat Korintus, yang dimulai oleh pelayanannya. Tetapi mungkin karena sekian lama ditinggalkan Paulus, satu demi satu persoalan muncul di antara mereka. Misalnya, mereka saling bertikai karena menonjolkan karunia-karunia rohani tertentu. Padahal, kalau kita melihat daftarnya, maka kita pasti setuju jemaat di Korintus itu luar biasa (lihat daftarnya di 12:8-10). Tetapi ibarat sebuah orkestra, mereka berlomba membunyikan alat musik masing-masing dengan keras tanpa menuruti arahan Sang Dirigen.  Tentu saja, suara yang dihasilkan tidak enak didengar.

Itulah sebabnya Paulus menekankan bahwa mengharapkan karunia itu boleh, tetapi ada cara yang lebih baik lagi. Yaitu, semua penggunaan karunia tersebut harus dilandasi dengan kasih (ay. 31). Tanpa kasih, semuanya akan percuma (ay. 1-3), seperti para caleg yang saya singgung di awal tulisan ini.

Seperti Apakah Kasih Kristen Itu?

Lalu, seperti apakah kasih yang seharusnya kita nyatakan sebagai seorang Kristen? Di dalam ayat 4-7, Paulus menjelaskan beberapa natur kasih yang diinginkan Tuhan. Intinya, kasih bukan kasih yang berpusat pada diri sendiri dan penuh hawa nafsu (inward), tetapi berpusat pada kebaikan sesama dan bersifat kudus (outward).

Kasih yang seperti ini akan membuat kita tetap bisa mengasihi di situasi yang sulit (sabar, ay. 4), tidak menjadi tinggi hati (ay. 4, 5), tidak mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu (ay. 5), tidak menjadi sekutu dalam kejahatan (ay. 6), serta tidak mudah berputus asa dengan seseorang atau keadaan yang sulit kita kasihi (ay. 7). Kualitas kasih seperti ini telah berulang kali Alkitab tunjukkan sebagai natur Allah. Juga, merupakan kualitas kasih yang ditunjukkan oleh Kristus dalam pelayanannya di dunia.

Jadi, sebagai orang Kristen kita sebenarnya telah diajar oleh Allah sendiri bagaimana kita harus menyatakan kasih kepada orang lain. Seburuk apapun orang dan sesulit apapun situasinya, Tuhan menghendaki kita untuk menyatakan kasih kepadanya. Memang tidak selamanya mudah. Tetapi marilah kita ingat lagi bahwa kita tidak hanya menerima perintah untuk mengasihi. Tetapi juga, kita telah menerima kasih Allah yang luar biasa besar melalui penebusan Kristus, sehingga membuat kita selalu memiliki daya untuk memancarkan kasih. Amin.

REFLEKSI

Mengasihi adalah menginginkan kebaikan orang lain (Thomas Aquinas)

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Berikan contoh kasus sehari-hari di sekitar Anda tentang perbuatan baik yang sebenarnya tidak dilandasi oleh kasih. Apa akibatnya baik bagi si penerima atau si pemberi?
  2. Bagikan pengalaman ketika Anda akhirnya bisa mengasihi orang yang tadinya sangat sulit untuk Anda kasihi.

REFERENSI AYAT ALKITAB

31 Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

13 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. 4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. 7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1Kor. 12:31-13:7)

The post Tanpa Kasih, Semua akan Percuma (1Kor. 12:31-13:7) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2024/02/26/tanpa-kasih-semua-akan-percuma-1kor-1231-137/feed/ 0 2694
Doa Paulus: Pengenalan akan Kasih Kristus (Ef. 3:18-19a) https://studibiblika.id/2021/10/11/doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a https://studibiblika.id/2021/10/11/doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a/#respond Mon, 11 Oct 2021 13:48:44 +0000 https://studibiblika.id/?p=1507 Warganet (netizen) Indonesia memang selalu kreatif. Ada-ada saja ide di benak mereka untuk memaparkan sesuatu. Misalnya, beberapa kali saya membaca postingan tentang 10 orang terkaya di dunia. Melihat nama-nama yang ada di daftarnya, saya percaya memang mereka tajir melintir. Namun betapa herannya saya ketika Jeff Bezos menempati posisi kedua. Bukankah dia orang terkaya sejagat waktu […]

