penyertaan Tuhan | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Tue, 19 Jul 2022 05:47:44 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.0.1 https://i0.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 penyertaan Tuhan | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Tafsiran Matius 6:25-34: Hal Kekhawatiran https://studibiblika.id/2022/07/19/tafsiran-matius-625-34-hal-kekhawatiran/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=tafsiran-matius-625-34-hal-kekhawatiran https://studibiblika.id/2022/07/19/tafsiran-matius-625-34-hal-kekhawatiran/#respond Tue, 19 Jul 2022 05:47:38 +0000 https://studibiblika.id/?p=2056 Hal kekhawatiran umum dialami oleh manusia di muka bumi ini. Sebagai orang Kristen, bagaimana kita harus mengatasinya? Belajarlah

The post Tafsiran Matius 6:25-34: Hal Kekhawatiran first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Hal kekhawatiran umum dialami oleh manusia di muka bumi ini. Sebagai orang Kristen, bagaimana kita harus mengatasinya? Belajarlah dari apa yang dikhotbahkan oleh Tuhan Yesus tentang kekhawatiran dalam Matius 6:25-34 ini.

TES PEMAHAMAN PRAKTIS

Setujukah Anda dengan pernyataan-pernyataan berikut? Jawablah sekarang juga dan periksalah kembali apakah ada cara pandang yang diubahkan setelah mempelajari bagian Alkitab ini.

PernyataanSetuju/Tidak Setuju
1. Pada kasus-kasus tertentu dan dalam batas-batas yang tepat, perasaan khawatir dapat menimbulkan hasil yang baik.
2. Kita akan bebas dari kekhawatiran jika kita mendapat apa yang kita inginkan.
3. Perencanaan atas masa depan sangat perlu untuk dilakukan.
4. Fokus pada kekuatan diri, bukan pada kelemahan, akan membantu kita mengatasi kekhawatiran.
5. Terkadang Allah melepaskan penyertaan-Nya dalam rangka mendidik kita untuk berusaha semaksimal mungkin.

PENGANTAR

Khawatir merupakan salah satu perasaan yang umum menghinggapi orang-orang. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari khawatir tentang pekerjaan hingga pasangan.

Namun tahukah Anda bahwa berdasarkan sebuah studi, mayoritas kekhawatiran yang kita miliki itu tidak terjadi.

STRUKTUR

Matius 6:25-34 bisa dibagi menjadi:

  1. Prinsip mengenai kekhawatiran (ay. 25).
  2. Contoh dari hidup dan makanan (ay. 26-27).
  3. Contoh dari pakaian (ay. 28-30).
  4. Tuhan memperhatikan segalanya (ay. 31-32).
  5. Prioritas yang tepat (ay. 33).
  6. Melenyapkan kekhawatiran (ay. 34).

Bagian ini merupakan kelanjutan dari bagian sebelumnya yang mengajarkan tentang ketamakan akan kekayaan. Selain tidak boleh diperbudak oleh kekayaan (Mamon), kita juga tidak boleh khawatir akan berkekurangan.

PENGGALIAN AYAT

I. Prinsip mengenai kekhawatiran (ay. 25)

25 ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

  • kuatir (baku: khawatir; Yun. merimnao).
    • Dalam bahasa Yunaninya, kata ini bisa digunakan dalam dua makna:
      • Perhatian atau kepedulian yang sungguh-sungguh terhadap suatu hal. Misalnya, terhadap pekerjaan Tuhan (1Kor. 7:32) atau kesejahteraan sesama (Flp. 2:20).
      • Kecemasan akan kehidupan ini. Makna yang kedua inilah yang Tuhan Yesus maksudkan dalam bagian ini.
    • Bolehkah kita merasa khawatir? Jika itu terjadi dalam batas wajar dan menuntun kita untuk melakukan suatu tindakan dengan tepat, maka itu adalah kekhawatiran yang sehat. Namun jika berlebihan dan malah membuat kita kurang percaya pada Tuhan, maka itu kekhawatiran yang keliru.
  • Akibat dari kekhawatiran yang berlebihan:
    • Hilang semangat. “Rasa khawatir mematahkan semangat (TB: membungkukkan orang), tetapi kata-kata ramah membesarkan hati” (Ams. 12:25 BIMK).
    • Hidup tidak akan bisa maksimal. “Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah” (Mat. 13:22).
  • Hidup vs. makanan, tubuh vs. pakaian.
    • Siapakah yang membuat kita memiliki tubuh? Siapakah yang menghidupkan kita? Bukankah Allah? Jika demikian, Dia pasti akan memberikan kecukupan bagi kita.

II. Contoh dari hidup dan makanan (ay. 26-27)

26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

  • “Burung-burung” (ay. 26)
    • Seperti biasanya, Tuhan Yesus menggunakan fenomena sehari-hari untuk mengajarkan kebenaran Kerajaan Allah. Di daerah Palestina waktu itu, burung banyak beterbangan di alam liar. Pemazmur menyatakan bahwa seluruh isi alam semesta ini dipelihara oleh Tuhan (Mzm. 104:10-16).
  • “Menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya” (ay. 27)
    • Hasta (TB) adalah ukuran panjang kira-kira dari siku sampai ujung jari tengah. Artinya, kita tidak mampu memperpanjang umur kita. Sependek apapun.
  • Apakah ayat ini mengajarkan kita boleh bermalas-malasan/berpangku tangan karena Allah pasti akan mencukupi? Sama sekali tidak. Allah mengaruniakan burung-burung dengan insting dan merancang alam sedemikian rupa sehingga mereka bisa hidup. Namun demikian, burung-burung tetap harus aktif dengan bekerja keras mencari makan, membuat sarang, dan membesarkan anak-anak mereka. Jika binatang saja tetap berusaha, terlebih lagi manusia yang diberi akal budi dengan luar biasa limpahnya!

III. Contoh dari pakaian (ay. 28-30)

28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 

  • “Bunga bakung” (Ing. lily; ay. 28). Bunga yang sangat indah ini masih bisa ditemukan di perbukitan sekitar danau Galilea hingga masa kini. Ratu Syeba pernah dibuat takjub ketika mengunjungi istana Salomo (1Raj. 10:1-29; 2Taw. 9:1-28). Namun demikian, tidak bisa mengalahkan keindahan yang dibuat Tuhan pada bunga bakung.
  • “Rumput” (ay. 30). Kita tahu rumput adalah tanaman yang sering tidak bertahan lama karena dicabut, dibakar, dijadikan makanan binantang, dan sebagainya. Tetapi Tuhan tetap memperhatikannya.
  • “Orang yang kurang percaya” (Yun. oligopistos; ay. 30). Bukan orang yang sama sekali tidak beriman, namun orang yang imannya kecil.

IV. Tuhan memperhatikan segalanya (ay. 31-32)

31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

  • “Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” (Yun. ethne; ay. 32). Biasa digunakan untuk mengacu pada orang-orang non-Yahudi.
  • Cara pandang seperti ini menyasar semua kalangan. Bagi orang-orang yang merasa sukses, mereka diajar untuk tidak meninggikan kesuksesannya itu. Bagi orang-orang yang berkekurangan, mereka diajar untuk tidak fokus pada penderitaan (Morris). Intinya, pendengar diajar untuk fokus pada Allah.
  • Nyatakan kekhawatiran kita kepada Allah, yang akan menggantikannya dengan damai sejahtera. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:6).

V. Prioritas yang tepat (ay. 33)

33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (TB).

33 Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan Allah juga kepadamu (BIMK).

  • Pusatkanlah seluruh kehidupan kita pada Kerajaan Allah. Jika ini kita lakukan, pasti Allah akan memberikan penyertaan-Nya pada urusan sehari-hari.
  • Apakah kita masih meragukan penyertaan Allah? Renungkan ayat ini: “Anak-Nya sendiri tidak disayangkan-Nya, melainkan diserahkan-Nya untuk kepentingan kita semua; masakan Ia tidak akan memberikan kepada kita segala sesuatu yang lainnya?” (Rm. 8:32 BIMK).

VI. Melenyapkan kekhawatiran (ay. 34)

34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

  • Tuhan Yesus mengajar pada kita untuk bersandar pada Allah hari demi hari. “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11). Lagipula, kita tidak tahu akan hari esok, mengapa susahnya dibawa pada hari ini? 13  Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ”Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, 14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 15 Sebenarnya kamu harus berkata: ”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:13-15)

JAWABAN TES PEMAHAMAN PRAKTIS

  1. Setuju. Perasaan khawatir dalam porsi dan perspektif yang tepat sesungguhnya baik. Seorang pelajar yang “khawatir” tidak lulus ujian, akan belajar habis-habisan. Seorang kepala rumah tangga yang “khawatir” dengan masa depannya, akan menabung dan berinvestasi untuk pendidikan anak-anaknya. Yang keliru adalah kekhawatiran yang berlebihan seolah-olah tidak ada penyertaan Tuhan.
  2. Tidak Setuju. Banyak orang yang justru merasa lebih khawatir setelah mendapat lebih banyak. Misalnya, semakin banyak uang semakin cemas di mana harus disimpan/diinvestasikan. Hanya dengan menyerahkannya pada Tuhan, kita bisa terlepas dari kekhawatiran.
  3. Setuju. Bersandar pada Tuhan bukan berarti bersikap masa bodoh dengan masa depan. Tuhan memberi kita akal budi untuk menjalani hidup dengan baik. Akal budi yang telah diperbarui oleh Roh Kudus akan menuntun kita untuk merencanakan masa depan dengan baik di dalam Tuhan. Tentu saja, dengan berpedoman bahwa Tuhanlah yang berdaulat atas apa yang akan terjadi.
  4. Tidak Setuju. Sekali lagi, hanya dengan berfokus pada Tuhan maka kita dapat terlepas dari kekhawatiran. Kekuatan manusia terbatas. Jika bersandar padanya, maka suatu saat kita akan berhadapan dengan jalan buntu.
  5. Tidak Setuju. Allah tidak akan sekali-kali melepaskan penyertaan-Nya bagi kita (Ibr. 13:5), entah kita merasa mampu atau tidak dalam menghadapi persoalan.

Baca juga:

https://www.gotquestions.org/Indonesia/kekuatiran-menurut-Alkitab.html

The post Tafsiran Matius 6:25-34: Hal Kekhawatiran first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/07/19/tafsiran-matius-625-34-hal-kekhawatiran/feed/ 0 2056
Mengatasi Kekhawatiran tentang Uang (Ibr. 13:5-6) https://studibiblika.id/2021/11/06/mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6 https://studibiblika.id/2021/11/06/mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6/#respond Sat, 06 Nov 2021 14:02:27 +0000 https://studibiblika.id/?p=1662 Tidak terasa, pandemi sudah berlangsung hampir dua tahun. Selama itu, banyak orang dihadapkan pada kenyataan hidup yang pahit.

The post Mengatasi Kekhawatiran tentang Uang (Ibr. 13:5-6) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Tidak terasa, pandemi sudah berlangsung hampir dua tahun. Selama itu, banyak orang dihadapkan pada kenyataan hidup yang pahit. Covid-19 telah merenggut 144 ribu orang di Indonesia (6/11/2021). Tetapi, yang bertahan pun hidupnya kembang kempis. Situasi ekonomi teramat sulit. Tidak hanya usaha kecil, bahkan perusahaan sekelas Garuda pun terancam bangkrut. Kekhawatiran soal uang membayangi benak banyak orang.

Bagaimana bisa tenang jika tiba-tiba di-PHK sementara anak-anak masih membutuhkan biaya sekolah? Atau, pusing memikirkan cicilan ini-itu sementara pendapatan berkurang jauh.

