hikmat | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Wed, 18 Oct 2023 05:40:15 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.2.3 https://i0.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 hikmat | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Ayat-Ayat Alkitab untuk Ulang Tahun https://studibiblika.id/2023/10/18/ayat-ayat-alkitab-untuk-ulang-tahun/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=ayat-ayat-alkitab-untuk-ulang-tahun https://studibiblika.id/2023/10/18/ayat-ayat-alkitab-untuk-ulang-tahun/#respond Wed, 18 Oct 2023 05:40:13 +0000 https://studibiblika.id/?p=2576 Memperingati hari ulang tahun merupakan tradisi yang juga umum dilakukan oleh orang-orang Kristen. Ayat-ayat Alkitab berikut dapat membantu

The post Ayat-Ayat Alkitab untuk Ulang Tahun first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Memperingati hari ulang tahun merupakan tradisi yang juga umum dilakukan oleh orang-orang Kristen. Ayat-ayat Alkitab berikut dapat membantu kita untuk merenungkan kasih Allah dan kehidupan yang telah kita jalani di tahun-tahun yang telah lewat. Selain itu, menguatkan kita untuk menapaki hari esok.

  1. 24 TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; 25 TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; 26 TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. (Bil. 6:24-26)
  2. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. (Mzm. 16:11)
  3. Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan. (Mzm. 20:5)
  4. Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (Mzm. 24:7)
  5. 3 Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, 4 dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. 5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; (Mzm. 37:3-5)
  6. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (Mzm. 90:12)
  7. sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (Mzm. 91:11)
  8. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku. (Mzm. 91:16)
  9. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! (Mzm. 118:24)
  10. 1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; 2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. 4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. 5 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. 6 Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. 7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? 8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. 9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, 10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. 11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” 12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. 13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. 14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. 15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; 16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. 17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! 18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau. 19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah, 20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia. 21 Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? 22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku. 23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; 24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (Mzm. 139)
  11. 10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. 11 Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah. (Ams. 9:10-11)
  12. Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yer. 29:11)
  13. 22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, 23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Rat. 3:22-23)
  14. TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai (Zef. 3:17)
  15. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. (Yoh. 16:21)
  16. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Ef. 2:10)
The post Ayat-Ayat Alkitab untuk Ulang Tahun first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2023/10/18/ayat-ayat-alkitab-untuk-ulang-tahun/feed/ 0 2576
Bijak Menghitung Hari (Mzm. 90) https://studibiblika.id/2022/09/11/menghitung-hari-mzm-90/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=menghitung-hari-mzm-90 https://studibiblika.id/2022/09/11/menghitung-hari-mzm-90/#respond Sun, 11 Sep 2022 03:11:38 +0000 https://studibiblika.id/?p=2175 Pada tanggal 8 September 2022, Ratu Elizabeth II meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Bertakhta selama sekitar 70

The post Bijak Menghitung Hari (Mzm. 90) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Pada tanggal 8 September 2022, Ratu Elizabeth II meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Bertakhta selama sekitar 70 tahun, beliau dikenal sebagai penguasa Kerajaan Inggris terlama sepanjang sejarah. Di balik segala keanggunannya sebagai seorang Ratu yang penuh welas asih, Elizabeth II dikenal pula sebagai seorang Kristen yang taat. Bahkan Almarhum Billy Graham, yang berteman dengan beliau, menyaksikan bahwa Ratu Elizabeth II sangat tertarik dengan Alkitab dan pesan-pesan di dalamnya.

Mangkatnya Ratu Elizabeth II mengingatkan kepada kita pelajaran yang sangat penting dalam hidup ini. Seberapa lamapun kita hidup, dan seberapa berkuasapun kita di dunia ini, pada akhirnya kita pasti akan menghadap Raja di atas segala raja. Oleh sebab itu, selama masih ada waktu, marilah kita berhikmat dalam menghabiskan sisa hidup kita. Inilah yang diajarkan dalam Mazmur 90, yang kemungkinan ditulis oleh Musa.

Di dalam bagian pertama (ay. 1-2), Musa menyatakan Allah adalah kekal. Dia tidak memiliki awal maupun akhir. Itulah yang membuat Allah layak untuk dijadikan “tempat perteduhan” (“tempat berlindung”; ay. 1 BIMK) bagi bangsa Israel turun temurun. Kekekalan Allah tersebut kemudian dikontraskan Musa dengan kefanaan manusia (ay. 3-6). Seberapa lamapun manusia hidup, sebenarnya itu adalah jangka waktu yang sangat singkat. Pepatah Jawa mengatakan, “Urip iku mung mampir ngombe” (hidup itu hanyalah mampir minum, sangat singkat). Bagi kita yang telah memiliki anak yang sudah besar-besar, pasti sangat memahami singkatnya hidup ini.

Selanjutnya, Musa menyatakan bahwa Allah mengetahui dosa-dosa yang diperbuat manusia (ay. 7-11). Ketidaksetiaan manusia sendirilah yang menyebabkan hidup di dunia ini penuh dengan kesukaran dan penderitaan. Juga, murka Allah akan menimpa atas kebejatan manusia.

Musa kemudian menutup doanya dengan permohonan untuk memiliki kebijaksanaan dalam memandang sisa hidup ini (ay. 12-17). Memang hidup bisa dipenuhi dengan dosa, kesukaran, serta penderitaan. Tetapi belas kasihan Allah akan membuat manusia mampu memiliki cara pandang dan respons yang positif terhadap hidup ini.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam merespons mazmur ini. Pertama, ingatlah selalu bahwa hidup itu ada batasnya. Oleh sebab itu, marilah kita bijak dalam menjalani kehidupan ini. Jangan menggunakannya untuk hal-hal yang membangkitkan murka Allah (ay. 7). Tetapi, gunakanlah untuk hal-hal yang selaras dengan kemurahan Allah (ay. 17). Mumpung masih ada kesempatan, jadilah diri kita sebagai saluran berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Kedua, jangan sekali-kali melepaskan diri dari Allah. Dunia penuh dengan kerapuhan dan ketidakpastian. Jangan fokuskan hidup kita di dalamnya, karena pada akhirnya yang kita dapatkan hanyalah kekecewaan.

