Fenomena Kehidupan | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Sat, 13 Nov 2021 10:45:29 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.2 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 Fenomena Kehidupan | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Masih Perlukah Ibadah Fisik di Zaman yang Serba Online? https://studibiblika.id/2021/11/13/masih-perlukah-ibadah-fisik-di-zaman-yang-serba-online/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=masih-perlukah-ibadah-fisik-di-zaman-yang-serba-online https://studibiblika.id/2021/11/13/masih-perlukah-ibadah-fisik-di-zaman-yang-serba-online/#respond Sat, 13 Nov 2021 10:45:23 +0000 http://studibiblika.id/?p=1758 Kata orang, sekarang zaman digital. Mau apa-apa tinggal klik. Mulai dari pesan makanan, pesan tiket pesawat, bahkan buka

The post Masih Perlukah Ibadah Fisik di Zaman yang Serba Online? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Kata orang, sekarang zaman digital. Mau apa-apa tinggal klik. Mulai dari pesan makanan, pesan tiket pesawat, bahkan buka rekening bank, semuanya serba online. Bahkan, bekerja pun bisa dilakukan secara remote. Praktis.

Rupanya, budaya serba online ini juga merambah ke gereja. Apalagi, sejak adanya pandemi Covid-19. Banyak gereja “dipaksa” untuk menyelenggarakan ibadahnya secara online.

Saya ingat, waktu awal-awal pandemi, banyak pro dan kontra terkait ibadah online ini. Tetapi lama-kelamaan, sudah menjadi hal yang lumrah. Orang juga semakin dimanjakan. Mau disetel jam berapapun bisa. Mau berpakaian model seperti apa, nggak akan ada yang melihat. Nggak perlu kena macet. Apalagi, hujan-hujanan.

Banyak orang yang tadinya risi dengan ibadah online, sekarang malah keenakan. Kalau kita bisa memuji Tuhan, mendengarkan khotbah, juga persembahan, dengan ibadah online, masih perlukah ibadah secara fisik?

Jika kita membaca Alkitab, memang pertemuan-pertemuan ibadah dilakukan secara fisik (misalnya, Kis. 2:46). Jelas, pada waktu itu kan belum ada teknologi Internet. Mungkin kita berpikir seperti itu. Di lain pihak, tidak ada ayat Alkitab yang dengan tegas melawan ibadah online.

Tetapi marilah kita melihat dua hal yang saya pikir bisa menjadi panduan bagi kita untuk merenungkan apakah pertemuan ibadah fisik penting untuk dilakukan.

Pertama, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki fisik.

Ketika Allah menciptakan manusia pertama di Taman Eden, Dia tidak hanya memberikan roh, namun juga tubuh jasmaniah (Kej. 2:7). Selain memiliki pikiran, manusia juga memiliki otot, daging, tulang, dan sebagainya. Ada indra penglihatan, penengaran, penciuman, perasa, dan peraba.

Dengan tubuh jasmaniah ini pulalah, manusia berinteraksi dengan sesamanya. Seorang ibu mengekspresikan kasihnya kepada anaknya dengan menyusui dan menggendongnya. Seorang suami mengekspresikan cintanya dengan menggandeng tangan pasangannya. Jika ada teman yang sedih, tepukan di punggung bisa menyalurkan empati kita kepadanya.

Semua bentuk interaksi fisik seperti itu tidak akan mungkin tergantikan dengan interaksi secara online. Jika tidak percaya, tanyakan saja pada orang tua yang anak-cucunya ada di luar kota. Walaupun secara rutin bisa ngobrol lewat WA atau Zoom, rasanya belum sreg kalau belum ketemu secara fisik.

Seorang pria melakukan pertemuan secara online dengan kekasihnya (Photo by LinkedIn Sales Solutions on Unsplash)

Alkitab juga mengajarkan bahwa tubuh sama pentingnya dengan roh. Kita tidak hanya mempersembahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Tetapi, kita juga harus mempersembahkan tubuh kita untuk Tuhan (Rm. 12:1). Kita harus merawatnya baik-baik dan menjaga kekudusannya (1Kor. 6:13).