Kekhawatiran tentang uang merupakan hal yang manusiawi. Sebagai orang percaya, keadaan ini juga merupakan ujian bagi iman kita.  Jika tidak ditangani dengan baik, kekhawatiran tentang uang bisa memicu kita untuk mengambil langkah yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.

Padahal, Tuhan tidak menutup mata terhadap persoalan keuangan yang dihadapi anak-anak-Nya. Salah satu buktinya, Roh Kudus mendorong penulis surat Ibrani untuk membahas persoalan ini pada para pembaca suratnya.

Pembaca surat Ibrani adalah orang-orang Yahudi yang telah percaya kepada Kristus. Keputusan itu memiliki konsekuensi yang berat. Mereka mengalami berbagai tekanan dan penganiayaan. Bahkan, sampai harta benda mereka ludes dirampas.

Oleh sebab itu, setelah menerangkan berbagai hal teologis untuk menguatkan iman mereka, penulis surat Ibrani menutup suratnya dengan berbagai nasihat praktis. Bagi penulis surat Ibrani, iman yang kokoh harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Termasuk juga bagaimana menghadapi kekhawatiran soal materi atau uang.

Ada tiga panduan yang saya dapatkan dari bagian ini untuk mengatasi kekhawatiran soal uang.

Pertama, jangan diperbudak oleh uang. Penulis surat Ibrani mengatakan, “Janganlah kamu menjadi hamba uang” (ay. 5). Nasihat ini mengajak kita untuk menempatkan uang dalam cara pandang yang tepat. Uang memang penting. “Segalanya butuh uang,” kata orang. Tetapi, jangan memandang uang segalanya dan diperbudak olehnya (1Tim. 6:10).

Karena terpengaruh oleh budaya masa kini, kita pun bisa latah untuk mengukur berbagai hal dengan uang. Merasa bangga jika memiliki gaji yang besar. Menghormati orang berdasarkan status sosial mereka. Bahkan, cinta pun sering diukur dengan uang.

Akibatnya, uang menjadi faktor utama dalam melakukan sesuatu. Misalnya, ada segelintir guru yang berlomba-lomba membuka les privat. Bahkan, mereka sengaja tidak mengeluarkan ilmunya di depan kelas supaya banyak siswa yang ikut les. Kepuasan yang mereka kejar bukan seberapa banyak menghasilkan murid yang mumpuni, tetapi seberapa banyak uang yang bisa didapat. Di semua bidang panggilan, ada saja “lubang jebakan” semacam ini. Gaya hidup seperti inilah yang menjadikan kita mudah kehilangan sukacita ketika tidak menghasilkan uang sebanyak yang kita harapkan.

Jadi, banyak orang khawatir tentang uang bukan karena pendapatan mereka yang kurang. Tetapi, mereka menjadikan uang segalanya dan diperbudak olehnya.

Inilah yang ditentang oleh penulis surat Ibrani. Jadikanlah uang sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan memuliakan Tuhan. Jangan menukarnya sebagai tujuan hidup atau pembentuk identitas kita. Jika berpandangan seperti ini, kita tidak akan mudah khawatir soal uang.

“Lapar mata” merupakan hal yang menjebak kita, terutama di era digital yang semakin memudahkan kita untuk belanja dan pamer (Photo by freestocks on Unsplash)

Kedua, merasa puaslah dengan berkat materi yang Tuhan beri. “Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu” (ay. 5), nasihat penulis surat Ibrani. Jangan pernah hidup dengan cara “besar pasak daripada tiang.” Gaji dua juta tetapi hidup seperti orang yang bergaji lima juta. Pasti, suatu saat kita akan terbelit masalah keuangan.

Ketika keadaan keuangan kita terpuruk, ingatlah bahwa selalu saja ada orang yang jauh lebih sulit keadaannya dibanding kita, tetapi mereka bisa berhasil melewatinya.

Saya teringat dengan teman sekelas saya waktu SMA. Keluarganya begitu kekurangan sehingga untuk membelikannya buku catatan saja tidak mampu. Sering, teman saya itu menggunakan kertas buram untuk mencatat pelajaran. Tetapi, teman saya ini berhasil meraih nilai tertinggi se-kabupaten waktu kelulusan.

Ada juga teman saya waktu kuliah yang berasal dari luar pulau. Boro-boro ganti hape atau beli laptop keren seperti mahasiswa sekarang, bahkan karena saking ngepresnya uang kiriman dari kampung, dia terpaksa “ngekos” di ruang himpunan mahasiswa. Toh, dia berhasil lulus juga.

Dari sini saya belajar bahwa uang cukup atau tidak, sebenarnya bergantung pada pola pikir kita, bukan nominalnya. Ketika kita merasa tak berdaya dan sangat kekurangan, berkat Tuhan pasti selalu cukup (asal kita tidak terjebak keinginan). Buktinya, selalu saja ada orang yang lebih sulit keadaannya dibanding kita, namun mereka dapat melewatinya.

Jadi, jangan buru-buru putus asa, terjebak pinjaman online, atau melakukan hal-hal lain yang tidak diperkenan Tuhan.

Ketiga, bersandarlah pada janji penyertaan Tuhan. Kekhawatiran soal uang sebenarnya bukan berpusat pada hal-hal jasmani. Tetapi, ada permasalahan teologis mendasar yang sedang terjadi. Jika kita khawatir tentang uang, maka sebenarnya kita sedang tidak percaya bahwa Tuhan akan memenuhi segala keperluan kita.

Kepada jemaat di Filipi, yang telah mempersembahkan harta benda mereka untuk pekerjaan Tuhan, Paulus berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:19). Kita tahu bahwa melalui salib, Kristus telah memberikan anugerah-Nya yang tak terbatas bagi hidup kita. Logikanya, mustahil bagi Dia untuk gagal mencukupi keperluan (bukan keinginan) kita.

Tuhan Yesus pernah mengajarkan bahwa kita tidak perlu berdoa bertele-tele kepada Allah. Mengapa? Karena sebelum kita mendoakannya pun, Allah tahu apa yang menjadi keperluan kita (Mat. 6:7-8). Jangan pernah mengira bahwa kita bisa luput dari perhatian Allah.

Penulis Ibrani mengutip dari Perjanjian Lama, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (ay. 5; dikutip dari Ul. 31:6, 8). Dalam bahasa Yunaninya, penulis surat Ibrani menggunakan bentuk negasi yang sangat kuat di sini. Menegaskan bahwa Tuhan akan terus menyertai kita. Dia tidak pernah, tidak akan pernah, meninggalkan kita.

Bentuk negasi ganda οὐ μή yang digunakan dalam ayat 5 (gambar diambil dari interlinear biblehub.com)

Janji Tuhan ini diharapkan dapat menguatkan iman para pembaca surat Ibrani. Mereka boleh diancam berbagai penganiayaan, sampai dimiskinkan. Tetapi jika Tuhan yang menolong, apa lagi yang mereka takutkan? (ay. 6). Jika janji Tuhan ini telah menguatkan para pembaca surat Ibrani, hendaknya kita juga dikuatkan olehnya.

Oleh sebab itu, daripada khawatir tentang uang, marilah kita berusaha terus hidup menjalankan rencana Tuhan dalam hidup kita. Alih-alih khawatir dengan kelangsungan usaha kita, fokuslah supaya melalui usaha kita, pekerjaan Tuhan dinyatakan di dalamnya. Alih-alih khawatir dengan pembiayaan studi anak-anak kita, fokuslah untuk menyiapkan mereka menjadi anak yang takut akan Tuhan. Jerih lelah yang selaras dengan kehendak Tuhan tidak akan mungkin gagal. Dia pasti akan mencukupkan semuanya untuk menggenapi rencana-Nya. Amin.

REFLEKSI

Jika seseorang mampu memandang uang dengan cara yang benar, maka itu akan menguatkan dia dalam hampir setiap segi kehidupan (Billy Graham)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Jelaskan beberapa perbedaan antara hikmat Alkitab dan hikmat dunia dalam mengatasi persoalan keuangan? Apakah itu berarti kita tidak boleh menggunakan hikmat dunia dalam persoalan ini? Jelaskan!
  2. Apa yang akan menjadi kerugian kita jika mengatasi persoalan keuangan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

AYAT-AYAT ALKITAB PENDUKUNG

5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” 6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Ibr. 13:5-6)

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Mat. 6:24)

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. (1Tim. 6:10)

6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” 8 Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ul. 31:6, 8)

7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. (Mat. 6:7-8)

The post Mengatasi Kekhawatiran tentang Uang (Ibr. 13:5-6) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/11/06/mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6/feed/ 0 1662
Akulah Roti Hidup (Yoh. 6:48-58) https://studibiblika.id/2021/02/09/akulah-roti-hidup-yoh-648-58/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=akulah-roti-hidup-yoh-648-58 https://studibiblika.id/2021/02/09/akulah-roti-hidup-yoh-648-58/#respond Tue, 09 Feb 2021 23:15:34 +0000 https://studibiblika.id/?p=1205 Penjelasan tentang makna "Akulah Roti Hidup" dari Tuhan Yesus.

The post Akulah Roti Hidup (Yoh. 6:48-58) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>

48 Akulah roti hidup. 49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. 50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” 52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” 53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”(Yoh. 6:48-58)

Siapakah Yesus yang sebenarnya? Jika kita menanyakan hal ini kepada orang-orang di sekitar kita, pasti kita akan menemukan jawaban yang beragam. Bagi orang muslim, Yesus adalah manusia biasa, salah satu utusan Allah yang mereka sebut dengan nama “Nabi Isa.” Bagi pengikut Saksi Yehuwa, Yesus adalah ciptaan Allah yang sulung, yang kedudukannya tidak sederajat dengan Allah Bapa. Bagi sebagian orang lainnya, Yesus hanyalah cerita fiktif yang dibuat-buat oleh orang-orang Kristen pada abad pertama.

Bagaimana dengan orang-orang Kristen? Jika kita mengamati keadaan sekitar, tidak sedikit “orang Kristen” yang belum mengenal Yesus dengan benar. Sehingga ketika ada tantangan iman, mereka meninggalkan Yesus. Misalnya, ketika mereka mendapatkan penganiayaan atau pengucilan. Bahkan, iming-iming jabatan atau jodoh pun, bisa membuat mereka meninggalkan Yesus. Pengenalan akan Yesus dengan benar sangat memengaruhi kekokohan iman kita dan bagaimana kita menjalani hidup ini.

Akulah roti hidup” (6:35, 48) merupakan pernyataan pertama dari tujuh pernyataan “Akulah” (Yun. ἐγώ εἰμι/egō eimi) yang terdapat di dalam Injil Yohanes. Ketujuh pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Yesus untuk menyatakan siapa diri-Nya. Pernyataan-pernyataan tersebut merupakan konsep dari Perjanjian Lama. Dengan begitu, pernyataan-pernyataan tersebut sangat mendarat di benak orang-orang Yahudi yang membaca Injil Yohanes. Strategi seperti ini mengingatkan kita pada peribahasa-peribahasa Yesus dalam mengajarkan Kerajaan Allah menggunakan gambaran sehari-hari. 

Jika berbicara tentang roti, maka pikiran kita pasti tertuju pada salah satu jenis makanan. Yesus juga mengaitkannya dengan manna, bahan makanan yang diberikan kepada bangsa Israel di padang gurun. Ketika itu, bangsa Israel bersungut-sungut karena tidak ada makanan. Mereka mengingat-ingat kembali tentang berlimpahnya makanan ketika masih berada di Mesir.

Karena sungut-sungut mereka itulah, dan karena memang Tuhan sangat memperhatikan hidup umat-Nya, maka Dia menurunkan manna langsung dari langit. Tidak hanya sehari dua hari, tetapi orang Israel memakan manna selama mereka mengembara di padang gurun, yaitu empat puluh tahun (baca kisah lengkapnya di Kel. 16). Betapa luar biasa penjagaan Tuhan!