Kita tidak tahu berapa lama lagi akan hidup di dunia ini. Juga, tidak tahu hidup seperti apakah yang akan kita jalani di masa depan. Namun yang pasti, selama Allah masih memberikan waktu, itu berarti ada rencana-Nya yang masih harus kita lakukan di dunia ini (Flp. 1:22). Amin.

REFLEKSI

Hidup hanya sekali, dan itu pun cepat berlalu. Hanya apa yang kita lakukan bagi Kristuslah yang akan bertahan (C.T. Studd)

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Bagaimana Anda mengaitkan singkatnya hidup ini (dan bisa berlalu secara tiba-tiba) dengan perencanaan untuk masa depan diri Anda, keluarga, maupun pelayanan?
  2. Seandainya Anda meninggal pada saat ini juga, apakah ada penyesalan yang akan Anda alami? Mumpung masih ada waktu, bagaimana Anda akan mengantisipasi penyesalan tersebut di masa mendatang?

REFERENSI AYAT ALKITAB

1 Doa Musa, abdi Allah.

Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami

turun-temurun.

2  Sebelum gunung-gunung dilahirkan,

dan bumi dan dunia diperanakkan,

bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya

Engkaulah Allah.

3  Engkau mengembalikan manusia kepada debu,

dan berkata: “Kembalilah, hai anak-anak manusia!”

4  Sebab di mata-Mu seribu tahun

sama seperti hari kemarin, apabila berlalu,

atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

5  Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi,

seperti rumput yang bertumbuh,

6  di waktu pagi berkembang dan bertumbuh,

di waktu petang lisut dan layu.

7   Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu,

dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut.

8  Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu,

dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.

9  Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu,

kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.

10  Masa hidup kami tujuh puluh tahun

dan jika kami kuat, delapan puluh tahun,

dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;

sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

11  Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu

dan takut kepada gemas-Mu?

12  Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,

hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

13  Kembalilah, ya TUHAN  —  berapa lama lagi?  — 

dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

14  Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu,

supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa

hari-hari kami.

15  Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami,

seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.

16  Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu,

dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka.

17  Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami,

dan teguhkanlah perbuatan tangan kami,

ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.

(Mzm. 90)

Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. (Flp. 1:22)

Baca juga:

Makna Hidup | STUDIBIBLIKA.ID

Di Luar Tuhan, Hidup Tidak Akan Berarti (Pkh. 1:1-11) | STUDIBIBLIKA.ID

Nikmatilah Hidup! (Pkh. 9:7-10) | STUDIBIBLIKA.ID

Died: Queen Elizabeth II, British Monarch Who Put Her Trus…… | News & Reporting | Christianity Today

The post Bijak Menghitung Hari (Mzm. 90) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/09/11/menghitung-hari-mzm-90/feed/ 0 2175
Tafsiran Amsal 7 https://studibiblika.id/2022/05/07/tafsiran-amsal-7/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=tafsiran-amsal-7 https://studibiblika.id/2022/05/07/tafsiran-amsal-7/#respond Sat, 07 May 2022 13:28:48 +0000 https://studibiblika.id/?p=2021 TES PEMAHAMAN PRAKTIS Setujukah Anda dengan pernyataan-pernyataan berikut? Jawablah sekarang juga dan periksalah kembali apakah ada cara pandang

The post Tafsiran Amsal 7 first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
TES PEMAHAMAN PRAKTIS

Setujukah Anda dengan pernyataan-pernyataan berikut? Jawablah sekarang juga dan periksalah kembali apakah ada cara pandang yang diubahkan setelah mempelajari bagian Alkitab ini.

PernyataanSetuju/Tidak Setuju
1. Karena seks sejatinya adalah hal yang kotor, maka diperlukan norma-norma masyarakat untuk membatasinya.
2. Tanggung jawab terbesar kita sebagai orang tua adalah mendidik anak-anak untuk berperilaku baik.
3. Masa muda adalah masa ketika seseorang sebaiknya mengeksplorasi dunia sebebas mungkin.
4. Hikmat Tuhan akan membuat hidup kita bebas dari masalah.
5. Mengekang diri adalah cara terbaik untuk melepaskan diri dari godaan dosa.

PENGANTAR

Alkitab mengajarkan bahwa seks (dan pernikahan) adalah hal yang kudus karena diinisiasi oleh Allah. Manusia tidak boleh sembarangan melakukannya. Hanya orang-orang dewasa yang berbeda gender dan telah diikat dalam pernikahan boleh melakukannya (Kej. 1:28; Kej. 2:24).

Zina merupakan salah satu dosa yang dilarang dalam Sepuluh Hukum (Kel. 20:14; Ul. 5:18). Bahkan, orang yang melakukannya harus dihukum mati: “Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu” (Im. 20:10).

Di dalam Perjanjian Baru, Paulus juga menjelaskan bahwa karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka kita harus menjauhkan diri dari percabulan (1Kor. 6:15-20). Dengan demikian, jika kita berzina, maka kita sedang mencemarkan bait Roh Kudus. Betapa seriusnya dosa ini!

Oleh sebab itu, wajar jika menjauhkan diri dari zina juga merupakan salah satu nasihat yang sangat ditekankan dalam kitab Amsal. Misalnya, apa yang tertulis dalam Amsal 7 ini. Sebagaimana umumnya pada masa kini, para orang tua pada masa Israel kuno pun menginginkan anak-anak mereka menikmati kehidupan pernikahan yang penuh berkat.

