Waspadalah Terhadap Kepalsuan Rohani (Mat. 27:3-10)

Photo by Sammy Williams on Unsplash

Print Friendly, PDF & Email

3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, 4 dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” 5 Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. 6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: “Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah.” 7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. 8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah. 9 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, 10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.” (Mat. 27:3-10)

Ada pepatah yang mengatakan “to err is human.” Artinya, berbuat salah adalah manusiawi. Ada kesalahan yang konsekuensinya ringan, ada pula yang konsekuensinya berat. Tetapi ada satu kesalahan yang tidak ada obatnya, yaitu menolak Kristus, karena dampaknya kekal. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menguji apakah kita adalah benar-benar pengikut Kristus. Jangan sampai kita merasa sudah menjadi anak Tuhan, tetapi sebenarnya belum.

Kita akan belajar dari kesalahan fatal yang dilakukan oleh Yudas Iskariot. Mungkin kita berpikir bahwa kita tidak sama dengan Yudas. Namun, seorang penulis Kristen mengatakan bahwa Yudas sebenarnya sangat dekat dengan kita. Buktinya, ketika Yesus berkata pada Perjamuan Terakhir bahwa salah satu dari murid-murid-Nya akan mengkhianati-Nya, satu demi satu berkata, “Bukan aku, ya Tuhan?” (Mat. 26:22).

Mereka tidak langsung tahu bahwa Yudaslah pengkhianat itu. Artinya, tampak luar, Yudas tidak berbeda dengan murid-murid lainnya. Inilah yang membuat kita waspada. Jangan-jangan, kita belum benar-benar menjadi anak Tuhan. Mari kita melihat tiga hal dalam hidup Yudas untuk menguji apakah kita melakukan kesalahan yang sama.

Pertama, Yudas tidak benar-benar mengenal Yesus. Selama tiga tahun lebih, Yudas mengikut Yesus ke mana-mana, melihat mukjizat dan mendengar ajaran Yesus, serta menjadi salah satu dari 12 murid terdekat Yesus. Betapa istimewanya posisi Yudas. Tetapi, Yudas rela menukar Yesus dengan tiga puluh keping perak. Padahal jika Yudas mau percaya Yesus, dia akan memiliki hidup kekal, hal yang tidak bisa dibeli bahkan dengan seisi dunia ini.

Jika kita tidak mengenal Yesus benar-benar, kita akan mudah menukar-Nya dengan hal-hal fana di dunia ini. Misalnya, merasa nikmat tenggelam dalam hobi dan pekerjaan, sehingga mengabaikan relasi dengan Tuhan. Ada juga orang yang suka melakukan aktivitas untuk Tuhan, tetapi tidak memiliki hasrat untuk menggali firman Tuhan dan berdoa. Pengenalan akan Tuhan tidak bisa dilepaskan dengan Alkitab, karena tanpanya, pengenalan kita bisa keliru.

Kedua, Yudas membiarkan keinginan dagingnya berkembang. Sejak memilihnya menjadi murid, Yesus sudah tahu Yudas bukan murid sejati (Yoh. 6:70). Oleh sebab itu, Yudas tidak sungguh-sungguh mengikut Yesus. Pikirannya masih dipenuhi keduniawian. Misalnya, ketika Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi yang sangat mahal, Yudas berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dia katakan karena sering mencuri uang kas yang dipegangnya (Yoh. 12:5-6).

Sampai titik tertentu, keinginan daging Yudas pas dengan strategi Iblis yang ingin menggagalkan misi Tuhan Yesus. Begitu ada kesempatan, Yudas mengkhianati Yesus. Ada beberapa penafsiran mengenai mengapa Yudas melakukannya. Bisa karena uang. Bisa juga Yudas ingin memanfaatkan Yesus supaya Dia memimpin pemberontakan. Pada saat itu, orang-orang Yahudi ada di bawah kekuasaan Roma dan banyak yang berpikir bahwa Mesias adalah harapan mereka untuk melawan pemerintah Roma.

Apapun motivasinya, pengkhianatan yang dilakukan Yudas membuktikan bahwa keinginan dagingnya yang menjadi tuan, bukan kehendak Tuhan.

