anugerah | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Mon, 24 Apr 2023 03:28:05 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.2 https://i0.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 anugerah | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Diselamatkan oleh Anugerah (Ef. 2:1-10) https://studibiblika.id/2023/04/24/diselamatkan-oleh-anugerah-ef-21-10/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=diselamatkan-oleh-anugerah-ef-21-10 https://studibiblika.id/2023/04/24/diselamatkan-oleh-anugerah-ef-21-10/#respond Mon, 24 Apr 2023 03:24:54 +0000 https://studibiblika.id/?p=2334 Anugerah adalah konsep yang hanya ada di dalam Kekristenan. Ketika agama dan kepercayaan lain mengajarkan bagaimana orang bisa

The post Diselamatkan oleh Anugerah (Ef. 2:1-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Anugerah adalah konsep yang hanya ada di dalam Kekristenan. Ketika agama dan kepercayaan lain mengajarkan bagaimana orang bisa diselamatkan, Alkitab justru mengajarkan bahwa tidak ada seorang pun yang layak diselamatkan. Semuanya berdosa dan layak mendapat murka Allah. Maka, Allah harus turun tangan dengan cara memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai kurban tebusan.

Ketika agama dan kepercayaan lain mengajarkan bagaimana orang bisa diselamatkan, Alkitab justru mengajarkan bahwa tidak ada seorang pun yang layak diselamatkan. Semuanya berdosa dan layak mendapat murka Allah. Maka, Allah harus turun tangan dengan cara memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai kurban tebusan.

Di dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa jemaat Efesus (termasuk kita) dulunya mati rohani (terpisah dari Allah). Mereka hidup dalam cara hidup dan standar moralitas dunia yang sudah tercemar oleh dosa dan dipengaruhi Iblis (ay. 1-3). Bahkan begitu cemarnya sehingga banyak orang yang merasa baik-baik saja dan mampu mengatasi dosa. Tetapi ketika kita memahami dosa dari sudut pandang Alkitab (1Yoh. 3:4), kita tidak bisa meremehkannya lagi. Sebaik-baiknya perbuatan manusia, semua sudah tercemar oleh dosa (Yes. 64:6) dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23; Kej. 2:17).

Tetapi Allah (ini adalah frasa teologis yang penting) memberikan anugerah supaya manusia bisa diselamatkan melalui persatuan dengan Kristus (ay. 4-7). Ketika Allah menyelamatkan (ay. 5, 8), terkandung makna bahwa Dia bertindak sehingga manusia bisa terlepas dari keadaan bahaya (dan manusia tidak bisa melepaskan dirinya sendiri), namun juga memberikan hidup yang baru. Ini seperti ketika Dia membawa bangsa Israel dari Mesir ke tanah Kanaan, yang menggambarkan keselamatan penuh yang diberikan oleh Tuhan Yesus pada orang-orang yang percaya pada-Nya (bnd. 1:3; 5:8).

Kemudian, Paulus secara unik menggunakan kata anugerah (Yun. charis) bukan hanya berarti pemberian yang murah hati, tetapi juga ada tekanan bahwa itu diberikan tanpa memandang penerimanya layak atau tidak. Jadi, anugerah hanya bisa terjadi karena kasih Allah yang begitu besar (Mzm. 103:8). Sama sekali bukan karena kebaikan di dalam diri kita (ay. 8-9). Ini adalah konsep yang sangat radikal.

Namun sebenarnya sejak Perjanjian Lama pun sudah terlihat adanya konsep anugerah. Misalnya, Allah menebus bangsa Israel padahal mereka tegar tengkuk (Ul. 7:7-8; 9:6). Hingga kini, kita pun masih terus dibuat heran mengapa Allah justru memberikan keselamatan bagi orang-orang yang tidak layak (termasuk kita sendiri!).

Anugerahlah yang mentransformasi kita untuk melakukan perbuatan baik yang telah Allah rancangkan sejak kekekalan (ay. 10). Jadi, bukan berbuat baik untuk memperoleh keselamatan tetapi justru karena telah memperolehnya. Kita tidak lagi hidup dalam kuasa dosa, melainkan hidup berkenan bagi Pencipta dan Penebus kita. Amin.

REFLEKSI

Kita tidak berbagian apa-apa dalam keselamatan, kecuali dosa kita sendiri sehingga keselamatan itu dibutuhkan (Jonathan Edwards)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

1. Apa saja cara pandang atau gaya hidup Anda yang berlawanan dengan konsep anugerah? Minta ampunlah kepada Tuhan dan mohon kekuatan dari-Nya supaya Anda bisa berhenti melakukannya.