Dengan menggambarkan diri-Nya sebagai “Roti Hidup,” Tuhan Yesus menyatakan bahwa diri-Nyalah yang menopang kehidupan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Sebagaimana roti menopang kehidupan jasmani, maka Yesus menopang kehidupan rohani. Kita tidak perlu lagi mencari ke tempat lain karena hanya di dalam Yesus saja rohani kita akan dipuaskan.

Roti Hidup berbeda dengan manna, yang ketika dimakan maka beberapa lama kemudian akan lapar lagi. Kemudian, bangsa Israel yang makan manna pun semuanya akhirnya mati (ay. 58). Sebaliknya, orang yang makan Roti Hidup tidak akan mati tetapi justru akan mendapat hidup kekal (ay. 50-51).            

Lalu bagaimana kita dapat memakan Roti Hidup? Yaitu dengan menerima Kristus di dalam hidup kita. Percayalah kepada-Nya dan wujudkanlah itu dengan menaati seluruh perintah-Nya, maka hidup kita pasti akan “dikenyangkan” oleh-Nya. Orang yang benar-benar telah makan Roti Hidup pasti akan hidup benar dan tidak akan mau berpaling dari-Nya. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Sebutkan beberapa contoh kekeliruan dalam memahami pribadi Yesus dan akibatnya bagi kehidupan sehari-hari.
  2. Bagaimana pemahaman akan “Roti Hidup” ini menguatkan kita ketika menghadapi masalah sehari-hari? Misalnya, ketika menghadapi permasalahan ekonomi di masa pandemi.
The post Akulah Roti Hidup (Yoh. 6:48-58) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/02/09/akulah-roti-hidup-yoh-648-58/feed/ 0 1205
Mengapa Harus (Terus) Khawatir? (Mat. 6:25-34) https://studibiblika.id/2021/01/14/mengapa-harus-terus-khawatir-mat-625-34/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengapa-harus-terus-khawatir-mat-625-34 https://studibiblika.id/2021/01/14/mengapa-harus-terus-khawatir-mat-625-34/#comments Thu, 14 Jan 2021 02:46:33 +0000 https://studibiblika.id/?p=1158 25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum,

The post Mengapa Harus (Terus) Khawatir? (Mat. 6:25-34) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>

25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat. 6:25-34)

Begitu banyak hal yang bisa membuat kita khawatir. Seorang pemudi khawatir apakah dia bisa mendapatkan jodoh. Seorang ayah khawatir apakah dia bisa menafkahi keluarganya. Seorang pengusaha khawatir apakah perusahaannya mampu mengatasi krisis. Jika dibiarkan, kekhawatiran bisa melumpuhkan hidup seseorang. Bahkan, menuntunnya untuk berbuat nekat.

 Dalam Mat. 6:19-24, Tuhan Yesus menerangkan bahwa para pengikut-Nya harus loyal kepada Tuhan saja dan tidak mendua hati dengan harta. Kemudian, Tuhan Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan topik tentang kekhawatiran (perhatikan kata sambung karena itu dalam ay. 25). Dia tahu, kekhawatiran soal penghidupan bisa menghambat loyalitas pada Tuhan.

Untuk membuat pendengar-Nya paham, Tuhan Yesus tidak membandingkan mereka dengan orang lain yang keadaannya lebih susah. Lebih ekstrim lagi, Dia membandingkan mereka dengan burung (ay. 26) dan bunga bakung (ay. 28). Jika kedua makhluk yang sering diabaikan saja diperhatikan oleh Tuhan, terlebih lagi kita sebagai anak-anak-Nya. Jangan lupakan kita punya Bapa di surga. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Ptr. 5:7).

Lebih jauh lagi, Tuhan Yesus juga “mengunci” pikiran pendengar-Nya: khawatir sama sekali tidak akan mengubah keadaan (ay. 27). Orang yang berusaha keras saja masih bisa gagal, apalagi orang yang khawatir. Jadi daripada khawatir, lebih baik kita percaya penuh pada Tuhan. Bukankah yang memberi hidup itu Tuhan? Yang memberi tubuh juga Tuhan (ay. 25)? Jadi, Tuhan pasti akan memelihara. Tidak mungkin Dia tidak bertanggung jawab.

George Müller, seorang pendeta yang sangat bergantung pada Tuhan untuk mencukupi keperluan pelayanannya, mengatakan, “ketika khawatir muncul, maka iman lenyap, ketika iman muncul, maka khawatir lenyap” (terj. bebas oleh penulis). Obat dari kekhawatiran adalah percaya penuh pada Tuhan, yang mengendalikan kehidupan kita dan sangat mengasihi kita (Yoh. 3:16).

Setelah memahami ini, maka kita akan hidup dengan cara yang berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Orang yang tidak mengenal Tuhan akan menempatkan materi sebagai target pengejarannya. Tetapi, anak Tuhan tahu bahwa keperluan hidupnya sudah dijamin Tuhan. Jadi, dia akan mengejar hal yang lebih bernilai, yaitu menaati kehendak Tuhan (ay. 33).

Ay. 33 sering disalahartikan bahwa jika mengutamakan Tuhan, maka kita akan mendapat materi yang berlimpah. Pemahaman seperti ini sangat keduniawian. Lupa bahwa ayat ini muncul di tengah pembahasan mengenai kekhawatiran akan sandang-pangan, hal-hal dasar (ay. 25). Bukan kemewahan.

 Apakah kekhawatiran bisa hilang sepenuhnya? Dalam kasus tertentu, tidak. Apalagi, jika menyangkut hal-hal yang mendesak. Misalnya, terkena PHK ketika keluarga sedang butuh-butuhnya. Tuhan Yesus memahami natur manusia yang seperti ini. Dia lalu mengingatkan untuk tidak khawatir secara berkepanjangan. Tuhan yang pegang hari esok. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus berkata, “Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (ay. 34).”

Apakah kita sedang merasa khawatir? Percayalah pada Tuhan dan nyatakanlah kepercayaan itu dengan terus berusaha. Niscaya, kekhawatiran kita lambat laun akan menipis. Bahkan, mungkin akan terbukti bahwa apa yang kita khawatirkan itu sebenarnya mengada-ada, karena ada Tuhan. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

1. Jika kekhawatiran kita benar-benar terjadi, apalagi ternyata lebih buruk dari apa yang kita pikirkan semula, apakah di situ Tuhan tetap menyertai? Jelaskan.

2. Apa saja kekhawatiran Anda pada saat ini? Cermati satu persatu dan bagaimana langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk menyerahkan kekhawatiran tersebut kepada Tuhan sembari tetap melakukan usaha?

Baca juga:

Mengatasi Kekhawatiran (Mat. 6:25-34) | STUDIBIBLIKA.ID

Ayat-ayat Alkitab tentang kekhawatiran | STUDIBIBLIKA.ID

The post Mengapa Harus (Terus) Khawatir? (Mat. 6:25-34) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/01/14/mengapa-harus-terus-khawatir-mat-625-34/feed/ 1 1158
Doa, Iman dan Mukjizat (Mat. 21:18-22) https://studibiblika.id/2020/04/22/iman-doa-dan-mukjizat-mat-2118-22/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=iman-doa-dan-mukjizat-mat-2118-22 https://studibiblika.id/2020/04/22/iman-doa-dan-mukjizat-mat-2118-22/#respond Wed, 22 Apr 2020 00:58:46 +0000 https://studibiblika.id/?p=847 18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19 Dekat jalan Ia melihat pohon ara

The post Doa, Iman dan Mukjizat (Mat. 21:18-22) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>

18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19 Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!” Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. 20 Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: “Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?” 21 Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. 22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Mat. 21:18-22)

Kisah Tuhan Yesus mengutuk pohon ara ini sering membuat bingung. Sebagian orang yang menolak ketuhanan Yesus berkata, mana mungkin Tuhan bisa bertindak emosional dan mengutuk pohon ara hanya karena lapar dan tidak menemukan buah di pohon itu? Di lain pihak, sebagian orang Kristen juga sulit menemukan makna rohani dari kisah ini. Oleh sebab itu, mari kita cermati kisah ini baik-baik.

Kisah ini sebenarnya berfokus pada makna simbolis Tuhan Yesus di balik tindakan-Nya. Dia menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan dalam Bait Suci (dan bangsa Israel umumnya) mirip seperti pohon ara itu. Lebat daunnya, tetapi tidak ada buahnya. Bangsa Israel hanya tampak religius di luar, namun tidak memiliki relasi yang benar dengan Allah. Itulah yang membuat Allah kecewa (baca Hos. 9:10-17) dan ditunjukkan dengan Tuhan Yesus yang menyucikan Bait Suci (Mat. 21:12-13) dan mengutuk pohon ara.

Namun ada satu pelajaran lagi yang bisa kita dapat dari kisah ini. Ketika murid-murid heran melihat pohon ara itu bisa mati seketika, Tuhan Yesus memakai kesempatan ini untuk mengajarkan hal yang penting tentang iman. Jika kita tidak mencermati perkataan Tuhan Yesus baik-baik, kita dapat mengartikan bahwa dengan iman yang besar, maka mukjizat akan terjadi. Padahal bukan itu maksud-Nya. Tuhan Yesus pernah mengucapkan hal yang mirip dalam Mat. 17:20. Di situ, Tuhan Yesus justru mengatakan bahwa iman sebesar biji sesawi saja sudah cukup untuk membuat sebuah gunung pindah ke laut. Artinya apa? Mukjizat terjadi bukan bergantung pada besarnya iman kita, tetapi bergantung pada kuasa Allah yang besar.

Jadi, janji Tuhan bahwa “apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (ay. 22) bukan berarti kita akan selalu menerima apa yang kita doakan. Tetapi, apakah yang kita doakan itu lahir dari iman yang benar? Doa yang lahir dari iman yang benar selaras dengan kehendak Tuhan dalam Alkitab, itulah yang membuatnya digenapi.

Ketika berusia 17 tahun, Joni Eareckson Tada mengalami musibah yang mengakibatkan badannya lumpuh total. Dia mengalami depresi. Bahkan, dia juga kecewa pada Tuhan karena walaupun sudah berdoa dan beriman sungguh-sungguh supaya bisa berjalan lagi, tetapi mukjizat itu tidak terjadi.

sumber gambar: www.goodreads.com

Beberapa temannya terus mendoakannya dan mulai mendorong dia untuk membaca Alkitab. Singkat cerita, semangatnya pun bangkit. Dia belajar melukis menggunakan mulutnya dan menulis buku dengan bantuan program pengenal suara. Ternyata, Tuhan memberkati usahanya itu. Kini, sudah lebih dari 40 judul buku yang dia tulis. Dia juga menjadi motivator Kristen yang efektif bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik, suatu hal yang sulit dia lakukan tanpa mengalami hal yang sama dengan mereka. Akhirnya dia bisa memahami rencana Tuhan di balik musibah itu.

Kiranya kisah Tada ini mendorong kita untuk bertumbuh menjadi pendoa yang semakin setia dan dewasa dalam iman, sehingga hal-hal besar terjadi dalam kehidupan kita. Jangan pernah menyepelekan doa, karena ada kuasa Tuhan yang besar bekerja di baliknya (Yak. 5:16b). Tetapi, jangan juga berdoa dengan sembrono sehingga kita malah mencobai Tuhan (Yak. 4:2b-3). Perhatikanlah isi doa kita, apakah hanya menuruti hawa nafsu atau memang selaras dengan janji Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Bagaimana kita bisa mengenali doa yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan? Apa ciri-cirinya?
  2. Apa dampaknya bagi diri kita jika kita sering berdoa namun tanpa memedulikan apakah isi doa kita selaras dengan kehendak Tuhan atau tidak?
  3. Setelah belajar dari renungan ini, apakah ada hal-hal yang harus Anda perbaiki dalam doa sehari-hari?