Kemudian Alkitab juga mengajarkan bahwa kelak Tuhan akan membangkitkan kita semua. Tetapi, itu bukan berarti kita akan berwujud roh yang melayang-layang. Itu rekaan manusia dan pandangan beberapa kepercayaan. Tetapi, jelas bukan pandangan yang alkitabiah.

Paulus menuliskan bahwa kelak kita akan memiliki tubuh rohani (1Kor. 15:42-44). Maksudnya, tubuh yang akan kita gunakan sepenuhnya untuk melayani Tuhan di surga. Di bagian lain Alkitab mengatakan kita akan memiliki tubuh yang serupa dengan tubuh yang dimiliki Yesus setelah Dia bangkit (Flp. 3:20-21).

Jika tubuh ini begitu penting. Bahkan, masih akan ada dalam kekekalan (dengan kualitas yang tidak dapat rusak), masihkah kita menganggap pertemuan ibadah secara fisik tidak penting lagi?

Kedua, Kristus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia

Bagi orang-orang yang menganggap kehadiran fisik dapat digantikan sepenuhnya secara online, mari kita melihat apa yang dilakukan Kristus. Sebagai Allah, Dia tidak hanya bertakhta di surga dan mengawasi segala tingkah laku manusia di bumi. Tetapi, Dia turun ke dalam dunia ciptaan-Nya, menjadi manusia sama seperti kita (Yoh. 1:14). Bedanya, Dia tidak berdosa.

Saya bukan orang yang membela Presiden Jokowi secara membabi-buta. Tetapi, ada satu teladan kepemimpinan yang beliau wujudkan. Sekarang ini, banyak orang di pelosok Indonesia yang merasa benar-benar diperhatikan. Bukan saja karena pembangunan telah menyentuh daerah mereka. Tetapi, Presiden Jokowi sendiri mau pergi mengunjungi mereka secara fisik.

Sebagai orang Kristen, kita tidak diminta untuk hanya meneladani tokoh-tokoh masyarakat seperti Presiden Jokowi. Tetapi, kita memiliki teladan pelayanan yang jauh lebih baik lagi, yaitu Kristus. Demi melayani orang-orang yang dikasihi-Nya, Dia memberikan tubuh fisik-Nya untuk bersentuhan dengan orang-orang berdosa, diludahi, dicambuk, bahkan sampai dipaku di salib. Seperti itulah kasih yang benar-benar peduli dengan sesama.

Lukisan karya Caravaggio yang menggambarkan Tomas, Si Peragu, menyentuh tubuh kebangkitan Kristus untuk mempercayai bahwa Dia benar-benar bangkit (sumber gambar: wikipedia.com)

Apa yang dilakukan Kristus itu bisa menjadi panduan bagi pelayanan gereja. Gereja tidak bisa benar-benar menjalankan pelayanannya tanpa mau hadir dalam kehidupan jemaatnya secara fisik.

Menyalurkan uang diakonia itu baik. Mendoakan orang yang sakit itu baik. Tetapi, gereja tidak akan maksimal pelayanannya kepada warganya tanpa mau terlibat secara fisik.

Seperti saya katakan di awal, manusia memiliki berbagai indra. Itu baru berfungsi maksimal jika kita hadir secara fisik. Kita bisa berdoa untuk “orang-orang kecil” seperti para pengemis dan pemulung di sekitar kita.

Tetapi, apakah kita mau bersentuhan dengan kulit mereka yang (maaf) dekil? Apakah kita juga mempersilakan mereka ketika mereka hadir di ibadah gereja kita dengan pakaian lusuh dan tubuh yang bau sampah?

Berdasarkan pemahaman tersebut, kita bisa memahami pentingnya ibadah fisik. Untuk kasus-kasus tertentu, seperti pada masa pandemi, orang yang sakit parah, orang yang tinggal di negara yang tertutup dengan Kekristenan, memang ibadah online merupakan pilihan yang baik. Tetapi kiranya jika memungkinkan, gereja tetap menyelenggarakan ibadah fisik sampai kapanpun. Karena dengan demikian, gereja dapat benar-benar maksimal menjadi berkat seperti teladan Kristus.