STRUKTUR

Amsal 7 dapat dibagi menjadi:

  1. Ayat 1-5: Seruan dari seorang ayah kepada anaknya untuk mendengarkan nasihatnya.
  2. Ayat 6-23: Isi nasihat.
  3. Ayat 24-27: Seruan dari seorang ayah kepada anaknya untuk menjauhi percabulan.

Isi dari Amsal 7 sepadan dengan apa yang dipaparkan dalam bagian sebelumnya, yaitu Amsal 5:1-4 dan 6:20-24.

PENGGALIAN AYAT

I. Ayat 1-5: Seruan dari orang tua kepada anaknya untuk mendengarkan nasihatnya

1 Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku,

  dan simpanlah perintahku dalam hatimu.

2 Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup;

  simpanlah ajaranku seperti biji matamu.

3 Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu,

  dan tulislah itu pada loh hatimu.

4 Katakanlah kepada hikmat: ”Engkaulah saudaraku”

  dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu,

5 supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang,

  terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.

  1. Ayat 1-3.
    • Ayat 1: Anakku.
      • Amsal 7 merupakan petuah dari orang tua kepada anaknya supaya menikmati kehidupan rumah tangga yang penuh berkat.
    • Ayat 1-2: Perintah (Ibr. miṣwot), ajaran (Ibr. torot).
      • Perintah Tuhan kepada para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka dengan tidak jemu-jemu dinyatakan dalam kitab Taurat (Ul. 6:7, 20; 11:19). “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;” (Ul. 11:19)
      • Apa saja yang telah kita ajarkan kepada anak-anak kita? Tidak sedikit orang tua yang lebih fokus mengembangkan potensi anak dibanding membimbing mereka di dalam Tuhan.
    • Ayat 1-2: Pegang, simpan (masing-masing muncul pada ayat pertama dan kedua).
      • Paralelisme yang muncul pada ayat pertama dan kedua ini menekankan pentingnya perintah/ajaran yang disampaikan kepada Si Anak. Jika Si Anak mengabaikannya, dia akan menghancurkan hidupnya sendiri, seperti yang akan dinyatakan pada bagian akhir pasal ini.
    • Ayat 2: Hidup (BIMK: “hidup bahagia“).
      • Pilihan antara dua jalan hidup (orang benar dan orang fasik) merupakan hal yang sering ditekankan dalam kitab-kitab hikmat. Di dalam Perjanjian Baru, konsep ini juga masih berlanjut.
        • sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan” (Mzm. 1:6).
        • Di jalan kebenaran terdapat hidup, tetapi jalan kemurtadan menuju maut” (Ams. 12:28).
        • 13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; 14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat. 7:13-14).
  1. Ayat 2-3:Simpanlah… seperti biji matamu,” “tambatkanlah… pada jarimu,” “tulislah… pada loh hatimu.”
      • Seluruh keberadaan diri harus diikutsertakan dalam menjalankan perintah Tuhan (bnd. Amsal 6:20-22). Hal seperti ini juga diingatkan Tuhan pada bangsa Israel dalam Syema Yisrael (Ul. 6:4-9). “Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu” (Ul. 6:8).
      • Bandingkan juga dengan Yeremia 31:33: “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
      • Pengajaran hikmat harus benar-benar diresapi oleh Si Anak. Bukan sekadar tampak di luar, tetapi harus menjadi bagian dari karakter dan kepribadiannya. Inilah yang dimaksud dengan “lahir baru” dalam Perjanjian Baru. Misalnya, ketika Tuhan Yesus berbincang-bincang dengan Nikodemus dalam Yohanes 3:1-9.
        • Apakah perintah Tuhan sudah melekat dalam karakter kita? Jangan menggumuli firman Tuhan hanya sebatas pengetahuan. Penganiayaan, kekhawatiran, serta tipu daya kenikmatan dunia akan mengalihkan kita (lih. perumpamaan benih yang ditabur di tanah yang berbatu dan di tengah semak duri dalam Mat. 13:20-22).
        • Tuntunlah anak-anak kita untuk mengenal Tuhan secara pribadi, jangan hanya merasa puas ketika mereka berperilaku baik. Apakah Roh Kudus sudah mentransformasi hati mereka?
  2. Ayat 4-5.
    • Ayat 4: Hikmat
      • Lihat pembahasan ayat 1-3.
    • Ayat 4: Saudara, sanak.
      • Si Anak dinasihati untuk lebih intim dengan hikmat dibanding dengan perempuan jalang.
      • Apakah kita lebih menyukai hikmat (Injil) dibanding yang lain? Memang dalam bagian ini, Si Anak dinasihati untuk lebih memilih hikmat dibanding melekat pada perempuan jalang (godaan seksual). Tetapi, nasihat ini juga bisa diterapkan untuk godaan-godaan lainnya. Kita harus lebih memilih hikmat dibanding kekayaan, ketenaran, maupun kenikmatan fana lainnya.
    • Ayat 5: Perempuan jalang, perempuan asing.
      • Perempuan yang tidak bermoral (bukan selalu berarti pekerja seks komersial). BIMK: “perempuan nakal.”

II. Ayat 6-23: Isi nasihat

Menarik untuk dicermati bahwa Sang Orang Tua memberikan nasihatnya secara naratif (dengan menggunakan sebuah cerita). Seorang perempuan jalang menjebak seorang anak muda yang tidak berpengalaman (dan memang ingin menjauh dari hikmat) untuk melakukan perzinahan.

6 Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat,

  dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku,

7 kulihat di antara yang tak berpengalaman,

  kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna

  yang tidak berakal budi,

8 yang menyeberang dekat sudut jalan,

  lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu,

9 pada waktu senja, pada petang hari,

  di malam yang gelap.