Ayat-Ayat Pendukung

10 Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek moyangmu. Tetapi mereka itu telah pergi kepada Baal-Peor dan telah membaktikan diri kepada dewa keaiban, sehingga mereka menjadi kejijikan sama seperti apa yang mereka cintai itu. 11 Kemuliaan Efraim terbang seperti burung: tiada yang melahirkan, yang hamil dan yang mengandung! 12 Sekalipun mereka membesarkan anak-anaknya, Aku akan membuat mereka bulus, sehingga tidak ada manusia lagi. Sungguh, celakalah juga mereka pada waktu Aku menjauh dari pada mereka! 13 Efraim, seperti yang Aku lihat, telah membuat anak-anaknya menjadi binatang perburuan; Efraim terpaksa menyerahkan anak-anaknya kepada si pembunuh. 14 Berilah kepada mereka, ya TUHAN  —  apakah yang hendak Kauberi? Berilah kepada mereka kandungan yang mandul dan buah dada yang kering. 15 Segala kejahatan mereka terjadi di Gilgal, sungguh, di sana Aku mulai membenci mereka. Oleh karena jahatnya perbuatan-perbuatan mereka Aku akan menghalau mereka dari rumah-Ku. Aku tidak akan mengasihi mereka lagi, semua pemuka mereka adalah pemberontak. 16 Efraim telah dipukul, akarnya telah menjadi kering, mereka tidak akan menghasilkan buah. Bahkan sekalipun mereka melahirkan anak, Aku akan mematikan buah kandungannya yang berharga. 17 Allahku akan membuang mereka, sebab mereka tidak mendengarkan Dia, maka mereka akan mengembara di antara bangsa-bangsa. (Hos. 9:10-17)

Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,  —  maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Mat. 17:20)

2b Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. 3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. (Yak. 4:2b-3)

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (Yak. 5:16b)

The post Doa, Iman dan Mukjizat (Mat. 21:18-22) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/04/22/iman-doa-dan-mukjizat-mat-2118-22/feed/ 0 847
Orang Fasik Hidup Makmur Tetapi Anak Tuhan Malah Sengsara, Kok Bisa? (Mzm. 73) https://studibiblika.id/2020/04/03/orang-fasik-hidup-makmur-tetapi-anak-tuhan-malah-sengsara-kok-bisa-mzm-73/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=orang-fasik-hidup-makmur-tetapi-anak-tuhan-malah-sengsara-kok-bisa-mzm-73 https://studibiblika.id/2020/04/03/orang-fasik-hidup-makmur-tetapi-anak-tuhan-malah-sengsara-kok-bisa-mzm-73/#respond Fri, 03 Apr 2020 04:52:05 +0000 https://studibiblika.id/?p=804 1 Mazmur Asaf. Sungguh baiklah Allah bagi umat-Nya, bagi orang yang berhati murni. 2 Tetapi aku sudah bimbang,

The post Orang Fasik Hidup Makmur Tetapi Anak Tuhan Malah Sengsara, Kok Bisa? (Mzm. 73) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
1 Mazmur Asaf. Sungguh baiklah Allah bagi umat-Nya, bagi orang yang berhati murni. 2 Tetapi aku sudah bimbang, kepercayaanku hampir saja hilang, 3 sebab aku cemburu kepada orang congkak, ketika aku melihat keberuntungan orang jahat.

4 Sebab mereka tidak menderita sakit, badan mereka kuat dan sehat. 5 Mereka tidak menanggung susah, tidak ditimpa kemalangan seperti orang lain. 6 Karena itu mereka bersikap sombong, dan selalu bertindak dengan kekerasan. 7 Dari hati mereka tertumpah kejahatan; mereka sibuk dengan rencana-rencana jahat. 8 Mereka mengejek dan mengata-ngatai, dan dengan sombong mengancam akan menindas. 9 Mereka menghujat Allah di surga, dan membual kepada orang-orang di bumi, 10 sehingga umat Allah pun berbalik kepada mereka, dan percaya kepada omongan mereka. 11 Kata mereka, “Allah tidak tahu, Yang Mahatinggi tidak mengerti.” 12 Begitulah keadaan orang jahat; hidupnya tenang, hartanya terus bertambah.

13 Percuma saja aku menjaga hatiku bersih; tak ada gunanya aku menjauhi dosa. 14 Sebab sepanjang hari aku ditimpa kemalangan; setiap pagi aku disiksa. 15 Sekiranya aku berkata begitu, aku mengkhianati angkatan anak-anakmu. 16 Tetapi waktu aku berusaha untuk mengerti, hal itu terlalu sulit bagiku. 17 Akhirnya aku masuk ke Rumah TUHAN, lalu mengertilah aku kesudahan orang jahat.

18 Kautempatkan mereka di jalan yang licin, dan Kaubiarkan mereka jatuh binasa. 19 Dalam sekejap mata mereka hancur, amat dahsyatlah kesudahan mereka. 20 Seperti mimpi yang menghilang di waktu pagi; ketika Engkau bangkit, ya TUHAN, mereka pun lenyap.

21 Ketika aku merasa kesal dan hatiku seperti tertusuk, 22 aku bodoh dan tidak mengerti, aku seperti binatang di hadapan-Mu. 23 Namun aku tetap di dekat-Mu, Engkau memegang tangan kananku. 24 Kaubimbing aku dengan nasihat, dan Kauterima aku dengan kehormatan kelak. 25 Siapa yang kumiliki di surga kecuali Engkau? Selain Engkau tak ada yang kuinginkan di bumi. 26 Sekalipun jiwa ragaku menjadi lemah, Engkaulah kekuatanku, ya Allah; Engkaulah segala yang kumiliki untuk selama-lamanya. 27 Orang yang meninggalkan Engkau akan celaka, Kaubinasakan orang yang tidak setia kepada-Mu. 28 Tetapi bagiku sungguh baiklah berada dekat Allah, TUHAN Allah kujadikan tempat perlindunganku, supaya aku dapat mewartakan segala perbuatan-Nya. (Mzm. 73; BIMK)

Konsekuensi Tinggal dalam Dunia yang Sudah Jatuh dalam Dosa

Sudah beberapa bulan ini dunia dilanda kecemasan menghadapi wabah virus Corona. Wabah seluas ini terakhir kali terjadi ketika flu Spanyol, yang terjadi tahun 1918-1919 (menginfeksi 500 juta orang, sekitar sepertiga jumlah manusia di bumi waktu itu, dan membunuh 50 juta orang). Selain mengakibatkan berbagai dampak sosial dan ekonomi, wabah virus Corona juga menjadi pergumulan teologis tersendiri.

Ketika awal-awal virus ini meluas, orang-orang Kristen masih berdebat boleh/tidak gereja beribadah secara online. Ada sebagian lagi yang malah yakin bahwa virus Corona tidak akan menyentuh anak-anak Tuhan. Namun setelah wabah ini meluas dan semakin banyak korban berjatuhan, termasuk para hamba Tuhan, mereka mulai memikirkan ulang teologi mereka. Ternyata, siapapun bisa terkena virus, termasuk anak-anak Tuhan.

Tetapi, ada satu pertanyaan lagi yang lebih rumit dibanding sekadar apakah orang percaya juga bisa mengalami penderitaan. Pertanyaan itu adalah, bagaimana jika orang-orang percaya hidup menderita, tetapi orang-orang yang tidak percaya malah hidup makmur?

Inilah pergumulan yang dihadapi oleh pemazmur, yaitu Asaf, dalam Mazmur 73 ini.

Fokus Pada Hal yang Fana Akan Membuat Iman Goyah

Mazmur ini diawali dengan pernyataan iman tentang kebaikan Tuhan pada orang yang berhati murni. Maksudnya, orang yang benar-benar mengasihi Tuhan. Tetapi, iman pemazmur ini mengalami goncangan ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari. Walaupun tidak diceritakan bentuknya, pemazmur merasakan kesusahan yang begitu besar. “Sepanjang hari aku ditimpa kemalangan; setiap pagi aku disiksa” (ay. 14). Sementara itu, dia melihat orang-orang fasik di sekitarnya malah beruntung. Badan mereka sehat dan kuat. Ini tentu tidak adil! Bukankah harusnya orang-orang yang setia kepada Tuhan yang mendapat berkat?

Semakin dipikirkan, pemazmur justru semakin merasa sulit untuk mengerti (ay. 16). Sampai-sampai, pemazmur merasa bimbang dan imannya hampir saja hilang (ay. 2). Kejadian seperti ini mungkin pernah kita rasakan. Melihat nasib orang-orang yang tidak setia pada Tuhan malah beruntung bukanlah hal yang mudah.

Jangan mengharapkan keadilan dalam dunia yang sudah tercemar oleh dosa. Nantikanlah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, yang akan memulihkan semuanya. (sumber gambar: grupolacapitana.com.ar)

Dari bagian ini, kita bisa menarik satu pemahaman teologis yaitu bahwa tidak ada orang yang kebal dengan penderitaan. Termasuk juga orang-orang yang setia kepada Tuhan. Mengapa? Baik anak Tuhan maupun bukan, sama-sama hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Jadi, jangan harap keadilan akan ditegakkan penuh di dunia saat ini.

Oleh sebab itu, jangan jadikan keadaan jasmani sebagai ukuran apakah Tuhan berkenan pada hidup kita atau tidak. Jangan sombong kalau hidup kita berkelimpahan, itu tidak selalu berarti Tuhan berkenan atas jalan hidup kita. Sebaliknya, jangan juga merasa ditinggalkan Tuhan ketika hidup kita penuh penderitaan. Inilah yang dinyatakan dalam Mazmur 73.

Lalu, apa yang harus kita lakukan jika menghadapi pengalaman semacam ini?

Fokus Pada Tuhan Akan Membuat Iman Semakin Kokoh

Pada bagian selanjutnya, pemazmur mengajarkan untuk fokus pada Tuhan, bukan pada masalah. Pemazmur merasakan ketika dia semakin fokus pada masalah, maka semakin berat pula beban pikirannya. Tetapi, pemazmur akhirnya mengalami titik balik. Pada ayat ke-17 dikatakan, “Akhirnya aku masuk ke Rumah TUHAN, lalu mengertilah aku kesudahan orang jahat.” Tadinya pemazmur bingung dengan keadaan di sekitarnya. Setelah datang ke rumah Tuhan, pemazmur mendapatkan hikmat.

Pemazmur disadarkan bahwa orang fasik boleh terlihat makmur, tetapi mereka hanya menikmati barang yang fana. Bahkan, akhir hidup mereka sebenarnya adalah kebinasaan. Namun orang yang setia pada Tuhan akan menikmati berkat yang kekal, yaitu Tuhan sendiri. Kita pilih yang mana? Yang fana, dan menuju kebinasaan, atau yang kekal?

Ekonomi dan kesehatan bisa berubah, hidup boleh berakhir, tetapi Tuhan tetap ada untuk selama-lamanya! Maka, satu-satunya yang bisa kita sandari sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Inilah yang menjadi kekuatan kita, seperti nasihat rasul Paulus dalam 2Kor. 4:18: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”

Banyak penafsir yang menggolongkan ini adalah mazmur hikmat (kebijaksanaan). Setelah pemazmur datang ke rumah Tuhan, maka Tuhan membukakan hikmat-Nya. Sehingga di akhir dari mazmur ini, pemazmur kembali menyatakan kepercayaannya pada Tuhan. Dia tahu, Tuhanlah yang layak dijadikan tempat perlindungan. Dan dia yakin bahwa hal itu jauh lebih baik dibanding apapun juga di dunia.