The post Doa Paulus: Pengenalan akan Kasih Kristus (Ef. 3:18-19a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Warganet (netizen) Indonesia memang selalu kreatif. Ada-ada saja ide di benak mereka untuk memaparkan sesuatu. Misalnya, beberapa kali saya membaca postingan tentang 10 orang terkaya di dunia. Melihat nama-nama yang ada di daftarnya, saya percaya memang mereka tajir melintir. Namun betapa herannya saya ketika Jeff Bezos menempati posisi kedua. Bukankah dia orang terkaya sejagat waktu itu? Siapa nomor satunya?

Ternyata, postingan tersebut menempatkan orang muslim yang salat subuh dua rakaat sebagai orang terkaya sedunia. Mengapa demikian? Karena menurut kepercayaan saudara kita itu, salat subuh dua rakaat nilainya lebih baik dari dunia dan seisinya. Pantas saja, Jeff Bezos pun tidak mampu melawan!

Walaupun berbeda iman, saya dibuat tersadar oleh postingan tersebut. Apakah kita sebagai seorang Kristen, yang telah menerima kasih Kristus, juga merasakan “harta rohani” yang luar biasa ini? Sebagai manusia, mungkin kita sering dibuat tidak puas oleh dunia. Merasa kurang ini-itu, trauma masa lalu, kepahitan, dendam, iri hati, dan sebagainya. Akhirnya, itu memengaruhi pola pikir dan tingkah laku kita. Tidak ada bedanya lagi antara kita dengan orang-orang yang belum percaya Tuhan. Bahkan mungkin, mereka jauh lebih baik.

Dalam ayat ini, Paulus mengingatkan jemaat Efesus, yang telah menerima kasih Kristus, untuk memahami betapa agungnya kekayaan rohani yang mereka miliki. Paulus sampai memberikan gambaran bahwa kasih Kristus itu terentang dalam seluruh aspek keberadaan diri kita, “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (ay. 18). Artinya, kasih Kristus jauh melampaui pikiran kita. Kasih Kristus akan ada di setiap waktu, sebelum dunia dijadikan (1:4) sampai nanti kita tiba di kekekalan. Kasih Kristus hadir di tengah masa hidup kita yang terkelam. Apapun keadaan yang bisa dialami oleh anak Tuhan di dunia ini, kasih Kristus ada di dalamnya.

Inilah berkat yang didapat ketika seseorang mengalami persekutuan dengan Kristus (union with Christ). Apa yang Kristus miliki, diberikan semua bagi kita (Ef. 1:3). Sanggupkah kita membayangkan, apa jadinya jika Empunya Kerajaan Surga, memberikan segalanya bagi kita? Itulah sebabnya, walaupun Paulus mendoakan jemaat Efesus untuk memahami kasih Kristus, dia juga menuliskan bahwa kasih itu “melampaui segala pengetahuan” (ay. 19).

Apakah pemahaman ini telah memengaruhi cara berpikir kita? Salah satu cara mengujinya adalah, apakah kita tetap memiliki damai sejahtera untuk secara konsisten hidup di dalam standar Tuhan? Ingat, ketika kita sulit mengampuni, itu bukan disebabkan oleh besarnya kesalahan orang lain. Ketika kita sulit berbagi, itu juga bukan disebabkan oleh sedikitnya harta kita. Jangan menyalahkan apapun dan siapapun. Ketidakmampuan kita untuk menerapkan firman Tuhan disebabkan oleh kurangnya pengenalan akan kasih Kristus. Akibatnya, sukacita kita bergantung pada pemenuhan akan hal-hal duniawi.

Uri Bronfenbrenner, seorang psikolog dari Cornell University, mengatakan bahwa perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Apa yang didapat dari lingkungan akan sangat memengaruhi tingkah laku seseorang di kemudian hari. Maka tidak heran jika banyak pelaku kriminal yang berasal dari keluarga broken home. Sebaliknya, banyak pelayan Tuhan yang dibesarkan dalam keluarga yang mengasihi Tuhan.

