Bahasa Yunani | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Wed, 10 Nov 2021 17:22:14 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.2 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 Bahasa Yunani | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Apakah Orang Kristen Bisa Hidup Tanpa Dosa? https://studibiblika.id/2021/11/11/apakah-orang-kristen-bisa-hidup-tanpa-dosa/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=apakah-orang-kristen-bisa-hidup-tanpa-dosa https://studibiblika.id/2021/11/11/apakah-orang-kristen-bisa-hidup-tanpa-dosa/#respond Wed, 10 Nov 2021 17:22:08 +0000 http://studibiblika.id/?p=1727 Suatu kali, saya mendengar seorang pendeta berkhotbah bahwa orang Kristen harus sempurna. Rupanya, pendeta itu mengacu pada Matius

The post Apakah Orang Kristen Bisa Hidup Tanpa Dosa? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Suatu kali, saya mendengar seorang pendeta berkhotbah bahwa orang Kristen harus sempurna. Rupanya, pendeta itu mengacu pada Matius 5:48, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Pendeta tersebut melanjutkan, tanda seorang Kristen dewasa rohani adalah hidup tanpa dosa.

Bisakah demikian?

Dalam Alkitab, memang kelihatannya ada ayat-ayat yang mendukung pernyataan tersebut. Misalnya, “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1Yoh. 3:6).

Sekilas, ayat di atas menyatakan bahwa orang Kristen bisa hidup tanpa dosa. Tetapi pernyataan seperti ini memiliki setidaknya dua tentangan.

Pertama, pernyataan itu bertentangan dengan ayat-ayat Alkitab yang lain. Masih di surat yang sama, Yohanes menuliskan: “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (1Yoh. 1:8).

Kedua, pernyataan itu bertentangan dengan fakta yang terjadi dalam diri orang percaya. Semua orang, termasuk kita, berdosa. Paulus menulis, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23).

Bagaimana dengan para tokoh iman dalam Alkitab? Buka saja halaman demi halaman Alkitab, maka kita akan membaca betapa banyaknya dosa para tokoh di dalamnya (tentu saja, selain Tuhan Yesus).

Yohanes memang memerintahkan para pembaca suratnya untuk tidak berbuat dosa. Namun dia juga tahu, manusia lemah. Maka, dia memaparkan bahwa jika mereka berbuat dosa (setelah menjadi Kristen tentunya), ingatlah bahwa mereka memiliki Penebus. “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1Yoh. 2:1).

Lalu, bagaimana kita menyelaraskan ayat-ayat yang nampaknya bertentangan itu?

Mari kita menyelisik bahasa aslinya. Frasa tidak berdosa dalam 1Yohanes 3:6 menggunakan bentuk Present Indikatif. Bentuk ini bisa diartikan sebagai tindakan yang berulang-ulang atau menjadi kebiasaan.

Jadi, Yohanes sebenarnya bermaksud untuk menyatakan bahwa orang Kristen “tidak terus menerus berbuat dosa.” Tidak menjadikan dosa sebagai sebuah kebiasaan. Tidak berkubang dalam dosa (dosa menjadi gaya hidup). Lain bukan, dengan “tidak berdosa sama sekali”?

Makna tersebut terlihat dalam beberapa terjemahan berikut:

Semua orang yang hidup bersatu dengan Kristus, tidak terus-menerus berbuat dosa. Orang yang terus-menerus berbuat dosa, tidak pernah melihat Kristus atau mengenal-Nya. (BIMK)

No one who abides in him keeps on sinning; no one who keeps on sinning has either seen him or known him. (ESV)

No one who lives in him keeps on sinning. No one who continues to sin has either seen him or known him. (NIV)

Jadi, jelas bahwa Alkitab tidak mengajarkan bahwa orang Kristen bisa hidup tanpa dosa di dunia. Kelak, setelah dibangkitkan, barulah kehidupan tanpa dosa mungkin dijalani.

Namun jangan jadikan ini sebagai alasan kita untuk berbuat dosa. Pemahaman ini harusnya membangkitkan rasa syukur dan kebutuhan kita akan Juru Selamat. Tanpa penebusan Kristus, kita tidak akan mungkin diperkenan Allah. Rasa syukur ini akan menuntun kita untuk semaksimal mungkin menghindari dosa.