Di masa Pra-Paskah ini, kita juga kembali diingatkan akan apa yang Tuhan kita lakukan waktu berada di dunia. Tuhan Yesus rela memilih jalan yang sukar, karena sebagai Sumber Hikmat, Dia tahu hidup seperti apa yang layak dijalani. Jika akhir hidup manusia adalah kembali kepada Tuhan, maka satu-satunya hidup yang layak dijalani adalah taat sepenuhnya kepada Tuhan. Dan pengurbanan Tuhan Yesus itulah yang akan menjadi jaminan kemenangan bagi kita untuk tetap taat kepada-Nya.

Jagalah Selalu Relasi dengan Tuhan di Tengah Segala Kondisi

Oleh sebab itu, di tengah masa yang sangat menantang iman kita ini, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah menjaga relasi dengan Tuhan. Itulah yang dialami oleh pemazmur dalam rumah Tuhan. Jadi, sisihkan waktu teduh untuk merenungkan firman Tuhan dan berdoa. Tanpa itu, kita akan mudah goyah mendengar berita-berita dari luar. Saat keadaan memburuk, justru itu saatnya bagi kita untuk semakin melekat dengan Tuhan dan menjauh dari masalah, bukan sebaliknya. Kiranya Roh Kudus juga terus membukakan hikmat-Nya bagi kita. Amin.

Seorang hamba Tuhan dan juga pencipta lagu-lagu rohani, Pdt. Ir. Wellyar Kauntu, menggubah sebuah lagu berdasarkan Mazmur 73 ini (terutama ayat 25-26). Judulnya adalah “Selain Kau Tiada yang Lain.” Saya yakin, kita semua mengenal lagu ini.

The post Orang Fasik Hidup Makmur Tetapi Anak Tuhan Malah Sengsara, Kok Bisa? (Mzm. 73) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/04/03/orang-fasik-hidup-makmur-tetapi-anak-tuhan-malah-sengsara-kok-bisa-mzm-73/feed/ 0 804
Lihatlah dengan Iman! (2Raj. 6:8-23) https://studibiblika.id/2020/02/15/lihatlah-dengan-iman-2raj-6-18-23/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=lihatlah-dengan-iman-2raj-6-18-23 https://studibiblika.id/2020/02/15/lihatlah-dengan-iman-2raj-6-18-23/#respond Sat, 15 Feb 2020 11:54:28 +0000 https://studibiblika.id/?p=665 8 Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel. Ia berunding dengan pegawai-pegawainya, lalu katanya: “Ke tempat ini dan

The post Lihatlah dengan Iman! (2Raj. 6:8-23) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
8 Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel. Ia berunding dengan pegawai-pegawainya, lalu katanya: “Ke tempat ini dan itu haruslah kamu turun menghadang.” 9 Tetapi abdi Allah menyuruh orang kepada raja Israel mengatakan: “Awas, jangan lewat dari tempat itu, sebab orang Aram sudah turun menghadang ke sana.” 10 Sebab itu raja Israel menyuruh orang-orang ke tempat yang disebutkan abdi Allah kepadanya. Demikianlah Elisa memperingatkan kepadanya, supaya berawas-awas di sana, bukan sekali dua kali saja. 11 Lalu mengamuklah hati raja Aram tentang hal itu, maka dipanggilnyalah pegawai-pegawainya, katanya kepada mereka: “Tidakkah dapat kamu memberitahukan kepadaku siapa dari kita memihak kepada raja Israel?” 12 Tetapi berkatalah salah seorang pegawainya: “Tidak tuanku raja, melainkan Elisa, nabi yang di Israel, dialah yang memberitahukan kepada raja Israel tentang perkataan yang diucapkan oleh tuanku di kamar tidurmu.” 13 Berkatalah raja: “Pergilah melihat, di mana dia, supaya aku menyuruh orang menangkap dia.” Lalu diberitahukanlah kepadanya: “Dia ada di Dotan.” 14 Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu.

15 Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: “Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” 16 Jawabnya: “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.” 17 Lalu berdoalah Elisa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa. 18 Ketika orang-orang Aram itu turun mendatangi dia, berdoalah Elisa kepada TUHAN: “Butakanlah kiranya mata orang-orang ini.” Maka dibutakan-Nyalah mata mereka, sesuai dengan doa Elisa.

19 Kemudian berkatalah Elisa kepada mereka: “Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya. Ikutlah aku, maka aku akan mengantarkan kamu kepada orang yang kamu cari.” Lalu diantarkannya mereka ke Samaria. 20 Segera sesudah mereka sampai ke Samaria berkatalah Elisa: “Ya TUHAN, bukalah mata orang-orang ini, supaya mereka melihat.” Lalu TUHAN membuka mata mereka, sehingga mereka melihat, dan heran, mereka ada di tengah-tengah Samaria. 21 Lalu bertanyalah raja Israel kepada Elisa, tatkala melihat mereka: “Kubunuhkah mereka, bapak?” 22 Tetapi jawabnya: “Jangan! Biasakah kaubunuh yang kautawan dengan pedangmu dan dengan panahmu? Tetapi hidangkanlah makanan dan minuman di depan mereka, supaya mereka makan dan minum, lalu pulang kepada tuan mereka.” 23 Disediakannyalah bagi mereka jamuan yang besar, maka makan dan minumlah mereka. Sesudah itu dibiarkannyalah mereka pulang kepada tuan mereka. Sejak itu tidak ada lagi gerombolan-gerombolan Aram memasuki negeri Israel.

Ketika Permasalahan Hidup Melanda

Pernahkah kita membayangkan, seberat apa beban hidup yang bisa dialami oleh manusia? Di salah satu media online kemarin (14/02/2020) diberitakan seorang sopir angkot di Padang yang bunuh diri. Dia nekat menggantung dirinya karena tidak tahan diteror oleh penagih utang. Rupanya, dia terjebak utang di pinjaman online. Jumlah pastinya tidak disebutkan dalam berita itu. Tetapi yang jelas, jumlah itu bagi dia teramat besar sehingga dia berpikir tidak mungkin bisa melunasinya.

Saya tidak akan membahas mengenai pinjam-meminjam di sini. Tetapi, saya akan mengajak kita untuk berpikir tentang permasalahan hidup. Rupanya, permasalahan hidup bisa begitu besar sampai banyak orang  merasa tidak sanggup lagi menanggungnya. Mereka berpikir, tidak mungkin ada jalan keluar. Mustahil. Akhirnya, mereka nekat mengambil jalan pintas.

Pernahkah kita berada di posisi seperti ini? Menghadapi permasalahan hidup yang begitu besar. Apa yang harus kita lakukan pada masa-masa seperti itu?

Kita akan belajar dari kisah Elisa ketika dikepung oleh tentara Aram dalam 2Raj. 6:8-23.

Elisa Dikepung oleh Pasukan Tentara Aram

Waktu itu, Aram sedang bermusuhan dengan Israel. Di dalam ay. 1-7 diceritakan bahwa tentara Aram selalu diperdaya oleh tentara Israel. Setiap kali tentara Aram mengubah posisi penyergapannya, tentara Israel tidak lewat situ. Begitu terus yang terjadi.

Lama-lama, raja Aram pun curiga. Pasti ada yang membocorkan rencana penyergapan mereka. Jangan-jangan, ada pengkhianat di antara pasukannya. Ketika raja Aram menanyai pegawai-pegawainya, salah seorang di antara mereka berkata bahwa bukan pengkhianat yang membocorkan rahasia itu, tetapi Elisa, seorang nabi di Israel.

Raja Aram pun sangat murka. Dia lalu memerintahkan sepasukan tentara yang sangat besar jumlahnya beserta kuda dan keretanya, untuk mengepung Dotan. Elisa dan pelayannya tinggal di situ. Pasukan ini lalu pergi malam-malam untuk mengepung kota itu. Karena jumlahnya sangat banyak, tidak ada celah yang bisa digunakan Elisa untuk meloloskan diri dari kepungan mereka.

Ketika bangun pagi-pagi, pelayan Elisa kaget sekali melihat ada banyak sekali tentara mengepung mereka. “Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?,” teriaknya. Dalam kalkulasi banyak orang, Elisa sudah tamat riwayatnya. Tidak ada kemungkinan untuk meloloskan diri.

Namun apakah Elisa panik? Ternyata tidak. Sebagai seorang nabi Tuhan, dia tahu betul apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Perubahan Terjadi Ketika Elisa Berdoa Pada Tuhan

Perhatikan perkataan Elisa kepada pelayannya itu. “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka” (ay. 16). Saya bayangkan, pelayan itu pasti bingung. Mereka cuma berdua. Dari mana Elisa bisa bilang kalau jumlah yang menyertai mereka lebih banyak?

Kemudian Elisa berdoa, “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat” (ay. 17). Setelah Elisa berdoa, pelayan itu tiba-tiba melihat gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi. Siapa mereka? Malaikat Tuhan. Raja Aram mengirim banyak sekali pasukan manusia. Tetapi, tanpa pelayan Elisa tahu, di situ juga Tuhan menempatkan jauh lebih banyak pasukan malaikat. Seandainya saja kedua pasukan itu bertempur, dengan mudah kita tahu siapa yang akan menjadi pemenangnya.

Saya kembali bayangkan, ketika pelayan Elisa itu melihat banyaknya pasukan malaikat Tuhan, detik itu pula ketakutannya hilang. Rupanya, inilah rahasia Elisa. Dia bisa terlihat tenang karena tahu bahwa pada saat itu Tuhan menjaganya dengan pasukan malaikat yang tidak kelihatan. Apa yang dilakukan Elisa ini sesuai dengan mazmur Daud, yang mengatakan: “Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya” (Mzm. 27:3). Jika kita tahu bahwa Tuhan ada di pihak kita, apa yang bisa membuat kita takut?

Doa Membuat Kita Mampu Melihat dengan Iman

Kisah ini mengingatkan kepada kita tentang apa yang harus kita lakukan pada saat permasalahan hidup melanda. Utang banyak. Sakit kronis. PHK. Terjepit dengan kebutuhan rumah tangga. Walaupun bukan berbentuk pasukan tentara, tetapi ada banyak hal dalam hidup ini yang bisa mengepung kita. Ada banyak masalah yang bisa menekan kita sehingga sangat sulit bagi kita untuk melihat jalan keluarnya. Jika itu terjadi dalam kehidupan kita, jangan putus asa.

Photo by Dustin Belt on Unsplash

Ketika semua orang lain di dunia berkata, “Sudah habis harapanku,” maka orang Kristen selalu memiliki satu senjata yang sangat ampuh. Apa itu? Doa.

Dulu ada acara kuis di televisi yang sangat terkenal, “Who Wants to be a Millionaire.” Peserta akan diberi pertanyaan yang kesusahannya semakin meningkat. Jika tidak mengetahui jawabannya, ada beberapa pilihan bantuan. Salah satunya, peserta boleh menelepon orang yang dia kenal untuk menanyakan jawabannya. Ini disebut dengan “Phone a Friend.” Namun tidak jarang, orang yang ditelepon juga tidak bisa menjawabnya.

Doa juga bisa digambarkan seperti itu. Tetapi bukannya menelepon seorang teman yang bisa saja gagal dalam memberi solusi, kita menelepon Allah, satu-satunya sumber pertolongan manusia yang tidak pernah gagal. Dengan doa, kita akan mampu melihat sekitar kita bukan dengan mata jasmani, tetapi dengan iman. Masalah yang tadinya sangat menekan kita, setelah merasakan kebesaran Tuhan dalam doa, maka perlahan masalah tersebut akan terasa kecil.

