Renungan | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Mon, 08 Nov 2021 14:10:46 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.2 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 Renungan | STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Mengatasi Kekhawatiran tentang Uang (Ibr. 13:5-6) https://studibiblika.id/2021/11/06/mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6 https://studibiblika.id/2021/11/06/mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6/#respond Sat, 06 Nov 2021 14:02:27 +0000 http://studibiblika.id/?p=1662 Tidak terasa, pandemi sudah berlangsung hampir dua tahun. Selama itu, banyak orang dihadapkan pada kenyataan hidup yang pahit.

The post Mengatasi Kekhawatiran tentang Uang (Ibr. 13:5-6) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Tidak terasa, pandemi sudah berlangsung hampir dua tahun. Selama itu, banyak orang dihadapkan pada kenyataan hidup yang pahit. Covid-19 telah merenggut 144 ribu orang di Indonesia (6/11/2021). Tetapi, yang bertahan pun hidupnya kembang kempis. Situasi ekonomi teramat sulit. Tidak hanya usaha kecil, bahkan perusahaan sekelas Garuda pun terancam bangkrut. Kekhawatiran soal uang membayangi benak banyak orang.

Bagaimana bisa tenang jika tiba-tiba di-PHK sementara anak-anak masih membutuhkan biaya sekolah? Atau, pusing memikirkan cicilan ini-itu sementara pendapatan berkurang jauh.

Kekhawatiran tentang uang merupakan hal yang manusiawi. Sebagai orang percaya, keadaan ini juga merupakan ujian bagi iman kita.  Jika tidak ditangani dengan baik, kekhawatiran tentang uang bisa memicu kita untuk mengambil langkah yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.

Padahal, Tuhan tidak menutup mata terhadap persoalan keuangan yang dihadapi anak-anak-Nya. Salah satu buktinya, Roh Kudus mendorong penulis surat Ibrani untuk membahas persoalan ini pada para pembaca suratnya.

Pembaca surat Ibrani adalah orang-orang Yahudi yang telah percaya kepada Kristus. Keputusan itu memiliki konsekuensi yang berat. Mereka mengalami berbagai tekanan dan penganiayaan. Bahkan, sampai harta benda mereka ludes dirampas.

Oleh sebab itu, setelah menerangkan berbagai hal teologis untuk menguatkan iman mereka, penulis surat Ibrani menutup suratnya dengan berbagai nasihat praktis. Bagi penulis surat Ibrani, iman yang kokoh harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Termasuk juga bagaimana menghadapi kekhawatiran soal materi atau uang.

Ada tiga panduan yang saya dapatkan dari bagian ini untuk mengatasi kekhawatiran soal uang.

Pertama, jangan diperbudak oleh uang. Penulis surat Ibrani mengatakan, “Janganlah kamu menjadi hamba uang” (ay. 5). Nasihat ini mengajak kita untuk menempatkan uang dalam cara pandang yang tepat. Uang memang penting. “Segalanya butuh uang,” kata orang. Tetapi, jangan memandang uang segalanya dan diperbudak olehnya (1Tim. 6:10).

Karena terpengaruh oleh budaya masa kini, kita pun bisa latah untuk mengukur berbagai hal dengan uang. Merasa bangga jika memiliki gaji yang besar. Menghormati orang berdasarkan status sosial mereka. Bahkan, cinta pun sering diukur dengan uang.

Akibatnya, uang menjadi faktor utama dalam melakukan sesuatu. Misalnya, ada segelintir guru yang berlomba-lomba membuka les privat. Bahkan, mereka sengaja tidak mengeluarkan ilmunya di depan kelas supaya banyak siswa yang ikut les. Kepuasan yang mereka kejar bukan seberapa banyak menghasilkan murid yang mumpuni, tetapi seberapa banyak uang yang bisa didapat. Di semua bidang panggilan, ada saja “lubang jebakan” semacam ini. Gaya hidup seperti inilah yang menjadikan kita mudah kehilangan sukacita ketika tidak menghasilkan uang sebanyak yang kita harapkan.

Jadi, banyak orang khawatir tentang uang bukan karena pendapatan mereka yang kurang. Tetapi, mereka menjadikan uang segalanya dan diperbudak olehnya.

Inilah yang ditentang oleh penulis surat Ibrani. Jadikanlah uang sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan memuliakan Tuhan. Jangan menukarnya sebagai tujuan hidup atau pembentuk identitas kita. Jika berpandangan seperti ini, kita tidak akan mudah khawatir soal uang.

“Lapar mata” merupakan hal yang menjebak kita, terutama di era digital yang semakin memudahkan kita untuk belanja dan pamer (Photo by freestocks on Unsplash)

Kedua, merasa puaslah dengan berkat materi yang Tuhan beri. “Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu” (ay. 5), nasihat penulis surat Ibrani. Jangan pernah hidup dengan cara “besar pasak daripada tiang.” Gaji dua juta tetapi hidup seperti orang yang bergaji lima juta. Pasti, suatu saat kita akan terbelit masalah keuangan.

Ketika keadaan keuangan kita terpuruk, ingatlah bahwa selalu saja ada orang yang jauh lebih sulit keadaannya dibanding kita, tetapi mereka bisa berhasil melewatinya.