The post Apakah Orang Kristen Bisa Hidup Tanpa Dosa? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/11/11/apakah-orang-kristen-bisa-hidup-tanpa-dosa/feed/ 0 1727
Apakah Ada Kata yang Hilang dalam 1Kor. 9:15? https://studibiblika.id/2020/04/28/apakah-ada-kata-yang-hilang-dalam-1kor-915/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=apakah-ada-kata-yang-hilang-dalam-1kor-915 https://studibiblika.id/2020/04/28/apakah-ada-kata-yang-hilang-dalam-1kor-915/#respond Tue, 28 Apr 2020 08:00:09 +0000 http://studibiblika.id/?p=874 Bagi kita yang membaca Alkitab secara cermat, mungkin pernah menemui kesulitan untuk mengartikan tanda “.. !” yang muncul

The post Apakah Ada Kata yang Hilang dalam 1Kor. 9:15? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Bagi kita yang membaca Alkitab secara cermat, mungkin pernah menemui kesulitan untuk mengartikan tanda “.. !” yang muncul dalam 1Kor. 9:15 berikut: “Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada … ! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga!

Tanda “.. !” tersebut sekilas dapat membingungkan karena seolah-olah ada kata yang hilang dan kalimatnya belum selesai. Memang benar, dalam bahasa Yunaninya pun, terlihat bahwa Paulus tidak menyelesaikan perkataannya.

καλὸν γάρ μοι μᾶλλον ἀποθανεῖν ἤ — τὸ καύχημά μου οὐδεὶς κενώσει.

Terjemahan literal: Sebab bagiku lebih baik mati daripada… [ada jeda di sini] tidak ada yang akan meniadakan kemegahanku!

Penghentian ini menandakan adanya emosi tertentu yang sedang dirasakan oleh seorang pembicara/penulis (seperti halnya pada 1Kor. 6:9; 15:1-2; Gal. 2:3-5, 6; 6:12; Flp. 2:29). Gaya bahasa semacam ini disebut aposiopesis. Istilah ini sebenarnya juga dikenal dalam bahasa Indonesia. KBBI mengartikan aposiopesis sebagai “penghentian pikiran yang belum lengkap secara tiba-tiba (dapat berupa penghentian kata atau frasa, pemutusan kalimat).”

Jadi, bukan berarti terjemahan LAI salah. Atau, Alkitab yang kita miliki kurang lengkap (ada bagian yang hilang). Tetapi memang Paulus sengaja tidak melengkapi kalimat tersebut karena luapan emosinya.

Ini mirip dengan apa yang kita lakukan sehari-hari. Misalnya, “Saya memang berniat untuk menyelesaikan permasalahan ini dengannya, tetapi…. Ya, begitulah.” Kalimat tersebut tidak lengkap untuk menunjukkan emosi tertentu (dan si pendengar sudah tahu artinya).

Sebenarnya, apa maksud Paulus dalam bagian yang sengaja dihentikan itu? Kita dapat melihatnya dari beberapa terjemahan Alkitab:

TB2: Sebab lebih baik aku mati daripada berbuat seperti itu.

BIMK: Lebih baik saya mati daripada kehilangan hal yang saya banggakan itu.

ESV: For I would rather die than have anyone deprive me of my ground for boasting.

NIV: for I would rather die than allow anyone to deprive me of this boast

NRSV: I would rather die than that—no one will deprive me of my ground for boasting!

Penafsiran tersebut bisa didapat jika kita mencermati seluruh perikop ini (bahkan seluruh kitab). Dalam pasal 9 ini, Paulus memaparkan bahwa sebagai rasul, dia berhak untuk menerima dukungan finansial dari jemaat di Korintus yang dia layani (ay. 1-14). Tetapi, dia rela mengesampingkan hak tersebut dan memilih untuk tetap menafkahi dirinya dengan menjadi  pembuat tenda demi mencapai tujuan yang lebih tinggi (ay. 15-27).

Perhatikan, Paulus tetap menerima dukungan finansial dari tempat-tempat lain yang dilayaninya (2Kor. 11:7-11). Tetapi khusus di Korintus, Paulus memilih untuk tidak menerimanya. Mengapa? Karena Paulus ingin membedakan dirinya dengan orang-orang pandai di Korintus yang sering menggunakan kemampuan bicara mereka untuk mencari kekayaan dan nama besar. Dia tidak mau, dengan menerima dukungan finansial dari jemaat Korintus, maka Paulus tidak lagi bisa memberitakan Injil dengan leluasa. Di sinilah Paulus bermegah, karena dapat memberitakan Injil tanpa “upah” (yang dapat membuat orang keliru menangkap motivasinya)!