Tetapi ingat, doa tidak selalu menyebabkan masalah hilang tiba-tiba. Seperti Elisa yang tetap menghadapi pasukan tentara Aram, kita pun mungkin masih akan menghadapi masalah yang sama besarnya setelah berdoa. Bedanya, seperti juga pelayan Elisa tadi, doa membuat kita bisa merasakan bahwa penyertaan Tuhan jauh lebih besar dibanding masalah yang ada.

Di dunia modern sekarang ini, kita terbiasa didorong untuk bertindak rasional. Itu jugalah yang membuat kita cenderung mengabaikan doa dalam menghadapi permasalahan hidup. Tetapi kita mungkin tidak menyadari, justru semakin rasional kita dan semakin banyak pengetahuan kita, bisa-bisa kita malah akan lebih mudah putus asa. Mengapa? Karena kita menjadi tahu, tidak ada kemungkinan untuk lepas dari permasalahan tersebut.

Tanpa doa, apakah masalah bisa selesai? Bisa saja. Tetapi, walaupun secara jasmani masalah selesai, kita tidak menjadi lebih dewasa rohani. Kita juga tidak lebih mengenal Tuhan. Padahal, itu semua adalah berkat yang lebih besar dibanding sekadar selesainya masalah kita.

Kemudian, jika kita tidak terbiasa bersandar pada doa, maka suatu saat ketika masalah yang kita alami sangat berat, maka kita bisa benar-benar habis akal. Tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tidak ada lagi orang yang bisa dimintai bantuan. Celakanya, karena tidak terbiasa berdoa maka kita juga tidak tahu bahwa sebenarnya masih ada bantuan lain yang lebih ampuh, yaitu pertolongan Tuhan. Inilah yang menyebabkan banyak orang mengambil jalan pintas, yang membuat masalah bertambah ruwet.

Jangan Meremehkan Doa Karena Ada Allah yang Bekerja di Baliknya

Jadi, sebagai anak Tuhan, jangan pernah meremehkan doa. Bayangkan seandainya Elisa hanya melihat situasi sekitar dengan mata jasmaninya. Apa yang akan terjadi? Dia pasti akan ketakutan seperti pelayannya. Tetapi sebagai nabi Tuhan, Elisa terbiasa untuk melihat segala sesuatunya dengan iman. Dia tahu bahwa untuk menghadapi situasi-situasi yang sulit, dia bisa bersandar pada Allah yang mahakuasa.

Kemahakuasaan Allah sangat terlihat dalam bagian ini. Allah memampukan Elisa untuk memberikan nasihat yang tepat kepada raja Israel sehingga terhindar dari jebakan raja Aram. Padahal, rencana-rencana itu disusun dengan sangat rahasia, di kamar tidur raja Aram (ay. 12). Kemudian, tanpa pasukan malaikat turun tangan pun, Allah  bisa langsung membuat pasukan tentara Aram itu bertekuk lutut. Mereka semua dibuat buta matanya. Benar-benar Allah mampu membalikkan keadaan anak-anak-Nya.

Begitu pentingnya Allah dalam kisah ini, sampai-sampai seorang penafsir yang mengatakan bahwa Allah begitu menonjol dan berkuasa dalam cerita ini, sehingga hanya Elisa yang disebut namanya (bahkan beberapa kali disebut sebagai “abdi Allah”). Raja Israel, raja Aram, dan pelayan Elisa tidak disebutkan namanya.

Ketika kita meremehkan doa, sebenarnya kita juga meremehkan Allah. Doa kelihatannya sepele. Sepintas lalu juga terlihat pasif. Sepertinya ketika berdoa, kita tidak melakukan apa-apa. Padahal, dengan doa, kita sedang melakukan usaha yang luar biasa besar karena kita meminta pertolongan kepada Pencipta alam semesta ini.

sumber gambar: spurgeongems.org

Salah seorang tokoh Kristen yang bernama Charles Spurgeon (1834-1892) pernah berkata, “Doa adalah saraf ramping yang menggerakkan otot-otot yang mahakuasa.” Saraf itu rapuh sekali. Tetapi  bisa menggerakkan otot-otot. Doa, menurut Spurgeon, juga seperti itu. Walaupun kita lemah dan sudah tidak mempunyai daya apa-apa lagi, tetapi dengan doa, kita mendapatkan bantuan dari Yang Mahakuasa. Bukan berarti kita bisa memerintah Tuhan. Tetapi, Tuhan sendiri yang akan bekerja untuk menopang kita.

Tuhan Pasti Memberikan Penyertaan Pada Anak-Anak-Nya

Jika kita melihat keberadaan hidup kita dengan iman, maka kita akan tahu sebenarnya tidak ada permasalahan yang terlalu besar. Tidak ada jalan buntu bagi anak-anak Tuhan. Mengapa? Karena bukan kita yang berusaha memecahkan permasalahan tersebut. Tetapi, Tuhan sendiri yang akan bertindak bagi kita!

Marilah kita ingat selalu pesan ini. Doa sebenarnya sangat mudah untuk kita lakukan. Cukup menutup mata, berkata-kata dengan Tuhan. Kita bisa mengungkapkan seluruh isi hati kita kepada-Nya. Jangan diabaikan, karena dengan cara inilah, Roh Kudus akan membukakan iman kita sehingga kita bisa melihat permasalahan kita dengan sudut pandang yang benar.

Tuhan Yesus pernah berjanji, “Dan ingatlah Aku akan selalu menyertai kalian sampai akhir zaman” (Mat. 28:20b). Janji-Nya ini pasti akan Dia genapi. Dia sudah mengalahkan masalah terbesar kita, yaitu maut. Oleh sebab itu, Dia juga pasti mampu menyertai kita di tengah segala masalah yang ada di dunia ini.

“Ketika permasalahan hidup melanda, berdoalah supaya kita dapat melihat penyertaan Tuhan yang tak terbatas”

The post Lihatlah dengan Iman! (2Raj. 6:8-23) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/02/15/lihatlah-dengan-iman-2raj-6-18-23/feed/ 0 665
Ayat-Ayat Alkitab Tentang Ketakutan dan Kekhawatiran https://studibiblika.id/2020/02/08/ayat-ayat-alkitab-tentang-ketakutan-dan-kekhawatiran/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=ayat-ayat-alkitab-tentang-ketakutan-dan-kekhawatiran https://studibiblika.id/2020/02/08/ayat-ayat-alkitab-tentang-ketakutan-dan-kekhawatiran/#comments Sat, 08 Feb 2020 04:08:33 +0000 https://studibiblika.id/?p=568 Di dunia ini, siapa sih yang tidak pernah khawatir? Dosa, kejahatan, bencana, situasi ekonomi, dan ancaman-ancaman lainnya bisa

The post Ayat-Ayat Alkitab Tentang Ketakutan dan Kekhawatiran first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Di dunia ini, siapa sih yang tidak pernah khawatir? Dosa, kejahatan, bencana, situasi ekonomi, dan ancaman-ancaman lainnya bisa membuat kita khawatir. Walaupun wajar untuk merasa khawatir, tetapi anak-anak Tuhan memiliki pengharapan yang tidak dimiliki oleh oran-orang lainnya. Apa itu? Janji Tuhan, sebagaimana yang telah dituliskan dalam Alkitab.

Renungkanlah beberapa ayat Alkitab berikut ini sehingga kekhawatiran tidak lagi mencengkeram hidup kita….

1. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi. (Yos. 1:9)

2.20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, 21 katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayb. 1:20-21)

3. 1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. 2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; 3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. 4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. 5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. 6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. (Mzm. 23)

Domba-domba akan terlindungi ketika bersama gembalanya. Gembala akan menuntun domba-dombanya untuk mendapatkan sumber makanan, tempat berteduh, merawat domba yang sakit, serta menghalau binatang buas (sumber gambar: phys.org)

4. Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. (Mzm. 34:5)

5. Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhkupun tidak tersembunyi bagi-Mu (Mzm. 38:10)

6. Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. (Mzm. 55:23)

7. 4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; 5 kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Mzm. 56:4-5)

8. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku. (Mzm. 94:19)

9. 1 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? 2 Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. 3 Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. 4 Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. 5 Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. 6 Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. 7 TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. 8 TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya. (Mzm. 121)

10. Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia. (Ams. 12:25)

11. Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan. (Pkh. 11:10)

12. 30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, 31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yes. 40:30-31)

13. janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. (Yes. 41:10)

14.7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! 8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. (Yer. 17:7-8)

Pohon yang tumbuh di tepian sungai pasti subur karena selalu mendapat pasokan air. Demikian pula jika kita selalu melekat pada Tuhan, sumber segala kekuatan kita (sumber gambar: rogerspaul.wordpress.com)

15. 25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat. 6:25-34)

16. Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. (Yoh. 14:1)

17. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yoh. 14:27)

18. Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (Rm. 8:26)

19. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm. 8:38-39)

20. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. (2Kor. 9:8)

21. 6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. 7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Flp. 4:6-7)

22. Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian. (2Tes. 3:16)

23. 5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” 6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Ibr. 13:5-6)

24. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1Ptr. 5:7)

25. 3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu. (Why. 21:3-4)

The post Ayat-Ayat Alkitab Tentang Ketakutan dan Kekhawatiran first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/02/08/ayat-ayat-alkitab-tentang-ketakutan-dan-kekhawatiran/feed/ 2 568
Tuhanlah Penjagaku (Mzm. 121) https://studibiblika.id/2019/10/31/khotbah-mzm-121-tuhanlah-penjagaku/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=khotbah-mzm-121-tuhanlah-penjagaku https://studibiblika.id/2019/10/31/khotbah-mzm-121-tuhanlah-penjagaku/#respond Thu, 31 Oct 2019 15:52:25 +0000 https://studibiblika.id/?p=423 1 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? 2 Pertolonganku ialah dari TUHAN,

The post Tuhanlah Penjagaku (Mzm. 121) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
1 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?
2 Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
3 Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.
4 Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.
5 Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.
6 Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.
7 TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.
8 TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

(Mazmur 121)

Pendahuluan

Alkitab seringkali menggambarkan kehidupan kita sebagai seorang Kristen

Sumber: tokopedia.com

merupakan sebuah ziarah menuju surga. Di dalam surat Ibrani, dituliskan bahwa kita adalah “orang asing dan pendatang di bumi ini” yang merindukan “tanah air surgawi” (Ibr. 11:13-16). Namanya perjalanan, selain kesenangan-kesenangan, pasti kita juga akan menghadapi rintangan dan cobaan. Ini juga yang menjadi inspirasi seorang penginjil yang bernama John Bunyan melalui sebuah bukunya yang sangat terkenal, Pilgrim’s Progress (Perjalanan Musafir).

Namun walaupun kita tahu bahwa kita diciptakan Tuhan dan nantinya akan kembali kepada Tuhan, kita masih harus menghadapi segala persoalan di dunia ini. Kita juga harus menghadapi masa depan yang masih berupa misteri. Sebuah amsal mengatakan, “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu” (Ams. 27:1). Apapun bisa terjadi dalam hidup ini: sudah bekerja dengan baik, tiba-tiba harus di-PHK karena ekonomi sulit. Sudah menjaga kesehatan, rajin olahraga, tiba-tiba mengalami kecelakaan. Bagaimana kita mengantisipasinya? Dan apa yang Tuhan janjikan bagi kita yang sedang berada dalam perjalanan kehidupan ini? Pada hari ini kita akan belajar dari Mazmur 121 yang menjelaskan bahwa kita harus bersandar pada Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertolongan yang akan menjaga seluruh perjalanan hidup kita.