Apa yang saat ini biasa memengaruhi perkembangan kita? Biarlah kasih Kristus menyentuh seluruh aspek hidup kita. Niscaya, pengenalan akan kasih Kristus membuat kita menjadi berkat bagi banyak orang serta tumbuh semakin serupa Kristus (3:19b). Amin.

Refleksi

Meskipun perasaan kita dapat datang dan pergi silih berganti, kasih Allah pada kita tetap tinggal selamanya (C.S. Lewis)

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Mengapa terkadang orang Kristen bisa kurang tertarik pada hal-hal rohani? Apa akibatnya dan bagaimana cara mengatasinya?
  2. Apakah ada aspek hidup Anda yang belum selaras dengan kasih Kristus yang Anda terima? Apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaikinya?

Ayat Alkitab Pendukung

16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. 18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. (Ef. 3:16-19)

3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. 4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Ef. 1:3-4)

The post Doa Paulus: Pengenalan akan Kasih Kristus (Ef. 3:18-19a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/10/11/doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a/feed/ 0 1507
Ketika Kita Sulit Mengasihi Sesama (Yoh. 15:14-15) https://studibiblika.id/2019/12/13/khotbah-yoh-1514-15-ketika-kita-sulit-mengasihi-sesama/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=khotbah-yoh-1514-15-ketika-kita-sulit-mengasihi-sesama https://studibiblika.id/2019/12/13/khotbah-yoh-1514-15-ketika-kita-sulit-mengasihi-sesama/#respond Fri, 13 Dec 2019 09:59:38 +0000 https://studibiblika.id/?p=441 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku […]

The post Ketika Kita Sulit Mengasihi Sesama (Yoh. 15:14-15) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

(Yoh. 15:12-17)

 

Pendahuluan: Semakin Hari, Semakin Sulit Seseorang Mengasihi Sesamanya

Pada Natal tahun ini, PGI-KWI mengambil tema dari Yoh. 15:14-15: “Hiduplah Sebagai Sahabat bagi Semua Orang.” Apakah artinya menjadi “sahabat”? Kalau kita memperhatikan, ayat tersebut terletak di bagian yang diapit oleh perintah Tuhan Yesus pada ayat 12 dan ayat 17, yaitu “Hendaklah kalian saling mengasihi.” Secara singkat, menjadi sahabat bagi semua orang berarti mengasihi semua orang.

Lalu, apakah mengasihi adalah hal yang mudah atau sulit? Pada waktu menjelaskan tentang keadaan manusia pada akhir zaman, Tuhan Yesus berfirman: “Kejahatan akan menjalar sebegitu hebat sampai banyak orang tidak dapat lagi mengasihi” (Mat. 24:12 BIMK). Salah satu keadaan menjelang akhir zaman adalah, dengan bertambahnya dosa, manusia akan semakin sulit untuk mengasihi sesamanya.

sumber gambar: liputan6.com

Perhatikan saja keadaan dunia sekarang ini. Semakin banyak keluarga yang broken home. Akibatnya, setelah dewasa, anak-anaknya akan sulit untuk mengasihi pasangannya dengan benar karena mereka tidak mendapatkan teladan dalam keluarganya. Kejahatan semakin marak, sehingga orang sering curiga dulu ketika akan berbuat baik. Persaingan usaha semakin sengit, sehingga orang malah senang melihat usaha saingannya tutup. Bahkan, demi keamanan diri, wajar terdengar nasihat yang bernuansa negatif, seperti: “Jangan terlalu baik sama orang, nanti dimanfaatkan….” atau “Jangan bicara dengan orang yang tidak dikenal, ya, Nak…. Sekarang banyak penculikan.” Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa mengasihi sesama semakin sulit untuk dilakukan oleh orang-orang masa kini.