Marilah kita terus melakukannya (Ibr. 10:25), terutama di zaman akhir yang mendekat (2Tim. 3:1-4), ketika orang percaya semakin butuh dukungan sesamanya. Amin

REFLEKSI

Kehadiran fisik dari orang Kristen yang lain adalah sumber sukacita dan kekuatan bagi orang percaya (Dietrich Bonhoeffer)

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Bagaimana tanggapan Anda tentang fenomena berdirinya gereja virtual (virtual church)? (artinya: gereja yang pelayanannya sepenuhnya dilakukan secara online).
  2. Pelajaran apa saja yang Anda petik selama mengikuti ibadah online?

REFERENSI AYAT ALKITAB

Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (Kis. 2:46)

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. (Kej. 2:7)

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Rm. 12:1)

Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. (1Kor. 6:13)

42 Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. 43 Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44 Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. (1Kor. 15:42-44)

20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, 21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. (Flp. 3:20-21)

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yoh. 1:14)

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (Ibr. 10:25)

1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. 2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, 3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, 4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (2Tim. 3:1-4)

The post Masih Perlukah Ibadah Fisik di Zaman yang Serba Online? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/11/13/masih-perlukah-ibadah-fisik-di-zaman-yang-serba-online/feed/ 0 1758
Pernikahan Beda Agama Menurut Kristen https://studibiblika.id/2021/11/11/pernikahan-beda-agama-menurut-kristen/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=pernikahan-beda-agama-menurut-kristen https://studibiblika.id/2021/11/11/pernikahan-beda-agama-menurut-kristen/#respond Thu, 11 Nov 2021 11:33:26 +0000 http://studibiblika.id/?p=1732 Pernikahan merupakan dambaan bagi sebagian besar orang. Sering saya mendengar gurauan, “Saya menyesal menikah…. Bukan menyesal menikah, tetapi

The post Pernikahan Beda Agama Menurut Kristen first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Pernikahan merupakan dambaan bagi sebagian besar orang. Sering saya mendengar gurauan, “Saya menyesal menikah…. Bukan menyesal menikah, tetapi menyesal kenapa tidak dari dulu… Ternyata menikah itu enak.”

Tetapi, ada berbagai tantangan seputar kehidupan pernikahan. Salah satu yang paling sering ditanyakan adalah: “Bolehkah orang Kristen menikah dengan orang yang berbeda agama?”

Mari kita cermati beberapa perenungan yang bisa menuntun kita untuk untuk menjawab pertanyaan.

Pertama, bagaimana kita memandang pernikahan?

Jika kita memandang pernikahan sebagai budaya manusia belaka, maka kita bebas menentukan aturan mainnya. Minimal, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tempat kita tinggal. Tidak heran, di berbagai budaya terdapat aturan yang berbeda-beda mengenai pernikahan.

Namun sebagai orang Kristen, kita harus menempatkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam semua bidang kehidupan. Termasuk juga dalam pernikahan. Jadi, pandangan kita tentang pernikahan harus didasarkan atas Alkitab. Bukan budaya sekitar, apalagi pikiran sendiri.

Alkitab menyatakan bahwa pernikahan merupakan institusi yang diinisiasi oleh Allah. Jadi, pernikahan bukan lahir dari kebudayaan manusia. Pada waktu Penciptaan, Allah memberikan seorang wanita kepada Adam.

Allah kemudian memerintahkan:

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kej. 2:24)

Jika Allah yang menginisiasi institusi pernikahan, maka pernikahan bersifat sakral. Pernikahan harus dijalankan berdasarkan ketetapan Allah, bukan pemikiran manusia.

Pernikahan harus disahkan oleh pendeta, di hadapan Allah dan jemaat-Nya (Photo by Wedding Photography on Unsplash)

Kedua, apa kata Alkitab tentang pernikahan beda agama?

Beberapa panduan yang tersirat dari ayat di atas adalah: pernikahan harus dilakukan oleh dua orang yang berbeda gender dan sudah dewasa. Lalu, bagaimana dengan pernikahan beda agama?

Dalam surat 2Korintus, Paulus menasihati jemaaat Korintus:

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (2Kor. 6:14)

Memang secara konteks, ayat tersebut tidak mengarah pada pernikahan. Melainkan, penerapan dari perintah Tuhan untuk menjauhkan diri dari kecemaran (2Kor. 7:1; 6:17). Melalui ayat ini, Paulus meminta jemaat Korintus untuk menegaskan identitas mereka sebagai umat Tuhan. Dengan begitu, mereka tidak selayaknya “bersekutu” (sepaham dan setujuan) dengan orang-orang yang tidak percaya.