Saya teringat dengan teman sekelas saya waktu SMA. Keluarganya begitu kekurangan sehingga untuk membelikannya buku catatan saja tidak mampu. Sering, teman saya itu menggunakan kertas buram untuk mencatat pelajaran. Tetapi, teman saya ini berhasil meraih nilai tertinggi se-kabupaten waktu kelulusan.

Ada juga teman saya waktu kuliah yang berasal dari luar pulau. Boro-boro ganti hape atau beli laptop keren seperti mahasiswa sekarang, bahkan karena saking ngepresnya uang kiriman dari kampung, dia terpaksa “ngekos” di ruang himpunan mahasiswa. Toh, dia berhasil lulus juga.

Dari sini saya belajar bahwa Tuhan cukup atau tidak, sebenarnya bergantung pada pola pikir kita, bukan nominalnya. Ketika kita merasa tak berdaya dan sangat kekurangan, berkat Tuhan pasti selalu cukup (asal kita tidak terjebak keinginan). Buktinya, selalu saja ada orang yang lebih sulit keadaannya dibanding kita, namun mereka dapat melewatinya.

Jadi, jangan buru-buru putus asa, terjebak pinjaman online, atau melakukan hal-hal lain yang tidak diperkenan Tuhan.

Ketiga, bersandarlah pada janji penyertaan Tuhan. Kekhawatiran soal uang sebenarnya bukan berpusat pada hal-hal jasmani. Tetapi, ada permasalahan teologis mendasar yang sedang terjadi. Jika kita khawatir tentang uang, maka sebenarnya kita sedang tidak percaya bahwa Tuhan akan memenuhi segala keperluan kita.

Kepada jemaat di Filipi, yang telah mempersembahkan harta benda mereka untuk pekerjaan Tuhan, Paulus berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:19). Kita tahu bahwa melalui salib, Kristus telah memberikan anugerah-Nya yang tak terbatas bagi hidup kita. Logikanya, mustahil bagi Dia untuk gagal mencukupi keperluan (bukan keinginan) kita.

Tuhan Yesus pernah mengajarkan bahwa kita tidak perlu berdoa bertele-tele kepada Allah. Mengapa? Karena sebelum kita mendoakannya pun, Allah tahu apa yang menjadi keperluan kita (Mat. 6:7-8). Jangan pernah mengira bahwa kita bisa luput dari perhatian Allah.

Penulis Ibrani mengutip dari Perjanjian Lama, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (ay. 5; dikutip dari Ul. 31:6, 8). Dalam bahasa Yunaninya, penulis surat Ibrani menggunakan bentuk negasi yang sangat kuat di sini. Menegaskan bahwa Tuhan akan terus menyertai kita. Dia tidak pernah, tidak akan pernah, meninggalkan kita.

Bentuk negasi ganda οὐ μή yang digunakan dalam ayat 5 (gambar diambil dari interlinear biblehub.com)

Janji Tuhan ini diharapkan dapat menguatkan iman para pembaca surat Ibrani. Mereka boleh diancam berbagai penganiayaan, sampai dimiskinkan. Tetapi jika Tuhan yang menolong, apa lagi yang mereka takutkan? (ay. 6). Jika janji Tuhan ini telah menguatkan para pembaca surat Ibrani, hendaknya kita juga dikuatkan olehnya.

Oleh sebab itu, daripada khawatir tentang uang, marilah kita berusaha terus hidup menjalankan rencana Tuhan dalam hidup kita. Alih-alih khawatir dengan kelangsungan usaha kita, fokuslah supaya melalui usaha kita, pekerjaan Tuhan dinyatakan di dalamnya. Alih-alih khawatir dengan pembiayaan studi anak-anak kita, fokuslah untuk menyiapkan mereka menjadi anak yang takut akan Tuhan. Jerih lelah yang selaras dengan kehendak Tuhan tidak akan mungkin gagal. Dia pasti akan mencukupkan semuanya untuk menggenapi rencana-Nya. Amin.

REFLEKSI

Jika seseorang mampu memandang uang dengan cara yang benar, maka itu akan menguatkan dia dalam hampir setiap segi kehidupan (Billy Graham)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Jelaskan beberapa perbedaan antara hikmat Alkitab dan hikmat dunia dalam mengatasi persoalan keuangan? Apakah itu berarti kita tidak boleh menggunakan hikmat dunia dalam persoalan ini? Jelaskan!
  2. Apa yang akan menjadi kerugian kita jika mengatasi persoalan keuangan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

AYAT-AYAT ALKITAB PENDUKUNG

5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” 6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Ibr. 13:5-6)

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Mat. 6:24)

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. (1Tim. 6:10)

6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” 8 Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ul. 31:6, 8)

7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. (Mat. 6:7-8)

The post Mengatasi Kekhawatiran tentang Uang (Ibr. 13:5-6) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/11/06/mengatasi-kekhawatiran-tentang-uang-ibr-135-6/feed/ 0 1662
Di Luar Tuhan, Hidup Tidak Akan Berarti (Pkh. 1:1-11) https://studibiblika.id/2021/10/24/di-luar-tuhan-hidup-tidak-akan-berarti-pkh-11-11/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=di-luar-tuhan-hidup-tidak-akan-berarti-pkh-11-11 https://studibiblika.id/2021/10/24/di-luar-tuhan-hidup-tidak-akan-berarti-pkh-11-11/#respond Sun, 24 Oct 2021 09:51:02 +0000 http://studibiblika.id/?p=1603 Apakah Anda mengenal William Sidis? Terlahir dari ayah yang seorang ilmuwan dan ibu keturunan Yahudi-Rusia, Sidis tumbuh sebagai