2. Sebutkan orang yang kepadanya Anda bisa membagikan Kabar Baik tentang anugerah Tuhan ini. Nyatakan komitmen ini pada Tuhan.

REFERENSI

1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.  2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. 3 Sebenarnya dahulu kita semua juga termasuk di antara mereka, ketika kita hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kita yang jahat. Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. 4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita — oleh anugerah kamu diselamatkan — 6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga, 7supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan anugerah-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. 8S ebab karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri. 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Ef. 2:1-10)

Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. (1Yoh. 3:4)

Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm. 6:23)

“tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej. 2:17)

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. (Ef. 1:3)

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, (Ef. 5:8)

Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. (Yes. 64:6)

TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (Mzm. 103:8)

7  Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu  —  bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?  — 8  tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir. (Ul. 7:7-8)

“Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!” (Ul. 9:6)

Baca juga:

Pakaian, Dosa, dan Anugerah | STUDIBIBLIKA.ID

Adakah Dosa yang Tidak Diampuni Tuhan? | STUDIBIBLIKA.ID

Apakah artinya bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah? (gotquestions.org)

The post Diselamatkan oleh Anugerah (Ef. 2:1-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2023/04/24/diselamatkan-oleh-anugerah-ef-21-10/feed/ 0 2334
Pakaian, Dosa, dan Anugerah https://studibiblika.id/2022/08/11/pakaian-dosa-dan-anugerah/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=pakaian-dosa-dan-anugerah https://studibiblika.id/2022/08/11/pakaian-dosa-dan-anugerah/#comments Thu, 11 Aug 2022 01:07:08 +0000 https://studibiblika.id/?p=2140 Berpakaian. Aktivitas sederhana ini tentu kita lakukan setiap hari, bukan? Tetapi sadarkah kita bahwa aktivitas sederhana ini dapat

The post Pakaian, Dosa, dan Anugerah first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Berpakaian. Aktivitas sederhana ini tentu kita lakukan setiap hari, bukan? Tetapi sadarkah kita bahwa aktivitas sederhana ini dapat menjadi pengingat untuk kebenaran teologis yang mendalam? Pakaian mengingatkan kita akan dosa manusia dan anugerah Tuhan.

Ketika Allah menciptakan manusia pertama, ketelanjangan bukanlah hal yang memalukan. Namun ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, barulah mereka tersadar akan ketelanjangan mereka. Dosa membuat mereka memiliki rasa malu (Kej. 3:7).

Karena itulah, Allah kemudian membuat pakaian dari kulit binatang (Kej. 3:21). Semenjak saat itu, manusia harus memakai pakaian supaya tidak merasa malu. Hanya orang yang tidak waras pikirannya yang tidak merasa malu tanpa berpakaian.

Ribuan tahun setelah kejadian itu, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. Dia harus menanggung banyak penderitaan ketika disalib. Salah satunya, kebalikan dari Adam yang diberi pakaian, pakaian-Nya justru ditanggalkan oleh para prajurit (Mrk. 15:24). Rasa malu yang didapat manusia akibat pemberontakan Adam, harus ditanggung oleh Kristus akibat ketaatan-Nya. Karya penebusan-Nya di salib inilah yang membuat manusia bisa memperoleh anugerah keselamatan.

Paradoks ini mengajarkan kita untuk mengingat dua kebenaran teologis setiap hari:

Ketika berpakaian, ingatlah akan kejatuhan Adam. Bertekadlah untuk tidak menggunakan tubuh kita dalam melakukan dosa. Sekaligus, ingatlah akan anugerah Kristus. Bertekadlah untuk menggunakan tubuh kita bagi kemuliaan Allah.

REFERENSI AYAT ALKITAB

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (Kej. 3:7)

Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. (Kej. 3:21)

Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. (Mrk. 15:24)

Baca juga:

Ayat-Ayat Alkitab Tentang Dosa | STUDIBIBLIKA.ID

The post Pakaian, Dosa, dan Anugerah first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/08/11/pakaian-dosa-dan-anugerah/feed/ 1 2140
Hiduplah dalam Prinsip Hadiah, Bukan Upah (Rm. 4:1-8) https://studibiblika.id/2022/01/12/hiduplah-dalam-prinsip-hadiah-bukan-upah-rm-41-8/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=hiduplah-dalam-prinsip-hadiah-bukan-upah-rm-41-8 https://studibiblika.id/2022/01/12/hiduplah-dalam-prinsip-hadiah-bukan-upah-rm-41-8/#respond Tue, 11 Jan 2022 23:50:45 +0000 https://studibiblika.id/?p=1917 Abraham merupakan tokoh sentral dalam agama-agama samawi (Kristen, Islam, dan Yahudi). Para penganut agama-agama samawi mengenal kisah ketaatan