Walaupun demikian, ayat ini juga bisa menjadi dasar bahwa pernikahan beda agama tidak diinginkan Tuhan. Jika “bersekutu” dengan orang-orang yang tidak percaya saja tidak diperkenan Tuhan, apalagi ikatan pernikahan, bukan?

Selain itu kita harus ingat bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Jadi, kita harus menjaga kekudusannya. Selain tidak melakukan hubungan di luar nikah, hubungan di dalam nikah pun harus dilakukan dengan pasangan yang sama-sama bait Roh Kudus.

Ketiga, apa tantangan yang bisa dialami oleh orang yang menikah beda agama?

Selain tantangan dari sudut pandang Alkitab, pernikahan beda agama juga memiliki tantangan secara praktis. Pernikahan adalah penyatuan dua orang yang berbeda pemikiran, latar belakang, dan kepribadian. Ini saja sudah terlihat sebagai sumber konflik. Apalagi jika pasangan memiliki iman yang berbeda. Pernikahan pasti akan menghadapi potensi konflik yang lebih tajam.

Pasangan yang berbeda agama memiliki standar yang berbeda dalam mengarahkan biduk rumah tangga, mendidik anak, mengelola keuangan, mengelola konflik, dan sebagainya. Sangat sulit untuk diselaraskan (kecuali ada kompromi). Tepat seperti Paulus bilang, “terang tidak mungkin bersatu dengan gelap.”

Lalu, mengapa ada pasangan yang terlihat baik-baik saja walaupun mereka berbeda agama? Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Bisa saja, mereka terlihat baik-baik saja saat ini, belum tentu di masa depan. Atau, mereka terlihat baik-baik saja di muka umum, tetapi ada salah satu pihak yang selalu mengalah.

Namun dari semua kemungkinan itu, ada satu kemungkinan yang lebih fatal lagi. Yaitu, pasangan yang berbeda agama tidak sungguh-sungguh taat pada Tuhan. Dalam batas tertentu, mereka mengkompromikan iman demi mencapai kesepahaman dengan pasangan.

Misalnya, apakah mungkin orang yang sungguh-sungguh taat pada Tuhan membiarkan anak mereka menerima pengajaran di luar Kristus? Atau, mungkinkah rumah tangga tersebut akan maksimal bagi Tuhan jika pasangan memiliki standar moral dan kebenaran yang berbeda?

Apalagi, jika pasangan yang Kristen mendapat panggilan pelayanan secara khusus dari Tuhan. Semakin taat pada Tuhan, dia akan semakin mendapat tantangan dari pasangannya yang belum percaya.

Ingat, kita sebagai anak Tuhan memiliki standar moral dan kebenaran yang sangat tinggi. Kristus sendiri yang menjadi acuan. Pun di dalam pernikahan, Kristus sendiri yang menjadi pemimpin dan role model. Kasih Kristus serta kasih di antara ketiga pribadi Tritunggal juga harus menjadi perekat pernikahan.

Bagaimana mungkin kasih seperti ini dapat terwujud jika dilakukan oleh orang yang tidak percaya pada Kristus? Tuhan Yesus berkata: “Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5).

Kasih Kristus menjadikan pernikahan indah (Photo by Gus Moretta on Unsplash)

Melihat banyaknya tantangan yang akan dihadapi, maka orang Kristen sudah selayaknya menghindari pernikahan beda agama. Terlebih lagi, hal itu tidak dikehendaki oleh Tuhan.

Jalanilah pernikahan sesuai dengan kehendak Tuhan dan dengan cara yang berkenan pada Tuhan. Yakinlah, berkat Tuhan yang dirasakan akan lebih besar dibanding apa yang didapat dari pernikahan menurut dunia.