The post Di Luar Tuhan, Hidup Tidak Akan Berarti (Pkh. 1:1-11) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Apakah Anda mengenal William Sidis? Terlahir dari ayah yang seorang ilmuwan dan ibu keturunan Yahudi-Rusia, Sidis tumbuh sebagai anak jenius. IQ-nya kira-kira 260. Dinobatkan sebagai seorang yang paling cerdas yang pernah ada. Umur 11 sudah menjadi mahasiswa Harvard. Menguasai kurang lebih 40 bahasa.    Dengan potensi yang demikian besar, Anda tentu mungkin membayangkan Sidis menjadi “orang besar.”

Namun dugaan Anda ini keliru. Seumur hidupnya, Sidis hanya kerja serabutan. Tidak pernah meninggalkan “jejak” yang diingat dunia. Dia juga tertekan dengan pola pendidikan ayahnya, yang menginginkannya menjadi “orang besar.” Tragisnya, dia mati dalam kemiskinan dan kesendirian.

Melihat kisah William Sidis, kita mungkin akan merasa betapa sia-sianya hidupnya. Dia membuang-buang potensinya yang besar. Namun apakah jika seseorang bisa memanfaatkan potensinya dan meraih kesuksesan, hidupnya akan bermakna? Ternyata tidak juga. Dunia juga penuh dengan kisah orang-orang seperti Marilyn Monroe, Kurt Cobain, ataupun beberapa waktu belakangan ini, artis-artis Korea yang bunuh diri di puncak kejayaan mereka.

Jika demikian, bagaimana kita harus menjalani hidup ini supaya bermakna? Pertanyaan semacam ini pernah dipikirkan oleh orang-orang pada masa lampau. Salah satunya, apa yang dituliskan dalam kitab Pengkhotbah.

Kitab ini dibuka dengan memaparkan sebuah fenomena yang “menakutkan” tentang hidup manusia. Yaitu, hidup manusia sebenarnya fana (sementara dan tidak kekal). Pengkhotbah menggambarkannya dengan istilah hebel (diterjemahkan sebagai “kesia-siaan”).

Secara literal, hebel bisa diartikan sebagai uap atau nafas. Secara metaforis, hebel bisa diartikan sebagai kesia-siaan (meaningless) atau kesementaraan (temporary). Arti yang kedua lebih sesuai dengan konteks kitab ini. Hidup seperti uap, yang mudah hilang dan kita tidak akan menemukan apapun yang sejati di dalamnya.

Apapun yang kita kejar dalam dunia ini semuanya fana. Kita mungkin pernah kenal dengan orang-orang yang merasa sedang mengerjakan sesuatu yang sangat penting. Seolah-olah, nasib dunia ada di genggaman mereka. Tetapi benarkah demikian?

Pada masa pandemi Covid-19 ini kita melihat banyak proyek yang dibatalkan. Banyak “orang penting” yang meninggal dunia. Ternyata, dunia tetap berjalan seperti biasa. Seperti yang dikatakan Pengkhotbah, “matahari tetap terbit dan terbenam, angin tetap berputar, dan air tetap mengalir ke laut” (ay. 5-7). Sementara itu, manusia datang dan pergi (ay. 4). Kebanyakan dari kita tidak akan diingat bahkan oleh orang-orang yang hidup setelah kita (ay. 11).

Panca indra kita pun tidak akan pernah terpuaskan oleh hobi, makanan, tempat-tempat eksotik, dan lainnya (ay. 8). Lalu apapun pencapaian kita, itu juga bukan sesuatu yang baru (ay. 9-10). Selalu saja ada orang-orang di masa lampau yang telah memikirkan cikal bakalnya.

Inilah yang menjadi inti pembicaraan Pengkhotbah dalam bagian ini. Jika hanya fokus pada dunia ini (dan terlepas dari Tuhan), manusia tidak akan menemukan hidup yang bermakna. Oleh sebab itu, untuk dapat menjalani hidup yang bermakna, kita harus memprioritaskan Tuhan (“takut akan Tuhan” dalam Pkh. 12:13 dan “melakukan perintah-Nya” dalam Mat. 6:33 BIMK).

Memprioritaskan Tuhan bukan menjadikan kita sebagai orang Kristen yang “ahli surga” dan mengabaikan urusan sehari-hari. Tetapi, bagaimana Kristus menjadi pusat dari segala yang kita kerjakan. Tetap lakukan kegiatan dan panggilan hidup sehari-hari. Tetapi yakinkanlah bahwa itu semua kita lakukan dalam koridor kehendak Tuhan dan untuk memuliakan Tuhan.