10 Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan,

  berpakaian sundal dengan hati licik;

11 cerewet dan liat perempuan ini,

  kakinya tak dapat tenang di rumah,

12 sebentar ia di jalan dan sebentar di lapangan,

  dekat setiap tikungan ia menghadang.

13 Lalu dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya,

  dengan muka tanpa malu berkatalah ia kepadanya:

14 “Aku harus mempersembahkan korban keselamatan,

  dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu.

15 Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau,

  untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau.

16 Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku,

  kain lenan beraneka warna dari Mesir.

17 Pembaringanku telah kutaburi

  dengan mur, gaharu dan kayu manis.

18 Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari,

  dan bersama-sama menikmati asmara.

19 Karena suamiku tidak di rumah,

  ia sedang dalam perjalanan jauh,

20 sekantong uang dibawanya,

  ia baru pulang menjelang bulan purnama.”

21 Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan,

  dengan kelicinan bibir ia menggodanya.

22 Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia

  seperti lembu yang dibawa ke pejagalan,

dan seperti orang bodoh yang terbelenggu untuk dihukum,

23   sampai anak panah menembus hatinya;

seperti burung dengan cepat menuju perangkap,

  dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam.

  1. Ayat 6-12.
    • Ayat 6: “Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku.”
      • Perhatikan bagaimana perempuan ini secara sembunyi-sembunyi memerangkap anak muda yang tidak berpengalaman.
    • Ayat 7: tak berpengalaman (Ibr. petî)… teruna yang tak berakal budi.
      • Secara literal berarti “terbuka” (muncul juga dalam Amsal 1:4, 22). Menyiratkan orang yang tidak memiliki ketetapan hati (masih mencari-cari/mencoba-coba). BIMK: “pemuda yang masih hijau“… “seorang yang bodoh“).
      • Berhati-hatilah dengan apa yang kita lakukan dalam tahap pencarian seperti ini. Terutama di era digital. Dunia Internet yang membuka informasi secara luas, termasuk hal-hal yang tidak benar dan cemar, bisa menjerumuskan kita. Berhikmatlah!
  2. Ayat 13-21.
    • Ayat 14, 16-17, 19-20.
      • Perempuan itu menawarkan tiga kenikmatan: 1) makanan lezat (ayat 14); 2) kamar yang nyaman dan menggoda (ayat 16-17); 3) keamanan, suami perempuan itu sedang dalam perjalanan jauh sehingga tidak mungkin memergoki mereka (ayat 19-20).
    • Ayat 21: “Merayu… dengan berbagai-bagai bujukan… dengan kelicinan bibir… menggodanya.”
      • Jika kita dihadapkan pada godaan seksual, apalagi secara berulang-ulang, apakah kita sanggup menolaknya?
      • Alkitab mencatat kisah yang sangat cocok dengan gambaran ini, yaitu ketika Yusuf digoda oleh Potifar. Namun apa yang dilakukan Yusuf? Dia terus menolaknya dan berkata, “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kej. 39:9). Dengan hikmat Tuhan, Yusuf mampu memandang godaan itu dalam perspektif yang benar. Penolakan itu memang membuat hidup Yusuf menderita, sampai harus dipenjara. Tetapi, Allah menyertainya dan membuat hidupnya penuh berkat.
      • Bandingkan dengan kejatuhan dalam dosa seksual yang dilakukan Er, Onan, serta Yehuda dan Tamar dalam Kejadian 38.
      • Manakah yang kita pilih: kenikmatan sesaat yang ditawarkan dunia atau sukacita sejati yang ditawarkan Allah? Milikilah hikmat Allah supaya kita mampu memandang segala situasi dalam perspektif yang benar.
  3. Ayat 22-23.
    • Ayat 22-23: “Lembu… orang bodoh… burung.”
      • Gambaran dari nafsu kebinatangan yang membutakan mata hati orang muda tersebut sehingga dia masuk ke dalam perangkap.

III. Ayat 24-27: Seruan dari orang tua kepada anaknya untuk menjauhi perzinahan

24 Oleh sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku,

  perhatikanlah perkataan mulutku.

25 Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan perempuan itu,

  dan janganlah menyesatkan dirimu di jalan-jalannya.

26 Karena banyaklah orang yang gugur ditewaskannya,

  sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya.

27 Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati,

  yang menurun ke ruangan-ruangan maut.