Sebagai seorang yang dewasa rohani, Paulus memberi teladan kepada jemaat Korintus bahwa dia rela mengesampingkan hak demi kemajuan pekerjaan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah memiliki prinsip yang sama? Allah telah mencurahkan berkat-berkat-Nya bagi kita. Bahkan, Anak-Nya sendiri pun Dia korbankan. Relakah kita kehilangan secuil hak demi menuntun banyak orang menerima anugerah Allah?

Contoh kecil saja, kita dapat menahan diri untuk tidak melakukan hobi kita untuk sementara waktu. Uangnya kita tabung dan kita persembahkan untuk mendukung pelayanan tertentu di gereja, mendukung lembaga misi, atau membantu orang yang sedang kesusahan (terutama di masa pandemi ini). Dengan terbiasa melakukan itu dari hal-hal kecil, maka Tuhan akan menuntun kita untuk nantinya Dia libatkan dalam hal-hal yang lebih besar lagi, seperti Paulus.

The post Apakah Ada Kata yang Hilang dalam 1Kor. 9:15? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/04/28/apakah-ada-kata-yang-hilang-dalam-1kor-915/feed/ 0 874
Apakah Alkitab Mengajarkan Untuk Membenci Ayah, Ibu, dan Keluarga Kita dalam Luk. 14:26? https://studibiblika.id/2020/02/17/apakah-alkitab-mengajarkan-untuk-membenci-ayah-ibu-dan-keluarga-kita-dalam-luk-1426/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=apakah-alkitab-mengajarkan-untuk-membenci-ayah-ibu-dan-keluarga-kita-dalam-luk-1426 https://studibiblika.id/2020/02/17/apakah-alkitab-mengajarkan-untuk-membenci-ayah-ibu-dan-keluarga-kita-dalam-luk-1426/#respond Mon, 17 Feb 2020 23:38:08 +0000 http://studibiblika.id/?p=700 “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya

The post Apakah Alkitab Mengajarkan Untuk Membenci Ayah, Ibu, dan Keluarga Kita dalam Luk. 14:26? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk. 14:26)

Banyak orang Kristen bertanya mengapa Tuhan Yesus memerintahkan pengikut-Nya untuk membenci orang tua dan keluarga mereka dalam Luk. 14:26 ini. Bahkan ayat ini juga menjadi “sasaran empuk” bagi orang-orang untuk menyerang Alkitab (contohnya klik di sini). Bagaimana kita menjawabnya?

Permasalahan ini sebenarnya sangat mudah untuk diselesaikan jika kita menggali bahasa aslinya (Yunani Koine, bahasa yang digunakan untuk menuliskan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru). Di dalam bahasa asli, ayat tersebut berbunyi demikian:

Εἴ τις ἔρχεται πρός με καὶ οὐ μισεῖ τὸν πατέρα ἑαυτοῦ καὶ τὴν μητέρα καὶ τὴν γυναῖκα καὶ τὰ τέκνα καὶ τοὺς ἀδελφοὺς καὶ τὰς ἀδελφάς, ἔτι τε καὶ τὴν ψυχὴν ἑαυτοῦ, οὐ δύναται εἶναί μου μαθητής.

Kata “membenci” rupanya diterjemahkan dari kata μισέω (miséō), yang di dalam ayat tersebut berubah bentuk menjadi μισεῖ (karena menyatakan kata kerja bagi orang ketiga tunggal, Present Aktif Indikatif). Selain bisa bermakna “membenci,” kata ini juga bisa bermakna “memandang rendah,” “bersikap tidak peduli,” atau “tidak menghiraukan.” Kata ini muncul sebanyak 40 kali dalam Perjanjian Baru dan semuanya diterjemahkan dengan “membenci” (kecuali dalam Yoh. 12:25, yaitu “tidak mencintai (nyawanya).