1. Tuhan Satu-satunya Sumber Pertolongan Kita

Pada masa Perjanjian Lama, orang-orang Israel dari berbagai tempat akan melakukan ziarah ke Yerusalem, tiga kali dalam setahun untuk menyembah Tuhan pada hari-hari besar tertentu. Ini merupakan perintah Tuhan yang tercatat dalam Kel. 23:14, “Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagi-Ku.” Hari besar tersebut adalah hari raya Paskah, untuk memperingati keluarnya Israel dari tanah Mesir, hari raya Pentakosta (Perjanjian Lama), hari kelima puluh setelah Paskah yang dirayakan sebagai hari penuaian dan ucapan syukur kepada Allah, serta hari raya Pondok Daun, untuk memperingati pengembaraan bangsa Israel selama berada di padang gurun. Di sepanjang perjalanan itu, tentu ada banyak bahaya: kekurangan air, tersesat, jatuh ke jurang, bertemu binatang buas, ataupun dirampok di tengah jalan. Karena itu, Mazmur 121 ini dinyanyikan untuk memberi penguatan kepada para peziarah tersebut.

Kalimat pembuka dalam mazmur ini yang tertulis dalam ayat pertama dan kedua merupakan tanya-jawab dalam diri pemazmur untuk menyatakan bahwa Allah merupakan sumber pertolongan baginya. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” Pada saat melihat gunung-gunung di kejauhan, pemazmur membayangkan bahwa segala kemungkinan celaka bisa terjadi pada waktu dia harus mendakinya. Di gunung juga banyak kuil penyembahan berhala. Jadi, dengan melayangkan pandangan matanya ke gunung-gunung, sumber mara bahaya dan kengerian, pemazmur sedang mencari-cari sumber pertolongan.

Tetapi pemazmur juga memahami, berdasar kitab Taurat yang dibacanya, gunung juga merupakan tempat perhentian Tuhan. Misalnya, di dalam kitab Keluaran, gunung Sinai merupakan tempat di mana Allah turun untuk menjumpai manusia. Dengan melihat gunung, pemazmur diingatkan bahwa dia mempunyai sumber pertolongan yang sejati, yaitu Allah yang menjadikan langit dan bumi..

Kalimat ini sangat penting, karena kalau kita menganalisis kata “menciptakan” di dalam Kej. 1:1, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi,” maka makna kebesaran Tuhan dalam penciptaan bukan hanya karena Dia mampu menjadikan apa yang ada dari yang tidak ada, tetapi kebesaran Tuhan yang sesungguhnya terlihat pada kuasa yang mutlak sehingga tidak ada yang menghalangi-Nya pada waktu penciptaan. Allah mahakuasa dan sekali Dia merencanakan untuk menciptakan alam semesta, maka itu pasti terjadi dan tidak ada pihak lain, bahkan Iblis, yang dapat menggagalkannya. Ayub berkata: “Tetapi Ia tidak pernah berubah – siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga” (Ayb. 23:13). Allah mampu menciptakan langit dan bumi, maka Allah juga mampu mengontrol segala sesuatu yang ada di dalamnya. Kejadian alam, teknologi, sejarah, ekonomi, politik, dan termasuk juga perjalanan hidup manusia, ada di dalam genggaman-Nya.

Pemahaman bahwa pertolongan datang dari Tuhan, Pencipta langit dan bumi yang mahakuasa, memberi kekuatan yang sangat besar bagi para peziarah. Walaupun berbagai mara bahaya bisa ditemui mereka sepanjang perjalanan, namun jika mereka bersandar pada Tuhan, apa yang mereka takutkan? Keyakinan orang-orang Israel tersebut sejalan dengan perkataan Paulus di dalam surat Roma, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm. 8:31b).

Dengan menyanyikan mazmur ini, para peziarah diingatkan akan pengembaraan nenek moyang mereka di padang gurun. Israel merupakan bangsa yang sangat kecil. Mereka juga tidak terbiasa berperang dan hidup di padang gurun. Mental mereka rusak karena selama 400 tahun lebih diperbudak Mesir. Tetapi, perjalanan mereka berhasil dan mengalahkan bangsa-bangsa yang jauh lebih kuat. Saudara tentu ingat bagaimana ajaibnya peperangan yang dilakukan oleh bangsa Israel, “Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek” (Kel. 17:11). Itu semua membuktikan bahwa Tuhan adalah sumber kemenangan, bukan kekuatan mereka sendiri ataupun kekuatan duniawi lainnya yang tidak bisa diandalkan.

Saya akan mengambil contoh dari sesuatu yang biasanya diandalkan orang, yaitu uang. Semakin banyak uang, semakin aman masa depan kita. Tetapi, apakah benar demikian? Liem Sioe Liong, orang terkaya di Indonesia pada masa Orde Baru, pernah mengalami kejadian pahit justru karena banyak uang. Pada masa penjajahan Jepang, dia berdagang minyak kacang kecil-kecilan di Kudus. Dia juga menjadi penyalur cengkih di kota yang banyak pabrik rokok kreteknya itu. Pada waktu pecahnya revolusi tahun 1945, Liem Sioe Liong juga membantu Republik melawan Belanda dan selama itu dia mendapatkan kekayaan yang luar biasa besar.

Liem Sioe Liong (sumber: wikipedia.com)

Namun setelah Jepang menyerah, pemerintah menyatakan bahwa uang Jepang tidak berlaku lagi dan diganti uang Indonesia. Jadi, uang Liem Sioe Liong yang berkarung-karung tiba-tiba hangus begitu saja. Dia hanya mendapat delapan Rupiah, sesuai dengan jumlah anggota keluarganya, karena pemerintah memberi masing-masing warga negara sebesar satu Rupiah. Dari sini dia kemudian memetik pelajaran bahwa bisnis tidak boleh atas dasar uang, tetapi atas dasar barang (aset).

Tetapi, apakah aset juga bisa diandalkan? Pada pertengahan ‘90-an, Hong Kong mengalami kenaikan harga properti gila-gilaan. Bahkan menjelang tahun 1997, kenaikannya mencapai 80% dan membuat banyak orang Hong Kong yang menginvestasikan uangnya di bidang properti. Tetapi, menurut salah satu tesis yang saya baca, kenaikan harga properti yang fantastis itu lebih disebabkan faktor psikologis. Jadi, begitu ada harapan kaya mendadak, banyak yang ikut-ikutan. Karena itu, begitu krisis ekonomi melanda Asia tahun 1997, properti di Hong Kong kolaps. Harga properti turun drastis dan dalam waktu 6 tahun tinggal bernilai 20% saja. Bukannya kaya mendadak, banyak orang Hong Kong yang malah jatuh miskin.

Berdasar dua peristiwa tadi, kita belajar bahwa apa yang diandalkan oleh orang-orang dunia itu rapuh karena banyak hal di luar kontrol manusia. Karena itu, kita harus berharap pada Tuhan. Sebagai Pencipta, hanya Dia yang dapat berkuasa atas seisi dunia dan karena itu layak untuk dijadikan sumber pertolongan.

Apakah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan merupakan satu-satunya sumber pertolongan yang bisa diandalkan juga menjadi keyakinan kita? Misalnya, pada waktu anak kita tiba-tiba panas tinggi, apa yang langsung ada di pikiran kita? Cemas, cari dokter, atau teringat tidak punya uang untuk berobat? Bagi para pelajar,  mendekati ujian, makin rajin saat teduh atau malah kendor, karena sibuk belajar? Bukankah kalau kita mengandalkan Tuhan, maka seharusnya Dialah yang pertama kali kita cari pada saat menghadapi masalah? Satu hal yang menunjukkan bahwa kita benar-benar bersandar pada Tuhan dan mempercayai Dia sebagai pengendali hidup kita, adalah dengan menjadikan doa sebagai pusat hidup kita.

Tuhan senang kalau kita sebagai ciptaan mengandalkan Dia, karena dengan demikian Dia akan menyatakan kuasa dan kasih setia-Nya kepada kita. Seperti halnya Daud, yang walaupun mempunyai kuasa yang begitu besar sebagai seorang raja namun dikatakan “sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya” (1Raj. 15:3). Mari kita juga bersandar penuh pada Dia sebagai sumber pertolongan dalam setiap pergumulan hidup kita. Jika dengan kemahatahuan-Nya, Tuhan mampu merancang alam semesta yang begitu rumit ini dan dengan kemahakuasaan-Nya, Tuhan mampu menopangnya hingga masih bisa ada hingga detik ini, masak sih kita lebih bergantung sama dokter dibanding Tuhan? Masak sih kita tidak percaya kalau Tuhan tahu bagaimana cara yang terbaik untuk menutup hutang-hutang kita? Kalau Tuhan saja kita lepaskan waktu menghadapi kesulitan, kepada siapa lagi kita bisa berharap?

Satu lagi, apakah hanya dalam masalah sehari-hari saja kita mengandalkan Tuhan? Tidak. Kita juga harus mengandalkan Tuhan untuk hal yang lebih penting, yaitu keselamatan, karena seperti kata Alkitab: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12). Jangan sampai kita masih merasa layak diselamatkan karena merasa dosanya sedikit, banyak melakukan pelayanan, banyak memberi persembahan. Itu semua menunjukkan kita belum mengandalkan Tuhan.

2. Tuhan Akan Menjaga Seluruh Perjalanan Hidup Kita

Setelah menyatakan komitmennya pada Tuhan, pemazmur melanjutkannya dengan menjelaskan apa yang akan Tuhan lakukan kepada orang-orang yang bersandar kepada-Nya. Pada ayat ketiga dan keempat: “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel,” Tuhan digambarkan seperti seorang gembala, yang tanpa pernah tidur senantiasa menjaga domba-dombanya. Kemudian di ayat kelima dan keenam: “Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam,” Tuhan digambarkan sebagai seorang penjaga yang tidak terlihat yang memberikan perlindungan sepanjang waktu. “Naungan di sebelah tangan kananmu” menggambarkan bahwa Tuhan menjadi perisai dan sumber kemenangan yang melindungi mereka. Mazmur ini kemudian ditutup dengan berkat pada ayat ketujuh dan kedelapan: “TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya,” yang menyatakan bahwa Tuhan akan menjaga apapun yang terjadi dalam perjalanan mereka dari awal sampai akhir. Semua penggambaran ini menunjukkan betapa kuatnya penjagaan Tuhan yang mahakuasa, mahatahu, dan mahahadir di setiap perjalanan hidup anak-anak-Nya.

Apakah penjagaan Tuhan yang sekuat ini akan selalu diberikan pada kita? Perhatikan kata yang sangat penting di ayat keempat, yaitu “Penjaga Israel.” Siapakah Israel? Di dalam Hos. 11:1 Tuhan berkata, “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.” Kemudian di dalam Ul. 32:18 dikatakan, “Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau.” Relasi antara Allah dengan Israel begitu intim, sehingga Dia menyebut Israel sebagai anak-anak-Nya, yang dilahirkan dan dibersarkan-Nya sendiri, dan itulah yang menjadi dasar bahwa Allah akan menyertai Israel sampai selama-lamanya.

Bahkan, Allah juga akan bereaksi kalau anak-anak-Nya mendapat ancaman dari dunia. Mari kita baca Kel. 4:22-23: “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.” Lihat, bagaimana Allah akan membuat perhitungan kepada mereka yang berani mengusik anak-anak-Nya. Jika Firaun tidak mau melepaskan Israel, anak kesayangan Allah, maka Allah akan mengambil nyawa anak sulung Firaun, anak kesayangan sekaligus penerus takhtanya di Mesir.

Kemudian, apakah Allah yang menyertai umat-Nya juga akan menyertai kita secara pribadi? Dalam teologi Perjanjian Lama, orang-orang Israel memahami bahwa penjagaan yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel juga akan terjadi pada diri masing-masing orang Israel. Jadi, orang Israel tahu bahwa Allah yang akan menyelamatkan seluruh bangsa Israel juga akan menyelamatkan masing-masing orang Israel secara pribadi. Lalu bagaimana dengan kita, yang bukan orang Israel?  Alkitab menyatakan bahwa siapapun yang percaya kepada Tuhan Yesus merupakan orang Israel secara rohani. “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Gal. 3:29).