The post Hiduplah dalam Prinsip Hadiah, Bukan Upah (Rm. 4:1-8) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Abraham merupakan tokoh sentral dalam agama-agama samawi (Kristen, Islam, dan Yahudi). Para penganut agama-agama samawi mengenal kisah ketaatan yang ditunjukkan oleh Abraham. Namun demikian, terdapat keunikan dalam cara pandang Kekristenan. Keunikan ini tidak hanya memisahkan doktrin Kekristenan dengan yang lainnya, tetapi juga memisahkan cara hidup orang-orang Kristen dengan yang lainnya.

Orang-orang Kristen memercayai bahwa manusia diselamatkan hanya oleh anugerah melalui iman (justified by grace alone through faith). Manusia, yang semuanya layak dibinasakan karena dosa (Rm. 3:23; 6:23a), justru ditawari anugerah yang diberikan melalui pengurbanan Kristus. Bagaimana cara menerimanya? Melalui iman kepada Kristus (Rm. 10:9).

Prinsip anugerah dan iman ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Atau, akal-akalan Paulus saja (banyak penentang Kekristenan yang meyakini bahwa Pauluslah yang memutarbalikkan “injil”). Prinsip ini sebenarnya telah dibukakan sejak zaman Abraham, bapa leluhur orang-orang percaya (ay. 1).

Paulus mengajarkan bahwa Abraham bukan dibenarkan karena perbuatannya, tetapi karena imannya (ay. 2-3). Paulus mengibaratkannya sebagai hadiah, dan bukannya upah (ay. 4-5). Kita tahu bahwa hadiah diterima bukan karena seseorang telah bekerja. Tetapi, karena kebaikan hati si pemberi hadiah itu. Berbeda dengan upah, yang baru diberikan setelah seseorang melakukan sesuatu bagi si pemberi upah. Ini juga selaras dengan apa yang telah tertulis dalam Perjanjian Lama. Misalnya, salah satu mazmur Daud yang dikutip Paulus (ay. 6-8; Mzm. 32:1-2).

Setelah memahami cara kerja Allah ini, maka jangan lagi kita melakukan sesuatu bagi Allah dengan harapan bahwa melaluinya, Allah akan mencurahkan kasih-Nya dan mengampuni dosa kita (prinsip “upah”). Kesalahan ini umum dilakukan oleh orang-orang Kristen karena menyamakan Allah dengan manusia yang bisa dilunakkan hatinya melalui pemberian-pemberian.

Selain itu, kesalahan ini juga menyiratkan bahwa natur dosa masih menyelubungi diri kita sehingga, kita merasa diri saleh. Padahal, nabi Yesaya pernah mengingatkan bahwa di hadapan Tuhan, kesalehan manusia cemar dan kotor (Yes. 64:6a). Standar Tuhan begitu sempurna, tidak mungkin dicapai oleh kekuatan manusia. Demikian pula dosa manusia terlampau berat, tidak mungkin terhapus dengan perbuatan baik yang dilakukannya.

Semakin hidup dalam prinsip upah, semakin jauh pula kita dari Allah. Selain merasa terbeban, kita pun akan mendekati Allah dengan takut-takut (jangan-jangan, apa yang kita lakukan belum cukup memuaskan hati-Nya).

Hiduplah dengan keyakinan bahwa karena Kristus telah menebus dosa-dosa kita, maka kita sudah selayaknya seluruh hidup ini kita persembahkan bagi-Nya (prinsip “hadiah”). Seperti halnya orang-orang yang menerima hadiah, kita pun akan memiliki sukacita dan mendekati Allah dengan penuh keberanian (Ibr. 4:16). Amin.

REFLEKSI

Gereja adalah gelanggang utama di mana kita belajar bahwa kemuliaan bukan terkait dalam apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan dalam apa yang Allah lakukan bagi kita (Eugene H. Peterson)

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Bagaimana kita bisa membedakan apakah pelayanan kita selama ini dilakukan berdasar “hadiah” atau “upah”?
  2. Apa saja yang akan terjadi ketika seseorang melakukan pelayanan kepada Tuhan berdasar pada “upah”?