Kasih Merupakan Karakter yang Tidak Bisa Dilepaskan dari Orang Kristen

Kalau demikian, apakah ada kondisi di mana kita sebagai orang Kristen boleh berhenti mengasihi? Dalam ayat 14 Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Perintahnya apa? Mengasihi satu sama lain. Jadi, di sini Tuhan Yesus menyatakan bahwa kasih adalah karakteristik yang harus ada dalam diri orang Kristen. Tidak boleh berhenti. Harus dilakukan pada semua orang dan pada setiap keadaan.

Lalu bagaimana ketika kita berhadapan dengan orang ataupun keadaan di mana kita sangat sulit untuk mengasihi?

Kasih Kristen Tidak Bisa Dilepaskan dari Allah

Satu hal yang perlu kita pahami dalam mengasihi sesama adalah konteks kita sebagai orang Kristen. Dalam 1Yoh 4:8 tertulis: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Jadi, menurut Alkitab, kasih bukanlah konsep buatan manusia. Tetapi, kasih bersumber dari Allah, karena diri-Nya sendiri adalah kasih. Akibatnya, standar mengasihi secara alkitabiah juga bukan berdasarkan standar manusia, tetapi standar Allah. Sebagaimana Allah Bapa mengasihi Tuhan Yesus, begitulah Tuhan Yesus mengasihi kita. Dan sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi kita, demikianlah kita harus mengasihi sesama kita. Inilah pemahaman yang harus kita miliki dulu sebelum mengasihi sesama.

sumber gambar: almanac.com

Kalau kita mencermati, perikop ini diawali dengan ajaran Tuhan Yesus sebagai pokok anggur dan kita adalah ranting-ranting-Nya (Yoh. 15:1-8). Tanpa melekat pada pokok, ranting pasti akan mati. Tetapi ketika melekat pada pokok yang subur, maka ranting itu akan menerima nutrisi yang membuatnya bisa bertumbuh dan berbuah. Demikian pula ketika kita diminta untuk saling berbagi kasih, maka kita juga harus memahami bahwa untuk melakukannya, kita harus mendapatkannya dari Sumbernya terlebih dulu, yaitu Kristus. Barulah setelah itu, kita akan mampu mengasihi sesama, siapapun itu dan dalam keadaan bagaimanapun.

Pengorbanan Kristus Memampukan Kita untuk Saling Mengasihi

Saya teringat waktu masa sekolah dulu, ada pertandingan antargereja di kota kelahiran saya. Salah satu pesertanya adalah gereja yang jemaatnya terkenal dari kalangan elit. Seorang teman berkata, “Semua nomor bisa kita menangkan, hanya satu yang tidak bisa, yaitu catur. Karena otak kita kalah dengan mereka.”

Sebagai wakil gereja di nomor catur, saya merasa tertantang. Saya akan membuktikan kepada teman-teman saya bahwa kami pun bisa lebih unggul dibanding mereka. Permainan demi permainan saya menangkan. Di babak final, saya melawan wakil dari gereja tersebut dan berhasil mengalahkannya.

Kemenangan tersebut memang membuat saya sedikit bangga. Namun ada satu hal yang mengusik hati saya sampai sekarang. Ketika mencapai babak semifinal, saya berhadapan dengan kakak pembina rohani di gereja saya. Sebelum-sebelumnya, setiap kali melawan dia, saya selalu kalah. Jadi ketika tahu saya berhadapan dengan dia di semifinal, saya pun berpikir, saya pasti kalah.

sumber gambar: pixabay.com

Tetapi apa yang terjadi? Pada langkah tertentu, kakak pembina rohani tersebut mengorbankan rajanya, padahal permainan masih jauh. Dia tahu, lawan terberat saya di turnamen tersebut adalah dirinya. Jadi dia rela mengorbankan diri supaya saya bisa menjuarai turnamen tersebut!

Dari sosok kakak pembina rohani tersebut, saya belajar tentang mengasihi seperti Tuhan Yesus. Selama saya mengenal dia, sejak di gereja asal saya hingga menjadi ketua Persekutuan Mahasiswa Kristen, saya melihat bahwa dia selalu berkorban untuk orang lain. Dia selalu memberi jalan supaya orang lain bertumbuh dan menikmati kenyamanan, walaupun untuk itu dia harus berkorban, seperti pada turnamen catur tersebut. Orientasi hidupnya adalah orang lain, bukan diri sendiri. Inilah orientasi hidup yang Tuhan Yesus inginkan dalam diri kita.