  1. Ayat 24-27.
    • Ayat 25: Hatimu membelok, menyesatkan dirimu.
      • Ingat kembali akan adanya dua pilihan jalan hidup (lih. pembahasan ayat 2).
    • Ayat 26: Banyaklah orang yang gugur ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya.
      • Gambaran dari dunia kemiliteran ini menyatakan betapa mengerikannya kerusakan yang diakibatkan oleh perempuan itu.
      • Dunia tidak kekurangan orang-orang yang jatuh karena perzinaan. Dampak yang diakibatkannya pun bisa begitu besar. Tidak hanya bagi diri atau keluarga sendiri saja, namun juga bisa berdampak bagi banyak orang.
        • Dari Alkitab, kita mengenal betapa mengerikannya akibat yang ditimbulkan oleh dosa seksual. Misalnya, bacalah Hakim-Hakim 19-20.
        • Dari dunia masa kini, berulang kali tersiar kejatuhan seorang pelayan Tuhan dalam hal seksual. Hal ini menyebabkan semakin banyak orang yang antipati terhadap kekristenan.
        • Bagaimana dengan pornografi? Bukankah ini tidak merugikan orang lain? Ingat, di balik industri pornografi, ada wanita-wanita, termasuk juga pria, yang dieksploitasi. Ini merusak martabat manusia yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Selain itu, tidak sedikit orang yang melakukan dosa-dosa lain yang bermula dari kecanduan pornografi. Misalnya, perkosaan dan pembunuhan (ingat bagaimana Daud merancang strategi untuk membunuh Uria, suami Batsyeba).
    • Ayat 27: Dunia orang mati (Ibr. sheol), ruangan-ruangan maut.
      • Sheol (muncul 65 kali dalam Perjanjian Lama) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang dialami oleh semua orang setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Orang-orang Israel pada masa Perjanjian Lama belum mengenal konsep surga dan neraka sejelas pada masa Perjanjian Baru.
        • Kengerian karena terpisah dari semua yang dikasihi, termasuk Tuhan. “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?” (Mzm. 6:6).
        • Hanya Allah yang bisa membebaskan manusia dari situ: “Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku” (Mzm. 49:16).
      • Gambaran yang mengerikan dalam ayat 26-27 ini seharusnya membuat Si Anak benar-benar memperhatikannya. Selaras dengan apa yang ditawarkan oleh Perempuan Bebal: “Mereka yang menjadi mangsanya tidak tahu bahwa orang yang mengunjungi dia menemui ajalnya di situ; dan mereka yang telah masuk ke dalam rumahnya, sekarang berada di dalam dunia orang mati” (Ams. 9:18 BIMK).
      • Ingat apa yang dipaparkan dalam Roma 6:23: “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Berhati-hatilah dengan apa yang ada di depan kita. Pilihlah dengan bijak (berhikmat) sehingga kita mendapatkan hidup dan bukannya maut.
      • Ada pepatah “Ibarat nasi telah menjadi bubur.” Sebelum godaan dosa menghancurkan kita, menjauhlah cepat-cepat!
        • Tetapi, seringkali hal ini sulit untuk dilakukan. Mengekang diri bukanlah solusi untuk lepas dari dosa. Natur dosa/kedagingan justru akan membuat dosa tampak semakin menarik.
        • Oleh sebab itu, melekatlah pada Kristus sehingga kenikmatan berelasi dengan-Nya mampu mengalahkan godaan untuk menikmati apa yang dilarang Tuhan. “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi” (Mzm. 73:25). Cara pandang seperti ini hanya bisa dimiliki oleh orang yang telah lahir baru.
PernyataanSetuju/Tidak Setuju
1. Karena seks sejatinya adalah hal yang kotor, maka diperlukan norma-norma masyarakat untuk membatasinya.Tidak Setuju
2. Tanggung jawab terbesar kita sebagai orang tua adalah mendidik anak-anak untuk berperilaku baik. Tidak Setuju
3. Masa muda adalah masa ketika seseorang sebaiknya mengeksplorasi dunia sebebas mungkin. Tidak Setuju
4. Hikmat Tuhan akan membuat hidup kita bebas dari masalah. Tidak Setuju
5. Mengekang diri adalah cara terbaik untuk melepaskan diri dari godaan dosa. Tidak Setuju

Catatan: tafsiran ini diolah dari berbagai sumber.

The post Tafsiran Amsal 7 first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/05/07/tafsiran-amsal-7/feed/ 0 2021
Dua Jalan Hidup https://studibiblika.id/2022/04/28/dua-jalan-hidup/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=dua-jalan-hidup https://studibiblika.id/2022/04/28/dua-jalan-hidup/#respond Wed, 27 Apr 2022 22:57:59 +0000 https://studibiblika.id/?p=2018 Pilihan antara jalan hidup orang benar dan orang fasik merupakan ajaran yang kental dalam tradisi hikmat. Di dalam

The post Dua Jalan Hidup first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Pilihan antara jalan hidup orang benar dan orang fasik merupakan ajaran yang kental dalam tradisi hikmat. Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dua pilihan jalan hidup ini juga sangat sering muncul. Jalan hidup orang benar selaras dengan perintah Tuhan, sementara jalan hidup orang fasik menyimpang dari perintah Tuhan. Yang pertama menuntun kita menuju hidup, sementara yang kedua membawa kita kepada kebinasaan.

Dengan begitu, Alkitab tidak kurang-kurangnya mengingatkan kita adanya konsekuensi dari setiap pilihan dalam hidup ini. Pilihlah jalan hidup orang benar. Walaupun terasa tidak enak secara daging dan berlawanan dengan apa yang dipikirkan orang-orang dunia, tetapi pada akhirnya, kita akan merasakan berkat Tuhan yang sesungguhnya.

26 Orang benar mendapati tempat penggembalaannya, tetapi jalan orang fasik menyesatkan mereka sendiri. 28 Di jalan kebenaran terdapat hidup, tetapi jalan kemurtadan menuju maut. (Ams. 12:26, 28)

sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. (Mzm. 1:6)

29 Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu. 30 Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. (Mzm. 119:29-30)

Beginilah firman TUHAN: “Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya!” (Yer. 6:16)

Tetapi kepada bangsa ini haruslah kaukatakan: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menghadapkan kepada kamu jalan kehidupan dan jalan kematian. (Yer. 21:8)

13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; 14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat. 7:13-14)

Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (2Ptr. 2:15)

The post Dua Jalan Hidup first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/04/28/dua-jalan-hidup/feed/ 0 2018
Belajar Hikmat dari Salomo (1Raj. 4:29-34) https://studibiblika.id/2022/03/20/belajar-hikmat-dari-salomo-1raj-429-34/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=belajar-hikmat-dari-salomo-1raj-429-34 https://studibiblika.id/2022/03/20/belajar-hikmat-dari-salomo-1raj-429-34/#respond Sun, 20 Mar 2022 11:25:22 +0000 https://studibiblika.id/?p=1984 Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan penangkapan dan penyitaan aset seorang afiliator “investasi” binary options. Mengapa saya tulis

The post Belajar Hikmat dari Salomo (1Raj. 4:29-34) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan penangkapan dan penyitaan aset seorang afiliator “investasi” binary options. Mengapa saya tulis dalam tanda kutip? Karena sejatinya yang mereka tawarkan lebih mirip judi, bukan investasi. Namun karena tergiur keuntungan instan, banyak orang gelap mata.