Paulus mengatakan bahwa kita memang tadinya “terpenjara” dalam kesia-siaan. Tetapi, Kristus telah memerdekakan kita (Rm. 8:20-21). Oleh sebab itu, marilah kita memandang bahwa hidup adalah anugerah Tuhan (Pkh. 3:13). Dia tidak hanya menciptakan kita segambar dengan-Nya. Tetapi juga menebus kita dengan darah Anak-Nya. Maka, jalanilah hidup ini selaras dengan agenda Tuhan, yang telah tertulis dalam Alkitab. Amin.

REFLEKSI

Hidup hanya sekali dan itu pun cepat berlalu; hanya apa yang kita lakukan bagi Kristuslah yang akan bertahan (C.T. Studd)

PERTANYAAN RENUNGAN

1. Bagaimana membedakan bahwa kita sedang mengerjakan kehendak Tuhan atau keinginan diri sendiri?

2. Jika Tuhan berkata bahwa Anda hanya memiliki sisa hidup sehari lagi, apa yang akan Anda lakukan? Mengapa?

Ayat-Ayat Alkitab

1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem. 2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. 3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? 4 Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada. 5 Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. 6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. 7 Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. 8 Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. 9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. 10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada. 11 Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya. (Pkh. 1:1-11)

Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. (Pkh. 3:13)

Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. (Pkh. 12:13)

Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan Allah juga kepadamu. (Mat. 6:33 BIMK)

20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (Rm. 8:20-21)

The post Di Luar Tuhan, Hidup Tidak Akan Berarti (Pkh. 1:1-11) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/10/24/di-luar-tuhan-hidup-tidak-akan-berarti-pkh-11-11/feed/ 0 1603
Pelayan Tuhan, Perhatikan Kesehatan Rohanimu! (Kis. 20:28-31) https://studibiblika.id/2021/10/20/pelayan-tuhan-perhatikan-kesehatan-rohanimu-kis-2028-31/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=pelayan-tuhan-perhatikan-kesehatan-rohanimu-kis-2028-31 https://studibiblika.id/2021/10/20/pelayan-tuhan-perhatikan-kesehatan-rohanimu-kis-2028-31/#respond Wed, 20 Oct 2021 10:01:15 +0000 http://studibiblika.id/?p=1595             Setiap kali mendengar kabar tentang kejatuhan seorang hamba Tuhan, hati saya gentar. Jika seorang yang “dipakai Tuhan”

The post Pelayan Tuhan, Perhatikan Kesehatan Rohanimu! (Kis. 20:28-31) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
            Setiap kali mendengar kabar tentang kejatuhan seorang hamba Tuhan, hati saya gentar. Jika seorang yang “dipakai Tuhan” secara luar biasa bisa jatuh, maka hal itu sangat mungkin terjadi pada saya juga. Betapa mengerikannya ketika langkah iman yang telah kita jalani bertahun-tahun harus hancur lebur dalam sekejap mata. Tepatlah sebuah lagu pujian mengatakan, “bukan langkah pertama yang penting, tetapi langkah terakhir.”

            Tidak dapat dipungkiri, pelayanan Kristen adalah jalan hidup yang tidak mudah. Di sepanjang perjalanan, kita akan diperhadapkan pada berbagai hal yang bisa membuat langkah kaki goyah. Mulai dari tantangan yang berat hingga godaan yang sangat menggiurkan. Namun di tengah semua itu, selalu saja ada teladan iman yang mampu menyelesaikan pelayanannya hingga akhir. Salah satunya adalah Paulus. Apa rahasianya?

            Mari kita pelajari ayat yang menjadi dasar renungan hari ini. Ayat-ayat ini adalah bagian dari ucapan perpisahan Paulus kepada para penatua jemaat (pemimpin rohani atau gembala) Efesus (ay. 17-38). Ketika itu, Paulus sedang berada di Miletus dan akan meneruskan perjalanan misinya ke Yerusalem. Berbagai hal Paulus ungkapkan kepada mereka. Mulai dari teladan pelayanannya hingga bahaya yang akan dihadapi oleh jemaat Efesus.

            Ada satu ucapan Paulus yang menarik perhatian saya. Dalam ayat ke-28, Paulus berpesan, “jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan.” Melalui nasihat ini, Paulus menekankan pentingnya seorang gembala untuk menjaga diri sendiri dulu sebelum menjaga kawanan domba Allah.

            Mengapa Paulus berkata demikian? Karena sebagai seorang rasul, dia paham betul betapa terjalnya medan yang harus dilalui seseorang dalam melayani Tuhan. Tanpa memperhatikan kesehatan rohani mereka, para penatua jemaat itu tidak akan mampu melayani orang lain dengan baik.

            Tantangan yang sudah jelas ada di depan mata adalah ancaman penyesatan. Akan ada orang-orang dari luar maupun dalam jemaat sendiri yang berusaha untuk membelokkan ajaran Tuhan (ay. 30-31). Tanpa memiliki rohani yang sehat, para penatua jemaat itu tidak akan memiliki kepekaan maupun hikmat untuk bertindak dengan benar ketika hal itu terjadi.

            Selain tantangan tersebut, dalam ucapan perpisahan ini kita juga akan mendapat kesan bahwa teladan pelayanan yang Paulus lakukan membutuhkan kerohanian yang sehat. Misalnya, Paulus adalah gembala yang sangat dekat dengan jemaatnya (ay. 31). Dia bahkan tidak ragu untuk mengungkapkan kelemahan-kelemahan dirinya (seperti yang dia lakukan dalam 2Kor. 12:5-10). Tujuannya, supaya Kristus dapat diberitakan dengan efektif. Sikap pelayanan seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh orang yang rohaninya tidak sehat, yang masih mencari-cari hormat dari manusia.