The post Pernikahan Beda Agama Menurut Kristen first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/11/11/pernikahan-beda-agama-menurut-kristen/feed/ 0 1732
Vanessa Angel dan Pelajaran tentang Kematian https://studibiblika.id/2021/11/04/vanessa-angel-dan-pelajaran-tentang-kematian/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=vanessa-angel-dan-pelajaran-tentang-kematian https://studibiblika.id/2021/11/04/vanessa-angel-dan-pelajaran-tentang-kematian/#respond Thu, 04 Nov 2021 15:32:33 +0000 http://studibiblika.id/?p=1637 Siang tadi (4/11), sebuah berita yang mengejutkan bertebaran di linimasa berbagai media sosial. Vanessa Angel, seorang selebgram dengan

The post Vanessa Angel dan Pelajaran tentang Kematian first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Siang tadi (4/11), sebuah berita yang mengejutkan bertebaran di linimasa berbagai media sosial. Vanessa Angel, seorang selebgram dengan hampir 4 juta follower, meninggal dunia. Mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal di tol Jombang-Mojokerto arah Surabaya. Vanessa dan Bibi Ardiansyah, suaminya, meninggal di tempat. Sementara itu, Gala, anak mereka, serta sopir dan asisten rumah tangga selamat.

Kematian akan menimpa semua orang. Namun, itu sering terjadi pada waktu yang tidak dapat diduga. Juga, melalui cara yang tidak dapat dipilih. Siapa sangka, Vanessa yang sebelumnya masih sempat posting di Instagram story-nya, meninggal beberapa saat kemudian dalam sebuah kecelakaan tragis.

Di tengah duka cita dan misteri yang menyelimuti kematian, saya melihat setidaknya ada dua pelajaran penting yang dapat kita petik.

Pertama, kematian mengajarkan kita bahwa hidup di dunia itu terbatas.

Kebahagiaan dan penderitaan bisa silih berganti datang dalam kehidupan kita. Jika kita berada dalam kenyamanan, jangan terlena. Jika kita berada dalam kesusakan, jangan kecewa berlarut-larut. Mengapa? Semuanya suatu saat akan berakhir.

Saya pernah mengalami keadaan antara hidup dan mati. Di saat seperti itu, saya disadarkan bahwa hidup manusia itu fana. Kelak, semua yang kita dapatkan di dunia ini akan kita tinggalkan. Kita tidak akan membawa secuil apapun yang kita miliki di dunia ini. Kalau begitu, menyandarkan hidup pada apa yang ada di dunia ini adalah hal yang keliru.

Inilah yang akan membawa kita pada pelajaran selanjutnya….

Rumah terakhir kita berukuran 1×2 meter saja (Photo by Waldemar Brandt on Unsplash)

Kedua, kematian mengajarkan kita bahwa janji Kristus itu pasti akan didapat.

Betulkah kematian akan memisahkan kita dari semua yang kita cintai? Bagi orang di luar Kristus, betul. Tetapi bagi orang yang percaya pada Kristus, kematian justru merupakan awal dari perjumpaan dengan cinta kita yang sejati, yaitu Kristus. Itulah yang akan menjadikan kematian sebagai sesuatu yang dirindukan.

Ada begitu banyak cara kematian yang dianggap tragis oleh dunia ini. Misalnya, kecelakaan, sakit yang berkepanjangan, pembunuhan, dan sebagainya. Apalagi, jika orang yang mati itu sepanjang hidupnya terus mengalami penderitaan. Pasti tidak ada yang mau kan mengalami hal seperti ini?

Tetapi syukurlah, bagi orang di dalam Kristus, kematian merupakan awal dari perjalanan hidup kekal yang indah. Seberapapun sulit hidup kita dan seberapapun tragis kematian yang kita alami, tidak akan menjadi soal lagi.

Di surga kelak, kita akan menerima tubuh kebangkitan yang tidak dapat rusak. Juga, tidak akan ada lagi penderitaan di sana. Dalam jangka waktu yang tidak terbatas, kita akan merasakan sukacita kekal tinggal bersama Kristus.

Jika dua hal itu yang terjadi, bagaimana hidup yang sedang kita jalani? Apakah membuat kita semakin siap untuk bertemu Kristus kapan saja Dia panggil. Atau, justru semakin membuat kita khawatir karena kehilangan kesenangan di dunia? Pilihan ada di tangan kita.

Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. (2Kor. 5:1)

The post Vanessa Angel dan Pelajaran tentang Kematian first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/11/04/vanessa-angel-dan-pelajaran-tentang-kematian/feed/ 0 1637