Akibatnya bisa ditebak. Setelah rugi besar, mereka ramai-ramai melaporkan afiliator tersebut. Si Afiliator juga tidak kalah pusingnya. Kalau tadinya hidup mewah, sekarang seluruh asetnya (bahkan termasuk pakaian branded) disita. Ancaman hukumannya pun tidak main-main, 20 tahun!

Salah seorang afiliator yang terancam “dimiskinkan” (baca beritanya di sini)

Fenomena ini mengajarkan bahwa hidup tidak bisa dijalani dengan sembarangan. Komeng, seorang komedian, pernah berkata kalau manusia jangan menjalani hidup seperti air mengalir. Kalau airnya masuk jurang, atau seperti kata dia, menyenggol (maaf) kotoran, masa kita ikut saja?

Itulah sebabnya, kita memerlukan hikmat dalam hidup ini. Orang yang berhikmat akan mampu menjalani hidup dengan baik. Bukan saja dia akan menghindari hal-hal yang bisa mencelakakan hidupnya (misalnya, tergiur keuntungan instan seperti tadi). Tetapi, saat berada di tengah situasi sulit pun (karena tidak selalu bisa dihindari), dia tetap mampu menanganinya.

Di dalam Alkitab, kita mengenal sosok Salomo, seorang raja Israel yang sangat berhikmat. Hikmat yang dimilikinya tidak tertandingi oleh orang-orang pada zamannya. Bahkan, oleh para ahli pikir Mesir sekalipun, yang dikenal sangat bijaksana. Tidak heran, orang-orang dari segala bangsa datang meminta petunjuk hikmatnya. Selain itu, dia juga sangat produktif dengan menggubah 3000 amsal dan 1005 nyanyian (1Raj. 4:29-34).

Salah satu kisah tentang kebijaksanaannya tertulis di 1Raja-Raja. 3:16-28. Ketika itu, ada dua perempuan sundal yang bertengkar. Mereka saling menuduh bahwa temannya menindih bayinya sendiri hingga mati dan kemudian menukarnya dengan bayinya yang masih hidup.

Apa yang dilakukan Salomo? Dia mengancam untuk membelah bayi yang masih hidup itu sehingga masing-masing mendapat bagian. Tentu saja, ibu bayi yang asli tidak akan tega membiarkan anaknya mati. Akhirnya, salah satu perempuan itu mengalah dan memberikan bayinya untuk diambil temannya. Tetapi justru di sinilah letak kecerdikan Salomo. Tindakan yang berisiko itu menguak siapa sebenarnya ibu dari bayi yang masih hidup itu.

Benarlah pernyataan bahwa hikmat adalah mengambil tindakan yang tepat pada orang yang tepat dan dilakukan dengan cara yang tepat pula. Dengan hikmat, kita akan mampu menangani berbagai kerumitan hidup: pandemi berkepanjangan, atasan/rekan kerja yang bermasalah, PHK, anak-anak yang mulai susah diatur, hubungan dengan mertua, dan sebagainya.

Namun demikian, masih banyak orang Kristen yang keliru memahami tentang hikmat. Akibatnya, mereka pun menjalani hidupnya dengan fokus dan cara yang tidak terlalu berbeda dengan orang kebanyakan. Sampai pada suatu saat, mereka baru menyadarinya ketika semuanya sudah terlambat. Mari kita belajar tiga hal tentang hikmat.

Pertama, hikmat berasal dari Tuhan (1Raj. 4:29). Di dalam Amsal 2:6 tertulis, “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.” Hikmat yang diajarkan dalam Perjanjian Lama memiliki perbedaan mendasar dengan hikmat dari bangsa-bangsa lain pada masa itu. Para penulis kitab hikmat, termasuk Salomo, menekankan bahwa hikmat tidak bisa dilepaskan dari Allah.

Inilah yang juga menjadi panduan kita dalam menjalani hidup yang berhikmat. Di zaman media sosial seperti sekarang ini, “hikmat” ditawarkan di mana-mana. Salah satunya, para afiliator tadi, yang menawarkan “hikmat” untuk menjalani kehidupan yang bergelimang harta. Bahkan, seorang afiliator pernah berujar bahwa Tuhan pun bingung kalau mau memiskinkan dirinya (akhirnya dia menerima kenyataan pahit ketika tersandung kasus ini).

Alkitab mengajar, “ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1Tes. 5:21). Sebagai anak Tuhan, kita jangan mudah percaya dengan omongan orang, seberapapun meyakinkannya itu. Bandingkan dulu dengan firman Tuhan. Jika tidak selaras, maka janganlah kita melakukannya. Ya kalau hanya menderita kerugian materi, yang bisa dicari gantinya. Kalau sampai itu menggadaikan hidup kerohanian kita, bagaimana menggantikannya?

Hidup menurut hikmat Tuhan tidak selalu memberikan keuntungan duniawi. Tetapi yakinlah, itulah satu-satunya jalan hidup yang menguntungkan kita. Maka, jika kita bersandar pada hikmat Tuhan, pertanyaan yang kita ajukan bukan “bagaimana saya bisa lepas/mengambil keuntungan dari situasi ini?” Tetapi, “bagaimana saya bisa lebih memuliakan Allah di tengah situasi ini?”