            Apa yang dihadapi oleh para penatua jemaat Efesus itu masih relevan dengan kehidupan seorang pelayan Tuhan pada masa kini. Oleh sebab itu, marilah kita tidak hanya sibuk melakukan sesuatu bagi Tuhan. Tetapi, pertama-tama kita harus sibuk untuk mengenal Tuhan dan mengoreksi diri sendiri. Jangan sekali-kali mengabaikan kehidupan doa dan kebiasaan menggali firman Tuhan. Ingatlah bahwa kemenangan hanya ada di dalam Kristus, yang telah membukakan jalan bagi kita (Ibr. 12:2). Amin.           

REFLEKSI

Salah satu hal tersulit dalam pelayanan adalah menjaga relasi kita dengan Allah ketika diperlukan (Harold Warner)

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa dampaknya bagi pelayanan jika orang-orang yang tergabung di dalamnya tidak memperhatikan kesehatan rohani mereka?
  2. Apa tanda-tanda yang dapat Anda rasakan jika pelayanan Anda mulai menyimpang dari apa yang dikehendaki Tuhan?

REFERENSI AYAT ALKITAB

28 Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. 29 Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. 30 Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. 31 Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. (Kis. 20:28-31)

Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. (Kis. 20:17)

5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. 6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. 7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2Kor. 12:5-10)

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (Ibr. 12:2)

The post Pelayan Tuhan, Perhatikan Kesehatan Rohanimu! (Kis. 20:28-31) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/10/20/pelayan-tuhan-perhatikan-kesehatan-rohanimu-kis-2028-31/feed/ 0 1595
Stefanus: Teladan Seorang Martir (Kis. 7:54-8:1a) https://studibiblika.id/2021/10/14/stefanus-teladan-seorang-martir-kis-754-81a/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=stefanus-teladan-seorang-martir-kis-754-81a https://studibiblika.id/2021/10/14/stefanus-teladan-seorang-martir-kis-754-81a/#respond Wed, 13 Oct 2021 18:19:13 +0000 http://studibiblika.id/?p=1514 Tidak semua di antara kita akan dipanggil Tuhan untuk menjadi martir. Dalam arti, orang yang mati karena mempertahankan iman (tetapi kita harus siap). Namun, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi (Yun. μάρτυς) Kristus dalam hidup sehari-hari. Tidak jarang, itu akan membawa kerugian pada diri kita. Tetapi, bisa menjadi kesaksian yang efektif. Seperti halnya Stefanus.

The post Stefanus: Teladan Seorang Martir (Kis. 7:54-8:1a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Kebanyakan dari kita tentu mengetahui kehebohan yang terjadi di dunia maya beberapa waktu lalu. Muhammad Kace, yang ditahan karena tuduhan penistaan agama, mengalami pengalaman yang menjijikkan di rutan. Selain mendapatkan penganiayaan fisik, tubuhnya juga dilumuri dengan (maaf) kotoran manusia dari penghuni rutan lainnya.

Saya tidak akan menyoroti sepak terjang beliau di dunia penginjilan. Tetapi, saya mengajak kita berandai-andai, siapkah kita untuk mengalami penganiayaan dalam menjadi saksi Kristus? Boro-boro dilumuri dengan kotoran manusia, mungkin gerimis kecil atau film Squid Game sudah cukup untuk mengalihkan minat kita untuk datang ke persekutuan di gereja.

Ketika membaca salah satu tafsiran terhadap kitab Kisah Para Rasul, saya mendapati sebuah perenungan yang menarik di dalamnya. Si Pengarang (Ajith Fernando) menuliskan pengalaman pelayanan misi ayahnya di salah negara yang banyak terjadi penganiayaan pada orang Kristen. Dalam sebuah konferensi, ayahnya mengatakan, “Pertanyaannya bukanlah ‘Mengapa orang Kristen dianiaya?,’ melainkan ‘Mengapa orang Kristen tidak dianiaya?’”

Argumennya, semakin taat menjalankan firman Tuhan, termasuk memberitakan Kabar Baik, maka semakin besar kemungkinan besar kita akan mendapatkan penganiayaan. Bahkan di dalam Alkitab, banyak tokoh iman yang mati sebagai martir.

Salah satu tokoh iman yang sering dijadikan teladan sebagai martir  adalah Stefanus. Kita dapat membaca kisahnya di kitab Kisah Para Rasul. Lukas, penulis kitab ini, rupanya sangat terkesan dengan keteladanan hidup Stefanus. Beberapa kali penyebutan namanya diikuti dengan sebutan yang luar biasa. Misalnya, “seorang yang penuh iman dan Roh Kudus” (6:5), “yang penuh dengan karunia dan kuasa” (6:8), serta di dalam kisah akhir hidupnya disebut “penuh dengan Roh Kudus” (7:55).