REFERENSI AYAT ALKITAB

1 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2 Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. 3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” 4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. 6 Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: 7 “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; 8 berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” (Rm. 4:1-8)

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (Rm. 3:23)

Sebab upah dosa ialah maut; (Rm. 6:23a)

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (Rm. 10:9)

1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! 2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (Mzm. 32:1-2)

Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor (Yes. 64:6a)

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibr. 4:16)

The post Hiduplah dalam Prinsip Hadiah, Bukan Upah (Rm. 4:1-8) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/01/12/hiduplah-dalam-prinsip-hadiah-bukan-upah-rm-41-8/feed/ 0 1917
Mengapa Tuhan Tidak Membunuh Yehuda (Kej. 38)? https://studibiblika.id/2021/10/08/mengapa-tuhan-tidak-membunuh-yehuda-kej-38/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengapa-tuhan-tidak-membunuh-yehuda-kej-38 https://studibiblika.id/2021/10/08/mengapa-tuhan-tidak-membunuh-yehuda-kej-38/#respond Fri, 08 Oct 2021 00:53:20 +0000 https://studibiblika.id/?p=1489 Ketika Yehuda melakukan hubungan dengan Tamar, mengapa Tuhan tidak menghukumnya? Ini berbeda dengan apa yang dilakukan Tuhan ketika menghukum Er dan Onan, kedua anak laki-lakinya yang melakukan dosa.

The post Mengapa Tuhan Tidak Membunuh Yehuda (Kej. 38)? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Latar Belakang (baca: Kejadian 38): Yehuda memiliki tiga anak laki-laki: Er, Onan, dan Syela. Istri Er adalah Tamar. Karena Er jahat di mata Tuhan, Tuhan membunuhnya. Setelah itu, Onan menolak memberikan keturunan kepada Tamar. Tuhan juga membunuh Onan. Kemudian, Tamar menyelubungi dirinya sebagai pelacur untuk memiliki seorang putra dengan Yehuda. Anehnya, Tuhan tidak menghukum Yehuda. Mengapa Tuhan membiarkannya?

Jawaban singkatnya: inilah belas kasihan Tuhan. Kisah ini tidak membuktikan bahwa beberapa dosa dapat ditoleransi atau Yehuda itu unik. Ingatlah bahwa Tuhan tidak hanya murka terhadap orang berdosa. Tuhan juga berbelas kasih kepada manusia. Kita dapat mempelajarinya dari kisah Musa berikut:

6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, 7 yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (Kel. 34:6-7)

Perhatikan juga ayat-ayat berikut:

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23)

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm. 6:23)

Kita dapat menyimpulkan bahwa jika Tuhan menghukum setiap orang saat itu juga, tidak ada seorang pun yang tetap hidup. Berdasar hikmat Tuhan, beberapa orang dalam Perjanjian Lama pun dibiarkan hidup setelah mereka berbuat dosa (ingat perzinahan Daud dengan Batsyeba?). Ini memberi kesempatan bagi orang-orang tersebut untuk bertobat. Kita dapat membaca prinsip ini dalam Perjanjian Baru:

“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2Ptr. 3:9)

Dalam kisah Yehuda, belas kasihan Tuhan menuntunnya untuk bertobat. Dia mengakui kesalahannya dengan Tamar dengan mengatakan bahwa Tamar lebih benar darinya dan dia tidak mengulangi dosanya:

Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: “Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.” Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu.” (Kej. 38:26)

Transformasi dalam diri Yehuda tidak berakhir di situ. Jika kita membaca bagian akhir dari kehidupan Yehuda, dia menawarkan dirinya sebagai budak untuk melindungi Benyamin sesuai sumpahnya kepada ayahnya (Kej. 44:32-33; 43:9). Hal ini bertentangan dengan apa yang dulu dilakukannya terhadap Yusuf sehingga Yusuf menjadi budak.

Pada akhirnya, Tuhan menggunakan garis keturunan Yehuda menjadi Mesias melalui Tamar (Kej. 38:27-30; Mat. 1:3). Betapa berbelas kasihnya Tuhan!

Belas kasihan yang seperti ini juga masih Tuhan kerjakan dalam kehidupan anak-anak-Nya pada masa kini, termasuk Anda!

(Tulisan ini diterjemahkan dari tanya-jawab yang penulis lakukan melalui pelayanan GotQuestions dan dipublikasikan juga di situs popularhermeneutics.com)

The post Mengapa Tuhan Tidak Membunuh Yehuda (Kej. 38)? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/10/08/mengapa-tuhan-tidak-membunuh-yehuda-kej-38/feed/ 0 1489