Dengan rentang makna yang demikian, kita bisa mengerti bahwa yang Tuhan Yesus ajarkan sebenarnya bukan membenci orang tua dan keluarga kita, tetapi jangan mengasihi mereka lebih dibanding mengasihi Tuhan. Jelas sekali Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita, serta mengasihi sesama (Mat. 19:19). Tidak mungkin Dia memerintahkan hal yang berlawanan dengan itu.

Jika kita membacanya dalam terjemahan BIMK akan lebih jelas:

Kalau orang datang kepada-Ku, tetapi lebih mengasihi ibunya, bapaknya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, malah dirinya sendiri, ia tidak bisa menjadi pengikut-Ku.” (Luk. 14:26 BIMK)

Ingat, Terjemahan Baru (TB) menekankan aspek formal. Dengan begitu, kata-kata yang ada diterjemahkan sedekat mungkin dengan bentuk aslinya. Sementara itu, Terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini lebih menekankan aspek makna sehari-harinya.

Jadi, jangan bingung lagi ya…. Dan kiranya kita bisa menjelaskannya pada orang lain.

(Diolah dari berbagai sumber, terutama “Teks Alkitab Berbeda: Mengapa?” terbitan LAI 2006)

The post Apakah Alkitab Mengajarkan Untuk Membenci Ayah, Ibu, dan Keluarga Kita dalam Luk. 14:26? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/02/17/apakah-alkitab-mengajarkan-untuk-membenci-ayah-ibu-dan-keluarga-kita-dalam-luk-1426/feed/ 0 700
Apa Arti “Menyerahkan Orang Kepada Iblis Supaya Tubuhnya Binasa” dalam 1Kor. 5:5? https://studibiblika.id/2020/02/10/apa-arti-menyerahkan-orang-kepada-iblis-dalam-1kor-55/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=apa-arti-menyerahkan-orang-kepada-iblis-dalam-1kor-55 https://studibiblika.id/2020/02/10/apa-arti-menyerahkan-orang-kepada-iblis-dalam-1kor-55/#respond Mon, 10 Feb 2020 10:28:06 +0000 http://studibiblika.id/?p=623 1 Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak

The post Apa Arti “Menyerahkan Orang Kepada Iblis Supaya Tubuhnya Binasa” dalam 1Kor. 5:5? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
1 Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. 2 Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu? 3 Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku  —  sama seperti aku hadir  —  telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu. 4 Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, 5 orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan. (1Kor. 5:1-5)

Apa yang kita bayangkan waktu membaca “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan“? Kedengarannya mengerikan, bukan? Mari kita telusuri artinya….

Untuk memahami artinya, kita harus mencermati latar belakangnya dulu. Dalam bagian ini, Paulus mengecam seorang anggota jemaat Korintus yang melakukan dosa yang sangat menjijikkan, yaitu berzinah dengan istri ayahnya (dalam terjemahan BIMK: “ibu tirinya”). Menghadapi fenomena dosa seperti itu di tengah-tengah jemaat, maka Paulus memerintahkan untuk menegakkan disiplin gereja (ekskomunikasi/pengucilan). Inilah makna dari “diserahkan kepada Iblis.” Dengan pengucilan, orang itu akan merasakan kesengsaraan karena tidak bisa lagi bersekutu dengan orang-orang percaya lainnya dan mendapat makanan rohani dari gereja.

Selanjutnya, kita juga harus memperhatikan beberapa kata kunci dalam bahasa Yunaninya. Kata pertama adalah σαρκός (diterjemahkan menjadi kata “tubuh” dalam TB). Selain bisa diartikan sebagai “tubuh”, kata ini juga bisa diartikan sebagai “natur keberdosaan.” Jadi maksud dari perintah Paulus ini bukan supaya tubuhnya mati secara harfiah (walaupun dosa juga bisa menghasilkan kematian, seperti kasus Ananias dan Safira dalam Kis. 5:1-11). Tetapi, supaya natur keberdosaan/keinginan-keinginan daging orang tersebut dimatikan.

Kata Kedua, εἰς (diterjemahkan menjadi kata “sehingga” dalam TB). Kata ini bisa diterjemahkan ke dalam dua arti, yaitu “tujuan” atau “hasil/akibat.” Inilah yang akan kita teliti lebih lanjut karena bisa menimbulkan kebingungan (“sehingga binasa tubuhnya,” apakah artinya supaya dia merasa kapok dengan hukuman itu?).