Stefanus tidak tiba-tiba menjadi martir. Sebelumnya, dia salah satu orang yang ditunjuk oleh para rasul untuk “pelayanan meja” (6:2). Ini menunjukkan bahwa dia dikenal saleh dan dapat dipercaya. Setelah pelayanannya makin berkembang, para pemuka Yahudi mulai resah. Stefanus dikatakan menghujat Allah (6:11). Dia pun diseret ke hadapan Mahkamah Agama (6:12).

Apakah Stefanus gentar dengan hal itu? Tidak. Dia justru melihat itu sebagai kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil. Dengan kemampuan bicaranya, Stefanus menjelaskan isi Alkitab kepada orang-orang yang hadir di situ (baca: Kis. 7:1-53). Hal ini semakin membuat mereka panas.

Sambil menutup telinga (7:57), tanda tidak mau mendengarkan pemberitaan Stefanus, anggota-anggota Mahkamah Agama itu menyerbunya dan melemparinya dengan batu. Stefanus pun mati sebagai martir.

Ada catatan menarik yang disampaikan Lukas menjelang kematian Stefanus. Ketika orang-orang dalam sidang Mahkamah Yahudi itu menatap Stefanus, mereka melihat mukanya seperti malaikat (6:15). Kemudian, ketika orang-orang menyerbunya, Stefanus melihat Yesus, Anak Manusia, berdiri di sebelah kanan Allah (7:56).

Penglihatan ini menyiratkan bahwa apa yang dilakukan Stefanus adalah benar di mata Kristus, yang akan mengadili semua orang. Inilah yang menguatkan hati Stefanus untuk menghadapi penganiayaan itu dengan keteguhan hati. Juga, sukacita yang besar karena akan bertemu Kristus.

Saya yakin keteguhan dan sukacita yang diperlihatkan Stefanus membekas di hati banyak orang waktu itu. Termasuk juga Paulus, seorang penganiaya jemaat Tuhan yang kemudian justru menjadi seorang rasul (7:58; 8:1a).

Seorang Bapa Gereja yang hidup sekitar abad kedua Masehi, Tertullianus, berkata, “Darah para martir adalah benih gereja.” Jika membaca sejarah pekabaran Injil, maka kita akan menemukan jejak para martir yang membuka jalan bagi tumbuhnya gereja di sebuah wilayah. Termasuk juga di Indonesia.

Follow Instagram @studibiblika.id untuk mendapatkan wawasan Alkitab setiap hari

Sayangnya sekarang ini banyak gereja di Indonesia yang jatuh dalam zona nyaman. Mereka tidak lagi memberitakan Injil kepada orang-orang di luar Kristus karena berbagai alasan. Mereka juga berusaha menarik banyak orang dengan fasilitas dan iming-iming lainnya. Injil menjadi tidak penting. Padahal, Injillah yang membedakan gereja dengan organisasi lainnya.

Demikian juga banyak orang Kristen yang menjadi suam-suam kuku. Mereka tetap menjalankan firman Tuhan. Namun dalam batas-batas yang menurut mereka dapat diterima. Injil juga bukan lagi menjadi kesaksian yang utama. Mereka lebih suka memperlihatkan pencapaian dan diri mereka sendiri.

Gereja dan orang-orang Kristen seperti itu lupa bahwa Injil yang mereka terima harus melalui jalan yang berdarah-darah. Banyak martir yang membuka jalan dulu, barulah Injil tersebar di Indonesia. Jangan-jangan mereka juga lupa bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus pun seorang martir.

Tidak semua di antara kita akan dipanggil Tuhan untuk menjadi martir. Dalam arti, orang yang mati karena mempertahankan iman (tetapi kita harus siap). Namun, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi (Yun. μάρτυς) Kristus dalam hidup sehari-hari. Tidak jarang, itu akan membawa kerugian pada diri kita. Tetapi, bisa menjadi kesaksian yang efektif. Seperti halnya Stefanus.

Seorang anggota gereja yang saya layani dalam katekisasi mengatakan pada saya bahwa dia mengalami intimidasi di tempat kerja. Apa sebabnya? Karena dia satu-satunya pegawai yang beragama Kristen di ruangan kantornya. Salah satu bentuk intimidasi yang dialami, rekan-rekan kerjanya tidak pernah mengajaknya bergabung ketika mereka makan siang bersama. Belum lagi ucapan-ucapan mereka yang menyudutkan iman Kristen.

Saya pun menguatkannya bahwa itu kondisi yang normal terjadi pada orang Kristen. Bukankah Kristus sendiri mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat dibanding kita? Apalagi bukan dirinya sendiri atau orang baik yang Kristus bela. Tetapi, orang yang bergelimang dosa seperti Anda dan saya.

Justru pengalaman yang tidak mengenakkan seperti itu sering bisa menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk bersaksi. Maka jika Tuhan menempatkan kita di situasi yang sulit ketika kita ingin taat pada firman Tuhan, jangan sekali-kali melarikan diri. Kerugian yang bisa kita terima bisa bermacam-macam. Mulai dari sakit hati hingga kerugian materi.

Itu semua bukanlah pengorbanan yang sia-sia. Bahkan, bisa dianggap sebagai sebuah berkat karena kita berbagian dalam penderitaan Kristus. Rasul Petrus menuliskan, “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1Ptr. 4:14). Biarlah ini semua membuat kita mampu meneladani Stefanus, yang rela kehilangan dunia demi menyaksikan Kristus pada banyak orang. Amin.