Perintah Tuhan Selalu Didahului oleh Anugerah

Bukankah ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus kepada kita? Tuhan Yesus tahu, kuasa dosa begitu mencengkeram manusia. Tidak mungkin manusia bisa melawan natur dosa yang ada dalam dirinya. Jika demikian, sampai kapanpun manusia tidak akan mampu melakukan perintah-perintah-Nya, termasuk dalam hal mengasihi. Maka dari itu, Tuhan Yesus rela meninggalkan kenyamanan surga, dilahirkan dari rahim seorang manusia, untuk menjalankan misi penebusan. Hanya dengan cara itulah, kuasa dosa dalam diri orang-orang yang percaya kepada-Nya dikalahkan.

Seperti kakak pembina saya yang rela mengorbankan diri sehingga saya bisa memenangi turnamen itu, Tuhan Yesus juga mengorbankan diri-Nya supaya kita bisa menang melawan dosa. Termasuk, dosa dalam berhenti mengasihi. Dosa dalam berpikir bahwa ada orang-orang tertentu yang tidak perlu kita kasihi. Dosa dalam berpikir bahwa ada keadaan-keadaan tertentu ketika kita boleh tidak mengasihi.

Jika kita perhatikan, perintah-perintah di dalam Alkitab standarnya lebih berat dibanding standar dunia. Misalnya, kita tidak hanya diperintahkan untuk mengasihi, namun juga mengasihi orang yang memusuhi kita. Tuhan Yesus berfirman: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:43-44). Berat sekali, bukan? Tetapi ingatlah, perintah-perintah di dalam Alkitab selalu disertai dengan anugerah Tuhan sehingga kita mampu menjalankannya.

Buktinya, pada waktu Musa menerima sepuluh perintah Allah, Tuhan mengawalinya dengan kata-kata: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan” (Kel. 20:2). Inilah anugerah! Kemudian, pada saat Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk saling mengasihi dalam perikop ini, Dia berfirman “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (ay. 12). Dia terlebih dulu mengasihi kita, barulah kita diminta mengasihi sesama.

Semuanya itu menunjukkan bahwa Tuhan tidak mungkin memberikan perintah yang tidak sanggup kita lakukan. Seperti dalam kasus kakak pembina rohani saya tadi, yang percaya bahwa hanya dengan mengorbankan dirinya, saya bisa memenangi turnamen tersebut, Tuhan Yesus juga tahu, Dia harus mengorbankan diri dulu untuk mengalahkan kuasa dosa, sehingga para pengikut-Nya baru bisa melakukan perintah-perintah-Nya.

Jadi, apakah perintah untuk mengasihi di dalam Alkitab adalah sulit? Benar, bahkan sangat sulit. Tetapi bagi kita yang telah menerima kasih Tuhan yang besar, perintah ini tidak sulit. Halangan terbesar untuk mengasihi sudah Tuhan kalahkan, yaitu kuasa dosa. Dan kuasa terbesar untuk mengasihi telah Tuhan berikan, yaitu kuasa Roh Kudus.

Jangan Mengandalkan Diri dalam Mengasihi Sesama

Dengan demikian, untuk mengasihi sesama, jangan lagi kita mengandalkan diri kita sendiri. Maksudnya bagaimana? Sering kali kita melihat kekurangan-kekurangan yang ada dalam hidup kita ataupun keburukan-keburukan yang ada dalam diri orang lain sebagai alasan untuk tidak mengasihi. “Bagaimana mungkin mengasihi, kalau pasangan saya masih seperti itu?” “Bagaimana bisa mencintai gereja, kalau isinya orang-orang seperti Si Anu, yang omongannya selalu menyakitkan hati?” “Bagaimana mungkin memerhatikan orang, sementara keadaan ekonomi keluarga kami sendiri masih morat-marit?”