Kemudian kata ketiga adalah ἵνα (diterjemahkan menjadi kata “agar” dalam TB). Kalau ini sudah jelas artinya, yaitu “tujuan” (sehingga sudah tepat diterjemahkan sebagai “agar”): “agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”

Craig L. Blomberg, seorang ahli biblika, mengatakan bahwa dia cenderung untuk menerjemahkan kata εἰς pada ayat ini dalam arti “hasil/akibat” dan bukannya “tujuan.” Apa maksudnya? Paulus memerintahkan supaya orang yang melakukan dosa tadi harus dikucilkan dari tengah-tengah jemaat. Namanya saja pengucilan, tentu tidak enak. Sangat mungkin, dia mengalami kesengsaraan. Tetapi justru karena itulah, keinginan-keinginan dagingnya yang membuat dia berdosa lenyap. Dia mengalami pertobatan dan pemulihan.

Jadi, gereja mengucilkan orang bukan supaya orang itu mengalami sengsara (tujuan), melainkan pada waktu gereja mengucilkan orang, bisa saja orang itu merasakan sengsara (akibat). Tetapi kesengsaraan yang dia alami itu sebenarnya tidak apa-apa, asalkan (ἵνα/supaya) dia diselamatkan dari murka Allah.

Logikanya dapat digambarkan demikian:

Tindakan: orang itu dikucilkan dari jemaat -> akibat: merasakan sengsara  -> tujuan: keinginan-keinginan dagingnya dimatikan dan dia diselamatkan.

Terjemahan bebasnya:

Serahkan orang itu kepada Iblis sehingga keinginan-keinginan dagingnya mati, supaya roh orang itu diselamatkan pada hari Tuhan.

Atau (dalam bahasa saya):

Kucilkanlah dia dari tengah-tengah jemaat. Tidak apa-apa dia merasakan kesengsaraan karena dengan begitu dia menjadi bertobat dan akan diselamatkan dari murka Allah.

Dari sini kita belajar bahwa disiplin gereja, atau tindakan tegas yang dilakukan gereja terhadap dosa seorang anggotanya bukan bersifat menghukum, tetapi bersifat memulihkan. Jangan sampai tindakan tegas dalam gereja diambil atas dasar balas dendam, tidak suka kepada seseorang, atau “supaya kapok.” Semua harus dilakukan berdasarkan kasih yang benar, yaitu adanya pertobatan dan pemulihan. Ini juga yang menjadi prinsip kita dalam memberikan “hukuman”, baik kepada anak ataupun orang-orang yang bekerja di bawah tanggung jawab kita.

Tentu saja, ada kriteria-kriteria yang ketat untuk melaksanakan disiplin gereja ini. Misalnya, dosa yang sangat mencolok (1Tim. 5:24). Kemudian, orang itu juga sudah tidak lagi memedulikan peringatan-peringatan sebelumnya (Mat. 18:15-17).

Sayangnya, tidak banyak gereja yang masih melakukan ini. Biasanya, mereka berlindung di balik alasan kasih. Padahal “kasih” yang semacam itu semu karena malah menjerumuskan orang tersebut untuk berhadapan dengan penghukuman Tuhan sendiri.

(disadur dari berbagai sumber, terutama Basics of Biblical Greek Grammar edisi keempat, karangan William Mounce, ESV Study Bible, serta KJV Study Bible)

The post Apa Arti “Menyerahkan Orang Kepada Iblis Supaya Tubuhnya Binasa” dalam 1Kor. 5:5? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/02/10/apa-arti-menyerahkan-orang-kepada-iblis-dalam-1kor-55/feed/ 0 623
Apa Sebenarnya Isi Amanat Agung (Mat. 28:19-20)? https://studibiblika.id/2019/10/01/apa-sebenarnya-isi-amanat-agung/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=apa-sebenarnya-isi-amanat-agung https://studibiblika.id/2019/10/01/apa-sebenarnya-isi-amanat-agung/#respond Tue, 01 Oct 2019 23:53:26 +0000 http://studibiblika.id/?p=406 Sebagai orang Kristen, siapa sih yang tidak tahu isi Amanat Agung? Perintah ini begitu pentingnya sehingga mendorong banyak

The post Apa Sebenarnya Isi Amanat Agung (Mat. 28:19-20)? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Sebagai orang Kristen, siapa sih yang tidak tahu isi Amanat Agung? Perintah ini begitu pentingnya sehingga mendorong banyak orang untuk menjadi pekabar Injil ke seluruh dunia. Amanat Agung tertulis dalam Mat. 28:19-20a sebagai berikut:

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (TB)

(catatan: penulis tidak mengesampingkan juga bahwa dalam perintah ini terkandung juga janji penyertaan Tuhan dalam ayat 20b).