Refleksi

Apakah kita membedakan antara “hidup bagi Kristus” dan “mati bagi Kristus” terlalu tajam? Bukankah yang kedua merupakan konsekuensi logis dari yang pertama? (Elisabeth Elliot)

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Apakah ketakutan menghadapi kematian merupakan tanda tiadanya iman? Jelaskan jawaban Anda!
  2. Pernahkah Anda berada dalam situasi yang menyebabkan Anda gagal dalam menjadi saksi Kristus? Pelajaran apa yang dapat Anda petik?

Ayat Alkitab Pendukung

54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 56 Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” 57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. 59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” 60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. 1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (Kis. 7:54-8:1a)

1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. 2 Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. 3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, 4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” 5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. 6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. 7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. 8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini  —  anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria  —  bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.” 12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: “Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, 14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.” 15  Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatapStefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat. (Kis. 6:1-15)

The post Stefanus: Teladan Seorang Martir (Kis. 7:54-8:1a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/10/14/stefanus-teladan-seorang-martir-kis-754-81a/feed/ 0 1514
Doa Paulus: Pengenalan akan Kasih Kristus (Ef. 3:18-19a) https://studibiblika.id/2021/10/11/doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a https://studibiblika.id/2021/10/11/doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a/#respond Mon, 11 Oct 2021 13:48:44 +0000 http://studibiblika.id/?p=1507 Warganet (netizen) Indonesia memang selalu kreatif. Ada-ada saja ide di benak mereka untuk memaparkan sesuatu. Misalnya, beberapa kali

The post Doa Paulus: Pengenalan akan Kasih Kristus (Ef. 3:18-19a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Warganet (netizen) Indonesia memang selalu kreatif. Ada-ada saja ide di benak mereka untuk memaparkan sesuatu. Misalnya, beberapa kali saya membaca postingan tentang 10 orang terkaya di dunia. Melihat nama-nama yang ada di daftarnya, saya percaya memang mereka tajir melintir. Namun betapa herannya saya ketika Jeff Bezos menempati posisi kedua. Bukankah dia orang terkaya sejagat waktu itu? Siapa nomor satunya?

Ternyata, postingan tersebut menempatkan orang muslim yang salat subuh dua rakaat sebagai orang terkaya sedunia. Mengapa demikian? Karena menurut kepercayaan saudara kita itu, salat subuh dua rakaat nilainya lebih baik dari dunia dan seisinya. Pantas saja, Jeff Bezos pun tidak mampu melawan!

Walaupun berbeda iman, saya dibuat tersadar oleh postingan tersebut. Apakah kita sebagai seorang Kristen, yang telah menerima kasih Kristus, juga merasakan “harta rohani” yang luar biasa ini? Sebagai manusia, mungkin kita sering dibuat tidak puas oleh dunia. Merasa kurang ini-itu, trauma masa lalu, kepahitan, dendam, iri hati, dan sebagainya. Akhirnya, itu memengaruhi pola pikir dan tingkah laku kita. Tidak ada bedanya lagi antara kita dengan orang-orang yang belum percaya Tuhan. Bahkan mungkin, mereka jauh lebih baik.

Dalam ayat ini, Paulus mengingatkan jemaat Efesus, yang telah menerima kasih Kristus, untuk memahami betapa agungnya kekayaan rohani yang mereka miliki. Paulus sampai memberikan gambaran bahwa kasih Kristus itu terentang dalam seluruh aspek keberadaan diri kita, “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (ay. 18). Artinya, kasih Kristus jauh melampaui pikiran kita. Kasih Kristus akan ada di setiap waktu, sebelum dunia dijadikan (1:4) sampai nanti kita tiba di kekekalan. Kasih Kristus hadir di tengah masa hidup kita yang terkelam. Apapun keadaan yang bisa dialami oleh anak Tuhan di dunia ini, kasih Kristus ada di dalamnya.

Inilah berkat yang didapat ketika seseorang mengalami persekutuan dengan Kristus (union with Christ). Apa yang Kristus miliki, diberikan semua bagi kita (Ef. 1:3). Sanggupkah kita membayangkan, apa jadinya jika Empunya Kerajaan Surga, memberikan segalanya bagi kita? Itulah sebabnya, walaupun Paulus mendoakan jemaat Efesus untuk memahami kasih Kristus, dia juga menuliskan bahwa kasih itu “melampaui segala pengetahuan” (ay. 19).

Apakah pemahaman ini telah memengaruhi cara berpikir kita? Salah satu cara mengujinya adalah, apakah kita tetap memiliki damai sejahtera untuk secara konsisten hidup di dalam standar Tuhan? Ingat, ketika kita sulit mengampuni, itu bukan disebabkan oleh besarnya kesalahan orang lain. Ketika kita sulit berbagi, itu juga bukan disebabkan oleh sedikitnya harta kita. Jangan menyalahkan apapun dan siapapun. Ketidakmampuan kita untuk menerapkan firman Tuhan disebabkan oleh kurangnya pengenalan akan kasih Kristus. Akibatnya, sukacita kita bergantung pada pemenuhan akan hal-hal duniawi.