Kedua, hikmat Tuhan hanya bisa didapat melalui relasi dengan Kristus. Rasul Paulus menjelaskan, “sebab di dalam Dialah (Kristus) tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kol. 2:3). Seperti apa Allah itu, bagaimana pola pikir-Nya, apa kehendak-Nya di dalam setiap kehidupan manusia, bisa dilihat di dalam Kristus, Allah yang berinkarnasi.

Sayang sekali, tidak sedikit orang Kristen yang lebih terpesona dengan manusia fana karena gaya hidup Kristus dianggap tidak cocok untuk manusia di zaman modern ini. Padahal, siapa yang lebih “sukses” dibanding Kristus? Waktu hidup-Nya tidak ada yang terbuang sia-sia. Dia mampu lolos dari setiap jebakan, mulai dari ahli Taurat hingga Iblis. Berhadapan dengan pembesar seperti Pilatus pun, Dia tidak menurunkan standar kebenaran-Nya. Bahkan, kematian-Nya memuliakan Allah dan menjadi berkat.

Jadi, milikilah relasi dengan-Nya lebih dalam. Pergaulan itu menular, maka coba bayangkan apa jadinya ketika banyak kepala daerah, pemilik perusahaan, penegak hukum, dokter, atau istri dan anak, yang sehari-harinya bergaul erat dengan Kristus? Dunia pasti tidak akan sama lagi.

Ketiga, hikmat hanya akan berhasil ketika diterapkan. Di dalam Ulangan 17:16-17, tertulis rambu-rambu bagi raja Israel: dilarang memelihara banyak kuda, jangan berbalik ke Mesir, jangan memiliki banyak istri, serta tidak mengumpulkan terlalu banyak emas dan perak. Allah memerintahkannya supaya hati raja tetap fokus pada-nya. Tetapi, Salomo melanggarnya. Dia menjadi menantu Firaun (1Raj. 3:1), memiliki 700 istri dan 300 gundik (1Raj. 11:3), serta banyak sekali hartanya.

Salomo memang memiliki hikmat. Tetapi, dia tidak sepenuhnya hidup berdasar hikmat tersebut. Hatinya kemudian menjauh dari Allah (1Raj. 11:4). Apa yang terjadi kemudian? Justru pada masa kepemimpinan Salomolah, raja yang paling berhikmat, kerajaan Israel terpecah menjadi dua (Israel di utara dan Yehuda di selatan). Sungguh ironis, bukan?

Maka sadarilah ada konsekuensi dari pilihan kita. Kita bisa hidup di dalam hikmat Tuhan sehingga kita menjadi serupa dengan Kristus yang di tengah segala kondisi tetap memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Atau, hidup di luar hikmat Tuhan, seperti Salomo yang kemudian menyeret banyak orang ke dalam perpecahan dan penyembahan berhala. Amin.

Baca juga: Libatkan Tuhan dalam Setiap Keputusanmu (Luk. 6:12-16) | STUDIBIBLIKA.ID

REFLEKSI

Orang bodoh berputar-putar tanpa tujuan (wanders), orang bijak melakukan perjalanan (travels) (Thomas Fuller)

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Apa ciri-ciri yang membedakan antara hikmat dunia dengan hikmat Alkitab?
  2. Apakah Anda memiliki peran kepemimpinan di lingkungan kehidupan sehari-hari? Apa yang akan terjadi jika Anda tidak menerapkan hikmat?

REFERENSI AYAT ALKITAB

29  Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, 30  sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir. 31  Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya. 32  Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima. 33  Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang di gunung Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan dan tentang burung-burung dan tentang binatang melata dan tentang ikan-ikan. 34  Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu. (1Raj. 4:29-34)

11 Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: “Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, 12 maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau. 13 Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja. 14 Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.” (1Raj. 3:11-14)

16   Pada waktu itu masuklah dua orang perempuan sundal menghadap raja, lalu mereka berdiri di depannya. 17  Kata perempuan yang satu: “Ya tuanku! aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah, dan aku melahirkan anak, pada waktu dia ada di rumah itu. 18  Kemudian pada hari ketiga sesudah aku, perempuan inipun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang luar bersama-sama kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah. 19  Pada waktu malam anak perempuan ini mati, karena ia menidurinya. 20  Pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku; sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu di pangkuannya, sedang anaknya yang mati itu dibaringkannya di pangkuanku. 21  Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui anakku, tampaklah anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan.” 22  Kata perempuan yang lain itu: “Bukan! anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati.” Tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “Bukan! anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” Begitulah mereka bertengkar di depan raja. 23  Lalu berkatalah raja: “Yang seorang berkata: Anakkulah yang hidup ini dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” 24  Sesudah itu raja berkata: “Ambilkan aku pedang,” lalu dibawalah pedang ke depan raja. 25  Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.” 26  Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” Tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!” 27  Tetapi raja menjawab, katanya: “Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya.” 28  Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan. (1Raj. 3:16-28)

Ia mempunyai istri dari kaum bangsawan sebanyak tujuh ratus orang serta gundik sebanyak tiga ratus orang. Istri-istrinya itu membelokkan hatinya. Maka, pada waktu Salomo tua, istri-istrinya itu membelokkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga hatinya tidak berpaut sepenuhnya kepada TUHAN. Allahnya, seperti hati Daud, ayahnya. (1Raj. 11:3-4)

sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. (Kol. 2:3)

The post Belajar Hikmat dari Salomo (1Raj. 4:29-34) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/03/20/belajar-hikmat-dari-salomo-1raj-429-34/feed/ 0 1984
Masa Lalu Lebih Baik? Pikir Lagi! (Pkh. 7:10) https://studibiblika.id/2020/11/21/masa-lalu-lebih-baik-pikir-lagi-pkh-710/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=masa-lalu-lebih-baik-pikir-lagi-pkh-710 https://studibiblika.id/2020/11/21/masa-lalu-lebih-baik-pikir-lagi-pkh-710/#respond Sat, 21 Nov 2020 22:26:06 +0000 https://studibiblika.id/?p=1090 Catatan: renungan ini ditujukan bagi kaum lanjut usia (lansia). Silakan merefleksikannya sesuai dengan kondisi Anda. Janganlah mengatakan: “Mengapa

The post Masa Lalu Lebih Baik? Pikir Lagi! (Pkh. 7:10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>

Catatan: renungan ini ditujukan bagi kaum lanjut usia (lansia). Silakan merefleksikannya sesuai dengan kondisi Anda.