Jika diperhatikan, ada empat buah imperatif (perintah) yang sejajar dalam kalimat tersebut, yaitu: pergilah, jadikanlah murid, baptislah, dan ajarlah. Maka dari itu, banyak orang yang menganggap bahwa Amanat Agung berisi empat aktivitas tersebut.

Tetapi marilah kita perhatikan kalimat tersebut dalam bahasa aslinya (diambil dari biblehub.com):

 

 

 

 

 

 

 

Ternyata, pergilah, baptislah, dan ajarlah memiliki bentuk yang berbeda dengan muridkanlah. Ketiga kata pertama berbentuk partisip, sedangkan kata terakhir berbentuk imperatif. Di dalam gramatika bahasa Yunani Koine, partisip tidak bisa menjadi klausa utama. Dia akan selalu menjelaskan kata kerja dalam klausa utamanya, yang dalam kasus ini berbentuk imperatif.

Contoh:

1) Ketika sedang makan, Andi mendengar pintu kamarnya diketuk.

Kalimat ini terdiri dari dua klausa. Klausa “ketika sedang makan” (dalam bahasa Yunani Koine akan berbentuk partisip) menjelaskan kapan “Andi mendengar pintu kamarnya diketuk.”

2) Kami semua menerima berita kematian itu dengan sedih.

Klausa “kami semua bersedih” (dalam bahasa Yunani Koine akan berbentuk partisip) menjelaskan bagaimana kondisi ketika “kami semua menerima berita kematian itu.”

Itu hanyalah dua contoh penggunaan partisip. Dalam bahasa Yunani Koine, bahasa yang disebut “sangat cinta dengan partisip,” banyak sekali penggunaan partisip lainnya.

Artinya apa?

Amanat Agung sebenarnya berisi satu perintah pokok, yaitu muridkanlah/jadikanlah murid (μαθητεύσατε, berbentuk Aorist Imperative Active, disingkat menjadi AMA dalam bagan tersebut). Ini adalah satu proses yang harus dikerjakan oleh setiap orang Kristen. Dalam proses memuridkan ini, Tuhan Yesus memberikan tiga buah perintah lainnya:

Pertama, pergi/πορευθέντες, berbentuk Aorist Passive Participe (APP). Secara gramatika bahasa Yunani Koine, partisip dengan tensa aoris akan membentuk attendant circumstance participle jika menjelaskan kata kerja berbentuk Aorist, dalam hal ini muridkanlah.

Apa itu attendant circumstance participle? Ini adalah partisip yang terjadi sekaligus dengan kata kerja yang diterangkannya. Biasanya dalam kalimat akan dihubungkan dengan kata dan. Dengan demikian, kita dapat membaca perintah tersebut sebagai: “Pergi dan muridkanlah!

Kemudian, membaptis/βαπτίζοντες dan mengajar/διδάσκοντες (keduanya berbentuk Present Participle Active, PPA) dapat digolongkan sebagai participle of means. Artinya, partisip yang memperjelas bagaimana kata kerja utama tersebut (dalam hal ini memuridkan) dilakukan.

Kesimpulan

Amanat Agung dapat kita artikan sebagai perintah untuk memuridkan dan itu tidak dapat kita lakukan tanpa pergi (memberitakan Kabar Baik) kepada orang lain. Bahkan setelah kematian Stefanus, orang-orang Kristen pergi menyebar ke seluruh dunia dan memberitakan Injil, sampai sekarang. Kemudian, dalam melakukan pemuridan tersebut kita harus membaptis (dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus) dan mengajar (segala yang telah diperintahkan oleh Tuhan Yesus).

Seperti inilah juga struktur yang harus kita buat ketika menyampaikan khotbah dari bagian ini.

(Diolah dari beberapa sumber, terutama “Greek Grammar Beyond the Basics,” Daniel B. Wallace dan “Learn to Read New Testament Greek,” David A. Black.)