Jadi, janji Allah yang ada di dalam mazmur ini juga diberikan kepada kita, orang-orang Kristen di masa kini. Kita percaya bahwa Allah yang telah menyertai bangsa Israel di padang gurun adalah Allah yang mahahadir di dalam seluruh perjalanan hidup manusia, yang sanggup menyertai kita melewati sakit, problem rumah tangga, persoalan ekonomi, dan sebagainya.

Namun setelah merenungkan penjagaan Allah seperti ini, timbul pertanyaan di dalam hati saya, dan mungkin juga di dalam hati Saudara sekalian. Jika Tuhan menjaga anak-anak-Nya dari segala macam celaka dan penjagaan-Nya berlangsung terus-menerus, mengapa ada orang Kristen yang mendapat musibah? Ada orang Kristen yang harus kehilangan seluruh keluarganya seketika karena kecelakaan pesawat. Ada orang Kristen yang harus kehilangan dua orang anaknya sekaligus justru ketika mereka mau beribadah di gereja. Dan sebagainya.

Tuhan Yesus berkata: “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29). Alkitab tidak mengatakan bahwa kita sebagai orang percaya tidak akan mengalami kesusahan. Karena beriman, kita bebas dari kesusahan. Bukan itu. Tetapi, semua kesusahan yang menimpa kita berada di dalam kendali Tuhan. Ingat, Tuhan bukan orang suruhan yang akan menjaga kita sesuai dengan keinginan kita. Tuhan adalah Allah yang berdaulat, yang akan menjaga kita berdasarkan hikmat dan rencana-Nya yang seringkali tidak terselami oleh akal manusia.

Misalnya, apakah Allah kecolongan saat Iblis berusaha menjatuhkan Ayub? Tidak. Penderitaan Ayub itu terjadi atas seizin Tuhan dan di dalam penderitaannya, Ayub tetap percaya pada Tuhan. Demikian pula saya sangat dikuatkan ketika membaca salah satu buku rohani. Buku ini menceritakan kisah-kisah penganiayaan yang terjadi kepada orang-orang Kristen oleh para ekstrimis di negara tertentu. Misalnya, pada waktu ISIS memasuki suatu daerah, mereka akan menandai rumah orang-orang Kristen dengan huruf n, atau nun dalam bahasa Arab, maksudnya “nasrani”. Begitu rumah mereka ditandai, maka apapun bisa terjadi: harta bendanya dirampas, anak-isteri disiksa, bahkan harus siap kehilangan nyawa kalau mereka tidak mau meninggalkan iman Kristen. Tetapi justru melalui penganiayaan itu, iman mereka semakin kokoh dan kasih mereka semakin melimpah. Inilah bentuk penjagaan Tuhan yang secara khusus hanya diberikan kepada orang-orang percaya.

Harta kita boleh ludes, kesehatan kita boleh merosot, dan bahkan keadaan kita bisa begitu buruk sehingga seolah-olah Tuhan meninggalkan kita, namun Roh Kudus akan menjaga kita sehingga kita tetap bisa mempertahankan harta kita yang paling berharga dan kekal, yaitu Kristus. Dia akan memberi hikmat dan damai sejahtera kepada kita di tengah-tengah segala kesulitan, sehingga kesulitan yang kita alami justru menjadi batu loncatan bagi kita untuk semakin dewasa rohani.

Kalau kita mengerti penjagaan Tuhan yang seperti ini, maka kita akan mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi kehidupan. Apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita tidak akan membuat kita putus asa. Misalnya, walaupun kita tidak bisa kuliah karena kesulitan ekonomi, tetapi kita tetap optimis dan terus melangkah maju karena tahu kita tidak mengandalkan Tuhan, bukan ijazah. Walaupun dokter bilang, penyakit kita tidak mungkin sembuh, tetapi kita tahu bahwa kita punya dokter di atas segala dokter, dan kita tahu bahwa Tuhan tetap bisa menjaga kita dan memakai kita walaupun di tengah-tengah sakit. Kita masih dapat mendoakan orang-orang, atau menghibur orang lain yang penyakitnya sama dengan kita. Itulah bentuk penjagaan Tuhan yang bagi manusia kelihatan mustahil.

Penutup

Melalui mazmur ini kita sudah mempelajari bahwa kita harus bersandar pada Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertolongan yang akan menjaga seluruh perjalanan hidup kita. Melalui Alkitab, kita sebagai orang Kristen ternyata tidak hanya tahu dari mana asal kita dan ke mana kita pergi setelah kehidupan ini berakhir. Tetapi kita juga tahu apa yang akan Tuhan lakukan sepanjang perjalanan hidup yang penuh ketidakpastian ini. Hendaknya ini menjadi kekuatan untuk menjalani hidup dan melewati segala permasalahan dengan bersandar pada janji Tuhan: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20b). Dia yang menyertai umat-Nya sejak bumi dijadikan, Dia juga yang akan menyertai kehidupan kita dari sekarang hingga kelak tiba di surga.

Amin.

The post Tuhanlah Penjagaku (Mzm. 121) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2019/10/31/khotbah-mzm-121-tuhanlah-penjagaku/feed/ 0 423
Elimelekh: Kisah Penyelamatan Diri yang Berakhir Tragis https://studibiblika.id/2019/09/24/tokoh-alkitab-elimelekh/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=tokoh-alkitab-elimelekh https://studibiblika.id/2019/09/24/tokoh-alkitab-elimelekh/#respond Tue, 24 Sep 2019 09:44:18 +0000 https://studibiblika.id/?p=384 1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya

The post Elimelekh: Kisah Penyelamatan Diri yang Berakhir Tragis first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>

1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.
2 Nama orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana.
3 Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi, sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya.

(Rut 1:1-3)

Elimelekh pergi ke Moab bersama istri dan dua anaknya (dilukis oleh Alexandre Bila, hak cipta sudah kadaluarsa).

Elimelekh adalah seorang tokoh Alkitab yang mungkin sering terabaikan. Kisah hidupnya hanya tercatat dalam ketiga ayat di atas. Namun demikian, ada satu hal penting yang dapat kita pelajari dari kehidupannya.

Elimelekh (dalam bahasa Ibrani berarti “Allah adalah raja”) adalah suami Naomi. Dia adalah seorang kepala keluarga di daerah Betlehem-Yehuda. Dia hidup pada zaman para hakim memerintah (sekitar tahun 1100 S.M.). Karena negerinya sedang dilanda kelaparan, Elimelekh pun membawa keluarganya mengungsi ke tanah Moab. Wajar, bukan, seorang kepala keluarga menyelamatkan keluarganya?

Tetapi mari kita cermati ayat-ayat Alkitab lainnya. Kelaparan yang melanda Yehuda pada waktu itu sebenarnya menandakan hukuman Tuhan karena mereka tidak mau taat kepada-Nya (Ul. 11:14; 32:24; melanggar Im. 26:3-4). Buktinya, pada ayat terakhir kitab Hakim-Hakim (Hak. 21:25), tercatat bahwa pada masa itu “setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Pada masa hakim-hakim, tercatat bahwa bangsa Israel mengalami masa kegelapan karena adanya kebobrokan di segala bidang.

Semua umat Tuhan pada masa itu memang mengalami kelaparan. Elimelekh sendiri pun tidak mungkin bisa mengubah keadaan karena dosa tersebut merupakan kesalahan kolektif bangsanya. Bukan akibat dosanya sendiri. Namun demikian, solusi yang diambil oleh Elimelekhlah yang membuat Tuhan tidak berkenan. Alih-alih bersandar pada Tuhan, dia malah pergi ke Moab. Padahal, Moab adalah musuh bebuyutan bangsa Israel (Bil. 22:1-25:9).

Tindakan Elimelekh ini mengingatkan kita pada kesalahan Bapa-Bapa bangsa Israel, Abraham, Ishak, dan Yakub, ketika mereka mengalami kelaparan (Kej. 12:10; 47:4; dan 26:1-3). Tindakan seperti itu menunjukkan bahwa Elimelekh mempunyai iman yang kecil terhadap masalah yang dihadapinya.  Dalam kitab Taurat, Tuhan sudah memperingatkan supaya umat-Nya tidak menjalin hubungan dengan orang-orang Moab (Ul. 23:3-6). Tetapi, Elimelekh mengabaikan peringatan tersebut (bahkan nantinya kedua anaknya mengawini perempuan Moab, sesuatu hal yang dilarang Tuhan dalam Ul. 7:1-4).

Apa yang terjadi dengan keluarga Elimelekh di Moab? Nasibnya sungguh tragis. Elimelekh meninggal. Demikian pula dengan kedua anak laki-lakinya, Mahlon dan Kilyon. Istrinya, Naomi, menjadi janda bersama dengan kedua menantu perempuannya, Orpa dan Rut. Sampai-sampai ketika pulang ke Betlehem, Naomi tidak mau dipanggil dengan nama aslinya artinya: manis), tetapi “Mara” (artinya: kepahitan). Dia tahu bahwa “tangan Tuhan teracung kepadanya” (Rut. 1:13).

Dari kisah hidup Elimelekh ini, kita belajar bahwa ketika menghadapi keadaan yang sulit, kita tidak boleh menggunakan cara yang mudah dan berlawanan dengan kehendak Tuhan untuk mengatasinya. Sebaik apapun kelihatannya, cara-cara tersebut justru akan membuat permasalahan hidup kita semakin rumit.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Mendekatlah pada Tuhan. Biarlah Dia memberikan hikmat-Nya kepada kita sehingga kita mampu melewatinya dengan cara yang berkenan pada Tuhan. Apa yang dilakukan oleh Elimelekh tersebut sangat ironis. Arti namanya “Allah adalah raja.” Akan tetapi, dia tidak percaya bahwa Allah mengontrol segala situasi kehidupan anak-anak-Nya di muka bumi.

Jika kita mempelajari kitab Rut ini hingga tuntas, kita akan melihat bahwa Allah berdaulat atas segala peristiwa yang ada di muka bumi ini (bahkan mengatur hingga ke masalah kecil, seperti pertemuan Rut dengan Boas). Oleh sebab itu, kita tidak perlu khawatir bahwa persoalan hidup kita akan membuat kita jatuh tergeletak.

Kemudian, kitab Rut juga mengajarkan bahwa Allah peduli terhadap permasalahan anak-anak-Nya. Walaupun sempat mengalami lika-liku kehidupan yang begitu tragis, Naomi akhirnya dipulihkan oleh Tuhan sehingga menantunya, Rut, menikah dengan Boas, penebus dari kaum keluarga Elimelekh. Nantinya, dari garis keturunan Rut akan lahir Raja Daud, yang merupakan jalur keturunan Mesias! Sungguh suatu berkat yang luar biasa.

Demikianlah yang akan dilakukan juga oleh Tuhan ketika kita menghadapi persoalan hidup. Bahkan, ketika kita sempat “salah arah” dan meragukan kasih-Nya, tangan-Nya tetap akan menopang kita. Karya Tuhan dalam hidup Elimelekh (dan juga Naomi) ini mengingatkan kita akan lagu berikut:

Jalan hidup orang benar
Diterangi oleh cah’ya Firman Tuhan
Jalan hidup orang benar
Semakin terang hingga rembang tengah hari
Apabila dia jatuh, tidaklah dibiarkan sampai terg’letak
S’bab tangan Tuhan jua yang menopangnya
Dan membangunkan dia kembali

The post Elimelekh: Kisah Penyelamatan Diri yang Berakhir Tragis first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2019/09/24/tokoh-alkitab-elimelekh/feed/ 0 384