Bisakah kita menjadi murid Tuhan setengah-setengah? Ada pandangan, “dunia dapat, akhirat dapat.” Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan bahwa manusia tidak dapat mengabdi pada dua tuan (Mat. 6:24). Salah satunya pasti diprioritaskan. Orang bisa merasa semakin keinginan dagingnya terpenuhi, semakin bahagia hidupnya. Tetapi orang yang masih memiliki cara pandang duniawi tidak bisa mengerti bagaimana kenikmatan berelasi dengan Tuhan, karena itu jauh melampaui apa yang mereka pikirkan. Sangat jelas bedanya kondisi antara orang yang menikmati Tuhan dengan menikmati dosa.

Bukan berarti kita semua harus hidup miskin, harus sakit-sakitan, dan sebagainya. Tidak. Tetapi, jika kita diberi berkat oleh Tuhan, jangan sampai kita menjadikannya lebih utama dibanding Tuhan sendiri. Dan jika kita belum diizinkan untuk menikmati berkat Tuhan seperti orang-orang lainnya, jangan kecewa pada Tuhan.

Jika kita tidak rela berkomitmen untuk mematikan kedagingan, maka ketika ada kesempatan, kita rentan untuk terjebak masuk ke dalam strategi Iblis dan itu dapat memimpin pada kesalahan fatal seperti Yudas. Bukankah banyak rumah tangga yang hancur ketika usaha sedang jaya-jayanya? Banyak pelayan Tuhan jatuh ketika ada di puncak?

Ketiga, Yudas hanya menyesali kesalahannya, tetapi tidak bertobat. Matius mencatat Yudas sangat menyesal karena telah melakukan kesalahan. Bahkan dia mengakui kalau Tuhan Yesus tidak bersalah (ay. 4). Tetapi karena pikirannya masih tunduk pada kegelapan, dia tidak mau kembali pada Tuhan. Dia hanya menyesali kesalahannya dari sisi manusiawinya saja, tetapi tidak mau mengakuinya dan minta ampun di hadapan Tuhan.

Itulah sebabnya Yudas binasa (Yoh. 17:12). Bukan karena bunuh diri atau karena mengkhianati Yesus. Tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni Tuhan (Yes. 1:18). Bahkan Petrus pun yang telah menyangkal Yesus sampai tiga kali, masih diampuni. Bedanya, Yudas tidak mau membuka hati untuk menerima anugerah Tuhan. Tidak ada cara lain bagi manusia untuk diampuni dosanya dan masuk ke dalam Kerajaan Allah selain dilahirkan kembali (Yoh. 3:3).

Inilah pentingnya tidak peduli berapa lama kita menjadi orang Kristen, sebaik apapun kita, atau seluas apapun pelayanan kita, kita harus instrospeksi, sudahkah saya bertobat? Tidak hanya menyesali dosa, tetapi juga menyandarkan diri pada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Biarlah darah-Nya membasuh dosa kita dan menjadikan kita ciptaan baru.

Tanpa menjadi murid Kristus yang sejati, hidup akan berjalan tragis. Nafsu kedagingan dan strategi Iblis bisa coba dijalankan, seperti kisah Yudas. Tetapi, apa yang Yudas lakukan justru menggenapi rencana keselamatan yang Allah nyatakan di dalam Perjanjian Lama (ay. 9). Ini membuktikan hanya ada satu alur sejarah yang terjadi di dalam dunia ini, yaitu rencana Tuhan. Pastikan keluarga kita, usaha kita, pelayanan kita, semuanya selaras dengan rencana Tuhan supaya hidup kita tidak sia-sia dan berakhir tragis.

Mari kita menjadi anak Tuhan yang sungguh-sungguh. Mungkin kita merasa hidup sudah hancur. Tetapi, selama kita masih hidup, tidak ada kata terlambat untuk menerima pengampunan dari Kristus. Seperti halnya Petrus, hidup kita yang sudah rusak bisa diperbaiki oleh Allah dan kita akan diubah menjadi murid Tuhan yang setia. Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

1.Mengapa ada orang yang tidak mengenal Tuhan hidupnya terlihat lebih bijaksana dibanding orang yang mengenal Tuhan?

2.Apa keinginan daging yang saat ini Anda masih sering jatuh di dalamnya? Periksalah dan minta Roh Kudus mengampuni dan menguatkan Anda.

Ayat Alkitab Pendukung

Jawab Yesus kepada mereka: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” (Yoh. 6:70)

Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. (Yoh. 17:12)

Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yes. 1:18)

Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh. 3:3)

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Mat. 6:24)

Related Post

Leave a Reply