Di antara pembaca blog ini mungkin ada yang saldo ATM-nya tidak akan habis untuk dinikmati seumur hidup, tetapi mungkin ada juga yang tidak tahu bulan depan bagaimana menghidupi keluarganya. Ada juga yang keluarganya sangat harmonis, tetapi mungkin ada yang sangat merasakan kepahitan dengan orang sesama anggota keluarganya. Ada yang nyaman dengan kehidupan bergereja, tetapi mungkin ada juga yang sedang merasa sakit hati karena perlakuan sesama warga gereja. Tetapi, dalam keadaan-keadaan yang berbeda seperti itu, apakah kasih Kristus yang kita terima juga berbeda? Tidak. Tuhan Yesus telah memberikan hal yang paling puncak untuk Dia berikan, yaitu nyawa-Nya sendiri, demi menebus seluruh dosa kita. Semua orang yang percaya kepada-Nya mendapatkannya secara penuh! Jadi, kasih Tuhan yang kita terima sebenarnya sama saja.

Maka dari itu, jika kita mengasihi sesama dengan berfokus pada kekurangan yang dialami oleh diri kita, atau berfokus pada keburukan orang lain, maka pasti suatu saat kita tidak akan sanggup mengasihi sesama. Terlalu berat. Tetapi kalau kita berfokus pada kasih Tuhan Yesus, yang tadinya terasa berat itu bisa tiba-tiba enteng.

Saya memakai analogi demikian. Suatu saat, kita kehilangan sepeda motor kita di tempat kerja. Jika itu adalah kendaraan kita satu-satunya, masih nyicil, dan gaji kita pas-pasan, tentu ini adalah peristiwa yang sangat berat. Waktu pulang kerja, anak-anak mengajak main. Biasanya kita senang sekali melakukannya. Tetapi dengan peristiwa kehilangan tersebut, apakah kita masih mempunyai energi untuk mengasihi anak-anak kita? Mungkin saja tidak.

Tetapi seandainya dalam perjalanan pulang, pikiran masih pusing, tiba-tiba kita menerima telepon dari seorang saudara. Dia mengatakan, akan mentransfer uang 100 juta sebagai hadiah Natal, karena dia baru mendapat proyek besar. Apa yang kita pikirkan? Semua kesedihan akibat kehilangan motor langsung hilang. Ketika tiba di rumah, walaupun baru kehilangan sepeda motor, tetapi bayangan akan uang 100 juta tersebut menghapus segala kesedihan kita. Kitapun dengan senang hati akan menerima ajakan bermain dari anak-anak kita.

Lihat, demikianlah jika kita berfokus pada kasih Tuhan. Walaupun keadaan dunia sekitar seharusnya membuat kita sulit untuk mengasihi sesama, namun sukacita akan kasih Tuhan tersebut membuat kita mampu berbagi kasih kepada sesama. Jika hanya fokus pada sukacita dan kasih yang kita miliki secara manusiawi, pasti sangat terbatas. Namun jika berfokus pada sukacita dan kasih Tuhan, maka kita akan mendapatkan energi yang tidak terbatas untuk mengasihi orang lain.

Penutup

Jadi sebenarnya kita sulit mengasihi bukan karena kondisi kita yang berkekurangan, tetapi karena kehilangan fokus pada kasih Tuhan. Oleh sebab itu, ketika sulit mengasihi, marilah kita ingat kepada Pokok Anggur, yaitu Tuhan Yesus. Ketika sakit hati, marah, tertekan, sehingga kita sangat sulit mengasihi, tenangkan diri. Baca Alkitab. Berdoa. Jika kita menjadikannya sebagai kebiasaan, mustahil tidak ada nutrisi rohani yang kita dapatkan. Firman Tuhan dan Roh Kudus akan membuat kita mengenal kasih Kristus semakin dalam. Dan kalau kita sungguh-sungguh mengenal kasih Kristus, maka keadaan dunia seburuk apapun tidak akan membuat kita kehilangan kekuatan untuk mengasihi.

The post Ketika Kita Sulit Mengasihi Sesama (Yoh. 15:14-15) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2019/12/13/khotbah-yoh-1514-15-ketika-kita-sulit-mengasihi-sesama/feed/ 0 441