The post Apa Sebenarnya Isi Amanat Agung (Mat. 28:19-20)? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2019/10/01/apa-sebenarnya-isi-amanat-agung/feed/ 0 406
Mengenal Abjad Yunani https://studibiblika.id/2019/08/22/mengenal-abjad-yunani/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengenal-abjad-yunani https://studibiblika.id/2019/08/22/mengenal-abjad-yunani/#respond Thu, 22 Aug 2019 10:58:34 +0000 http://studibiblika.id/?p=315 Abjad Abjad Yunani Koine (bahasa Yunani yang dipakai para penulis Perjanjian Baru) terdiri dari 24 huruf, yaitu 17

The post Mengenal Abjad Yunani first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Abjad

Abjad Yunani Koine (bahasa Yunani yang dipakai para penulis Perjanjian Baru) terdiri dari 24 huruf, yaitu 17 huruf konsonan dan 7 huruf vokal. Pengucapan yang dituliskan di sini mengikuti model Erasmian (sering dijadikan standar dalam pengucapan bahasa Yunani Koine).

Huruf Besar Huruf Kecil Nama (Yun.) Nama (Ing.) Transliterasi Pengucapan
Α α ἄλφα alpha a seperti a pada father
Β β βῆτα beta b seperti b pada bible
Γ γ γάμμα gamma g seperti g pada gone
Δ δ δέλτα delta d seperti d pada dog
Ε ε ἔ ψῑλόν epsilon e seperti e pada met
Ζ ζ ζῆτα zeta z seperti z pada daze
Η η ἦτα eta ē seperti e pada obey
Θ θ θῆτα theta th seperti th pada thing
Ι ι ἰῶτα iota i seperti i pada intrigue
Κ κ κάππα kappa k seperti k pada kitchen
Λ λ λάβδα lambda l seperti l pada law
Μ μ μῦ mu m seperti m pada mother
Ν ν νῦ nu n seperti n pada new
Ξ ξ ξῖ xi x seperti x pada axiom
Ο ο ὂ μῑκρόν omicron o seperti o pada not
Π π πῖ pi p seperti p pada peach
Ρ ρ ῥῶ rho r seperti r pada rod
Σ σ ς σίγμα sigma s seperti s pada study
Τ τ ταῦ tau t seperti t pada talk
Υ υ ὒ ψῑλόν upsilon u/y seperti u pada intrigue
Φ φ φῖ phi ph seperti ph pada phone
Χ χ χῖ chi ch seperti ch pada loch
Ψ ψ ψῖ psi ps seperti ps pada lips
Ω ω ὦ μέγα omega ō seperti o pada tone

Diftong

Diftong adalah dua vokal yang diucapkan sebagai satu bunyi. Terdapat delapan diftong dalam bahasa Yunani Koine sebagaimana terdapat dalam tabel berikut. Selain itu, terdapat tiga improper diphtong, yaitu: (contoh: ὥρᾳ), (contoh: γραφῇ), dan (contoh: λόγῳ).

Diftong Pengucapan Contoh
αι seperti pada aisle αἴρω
ει seperti pada eight εἰ
οι seperti pada oil οἰκία
αυ seperti pada sauerkraut αὐτός
ου seperti pada soup οὐδε
υι seperti pada suite υἰός
ευ seperti pada feud εὐθύς
ηυ seperti pada feud ηὔξανεν

Tanda Hembus

  1. Tanda hembus kasar (tanda petik melengkung ke kanan). Diletakkan pada huruf vokal pertama (atau kedua, untuk diftong) dan diucapkan dengan menambahkan h pada vokal tersebut. Contoh: πέρ dibaca ‘huper.’
  2. Tanda hembus halus (tanda petik melengkung ke kiri). Diletakkan pada huruf vokal pertama (atau kedua, untuk diftong) dan tidak berbunyi. Contoh: πόστολος dibaca ‘apostolos.’

Tanda Aksen

Tanda Aksen Terdapat tiga tanda aksen, yaitu: acute (ά), grave (ὰ), dan circumflex (ῶ). Tanda ini bukan menunjukkan tekanan (stress) namun nada (pitch).

(disadur dari berbagai buku teks Bahasa Yunani)

The post Mengenal Abjad Yunani first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2019/08/22/mengenal-abjad-yunani/feed/ 0 315