Janganlah mengatakan: “Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu. (Pkh. 7:10) 

Salah satu kegemaran para lansia adalah mendengarkan “tembang kenangan.” Lagu-lagu dari Koes Plus, Panbers, D’Lloyd, dan masih banyak lagi menjadi kegemaran para orang tua. Ketika mendengarkan lagu-lagu itu, mereka merasakan seolah waktu diputar kembali. Terbayang ketika masih sekolah, mulai berumah tangga, bekerja. Rambut masih hitam, tenaga masih kuat. Sungguh, masa yang indah untuk dikenang.

Tetapi sekarang? Rambut sudah putih semua, makan tidak enak, tulang sering linu, jabatan sudah tidak ada, anak-anak di luar kota semua, bahkan tidak sedikit lansia yang terpaksa tinggal di panti jompo. Rasanya, dunia sudah berubah. Masa tua, bagi banyak lansia, menjadi masa yang serba tidak enak. Di masa ini, kenangan manis akan masa lalu justru semakin membuat hati terluka. Sampai-sampai, ada lansia yang sudah tidak betah untuk berlama-lama hidup di dunia.

Pada zaman itu, Pengkhotbah juga mengamati adanya fenomena yang sama. Banyak orang di dunia, tidak hanya para lansia, yang merasa bahwa masa lalu itu lebih baik. Perasaan ini wajar, terutama jika kita sedang menghadapi masa yang sulit. Tetapi jika dibiarkan terus, kita akan berada dalam kepahitan. Kita menjadi sulit untuk menikmati berkat-berkat Tuhan yang masih ada pada saat ini. Oleh sebab itu, Pengkhotbah mengajarkan bahwa orang yang seperti itu merupakan tanda orang yang tidak berhikmat.

Pengkhotbah mengajak kita untuk memandang dengan cara yang berbeda, yaitu sesuai dengan cara pandang Allah. Melalui cara pandang Allah, baik masa lalu maupun masa kini, sebenarnya sama (1:9). Baik masa lalu maupun masa kini, kita sama-sama masih tinggal di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Walaupun berbeda bentuk, kesulitan hidup dan dorongan untuk berbuat dosa terus menghantui kita (Ef. 5:16). Keadaan pada masa tua mungkin akan membuat kita kecewa pada Tuhan. Tetapi pada masa muda, puncak kekuatan mungkin pernah membuat kita tidak bersandar pada Tuhan.

Tetapi di sisi lain, ada anugerah Tuhan yang akan terus mengalir bagi anak-anak-Nya (Rat. 3:22-23; Mat. 28:20b). Ketika Paulus ada dalam kelemahan dan meminta tolong pada Tuhan untuk membuang kelemahan itu, Tuhan justru berkata, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2Kor. 12:9). Jadi, anugerah Tuhanlah yang sesungguhnya menopang kita. Bukan kekuatan, pangkat, kekayaan, atau bahkan keluarga kita.

Maka dari itu, berdasarkan hikmat Tuhan, Pengkhotbah mengajarkan untuk menerima semua masa dan semua keadaan sebagai pemberian Tuhan (7:14). Dalam keadaan yang baik, nikmatilah (tentu dengan cara yang berkenan pada Tuhan). Dalam keadaan yang tidak baik (menurut kita), tetap bersyukur, karena kesulitan hidup akan membentuk kita sebagai orang percaya untuk memiliki iman dan karakter yang lebih berkenan pada Tuhan, seperti Paulus.

Berdasarkan penggalian saya terhadap kitab Pengkhotbah, maka saya berkesimpulan bahwa sesungguhnya masa tua pun merupakan masa jaya bagi anak Tuhan! Syaratnya, kita mau memandangnya menurut hikmat Tuhan, bukan menurut pikiran sendiri. Maka, jangan biarkan masa tua membuat kita menjadi beban bagi orang lain. Teruslah menjadi berkat, tentu dalam batas-batas yang masih mampu kita lakukan. Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Apa berkat-berkat Tuhan saat ini, yang tidak bisa Anda alami pada masa lalu? (Saya ingin memaparkan perenungan ini untuk mengajak kita mengingat bahwa selalu ada berkat Tuhan di setiap keadaan. Misalnya, walaupun usia tidak muda lagi, tetapi para lansia memiliki satu berkat yang belum tentu dinikmati oleh anak muda, yaitu masa tua itu sendiri)
  2. Bagaimana hikmat Tuhan dapat kita gunakan untuk menghadapi keadaan yang diibaratkan “nasi sudah menjadi bubur”?

Ayat Alkitab Terkait

Pada hari yang baik, bergembiralah. Namun, di hari yang malang pandanglah, Allah telah menjadikan yang satu seperti yang lainnya. Karena itu, tidak ada seorang pun yang sanggup menemukan apa pun yang akan terjadi selanjutnya. (Pkh. 7:14)

Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. (Pkh. 1:9)

dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:16)

22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, 23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Rat. 3:22-23)

Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat. 28:20b)

The post Masa Lalu Lebih Baik? Pikir Lagi! (Pkh. 7:10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2020/11/21/masa-lalu-lebih-baik-pikir-lagi-pkh-710/feed/ 0 1090