Uri Bronfenbrenner, seorang psikolog dari Cornell University, mengatakan bahwa perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Apa yang didapat dari lingkungan akan sangat memengaruhi tingkah laku seseorang di kemudian hari. Maka tidak heran jika banyak pelaku kriminal yang berasal dari keluarga broken home. Sebaliknya, banyak pelayan Tuhan yang dibesarkan dalam keluarga yang mengasihi Tuhan.

Apa yang saat ini biasa memengaruhi perkembangan kita? Biarlah kasih Kristus menyentuh seluruh aspek hidup kita. Niscaya, pengenalan akan kasih Kristus membuat kita menjadi berkat bagi banyak orang serta tumbuh semakin serupa Kristus (3:19b). Amin.

Refleksi

Meskipun perasaan kita dapat datang dan pergi silih berganti, kasih Allah pada kita tetap tinggal selamanya (C.S. Lewis)

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Mengapa terkadang orang Kristen bisa kurang tertarik pada hal-hal rohani? Apa akibatnya dan bagaimana cara mengatasinya?
  2. Apakah ada aspek hidup Anda yang belum selaras dengan kasih Kristus yang Anda terima? Apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaikinya?

Ayat Alkitab Pendukung

16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. 18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. (Ef. 3:16-19)

3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. 4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Ef. 1:3-4)

The post Doa Paulus: Pengenalan akan Kasih Kristus (Ef. 3:18-19a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/10/11/doa-paulus-pengenalan-akan-kasih-kristus-ef-318-19a/feed/ 0 1507
Nikmatilah Hidup! (Pkh. 9:7-10) https://studibiblika.id/2021/09/28/nikmatilah-hidup-pkh-97-10/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=nikmatilah-hidup-pkh-97-10 https://studibiblika.id/2021/09/28/nikmatilah-hidup-pkh-97-10/#respond Tue, 28 Sep 2021 01:30:29 +0000 http://studibiblika.id/?p=1485 Sebagian orang Kristen berpikir bahwa kenikmatan hidup itu urusan nanti di surga. Ketika berada di dunia, menikmati hidup adalah tabu. Bukankah itu yang diteladankan oleh para pengikut Kristus, misalnya Paulus? Namun kalau kita menggali Alkitab, sebenarnya anak-anak Tuhan pun diajar untuk menikmati hidup. Salah satunya apa yang dipaparkan dalam Pengkhotbah 9:7-10 ini.

The post Nikmatilah Hidup! (Pkh. 9:7-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Beberapa hari yang lalu ada sebuah berita viral yang cukup menggelitik. Niat hati ingin curhat, seorang buruh pabrik memperlihatkan nasi bungkus jatah makan lembur dari pabrik tempatnya bekerja. Dia mengeluh, kerja 12 jam sehari kok cuma dapat nasi bungkus. Namun apa jawaban warganet? Alih-alih berempati kepada buruh pabrik tersebut, mereka malah mengkritiknya. Berbagai komentar mengatakan bahwa buruh pabrik tersebut harusnya bersyukur karena masih dapat jatah makan lembur. Banyak buruh pabrik lainnya yang tidak dapat apa-apa.

Jatah makan lembur yang diterima Si Buruh Pabrik (sumber: indozone.id)

Manusia memang pada dasarnya susah bersyukur. Kombinasi dari akal budi yang cemerlang dengan natur keberdosaan membuat manusia cenderung menginginkan hal yang lebih baik. Demikian pula yang dialami oleh sebagian orang Kristen. Banyak di antara mereka yang “susah bersyukur” akibat keadaan hidupnya belum seperti apa yang diharapkan.

Sebagian orang Kristen lainnya berpikir lain lagi. Mereka berpendapat bahwa kenikmatan hidup itu urusan nanti di surga. Ketika berada di dunia, menikmati hidup adalah tabu. Bukankah itu yang diteladankan oleh para pengikut Kristus, misalnya Paulus? Namun kalau kita menggali Alkitab, sebenarnya anak-anak Tuhan pun diajar untuk menikmati hidup. Salah satunya apa yang dipaparkan dalam Pengkhotbah 9:7-10 ini.

Jika dibaca sepenggal, apalagi dilepaskan dari konteks kitab Pengkhotbah, maka bagian ini bisa terlihat sebagai ajakan untuk mengikuti gaya hidup hedonisme. Artinya, “pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup” (KBBI). Tetapi marilah kita mencermati apa yang menjadi maksud Pengkhotbah di sini.

Di dalam ayat 1-6, Pengkhotbah menyatakan satu fenomena yang sulit untuk diterima secara rohani. Yaitu, “nasib semua orang sama” (ay. 2-3). Baik tukang becak maupun direktur bank, pada akhirnya akan mati. Kemudian dalam ayat 11 Pengkhotbah memaparkan bahwa dunia sering terlihat tidak adil. Ada orang yang ikut Tuhan sungguh-sungguh hidupnya sengsara, tetapi ada orang yang melanggar firman Tuhan malah hidup makmur. Lebih jauh lagi, kematian bisa tiba-tiba menghampiri manusia “seperti ikan yang tertangkap dalam jala” atau “seperti burung yang tertangkap dalam jerat” (ay. 12). Ketika Indonesia mengalami gelombang kedua pandemi Covid-19, beberapa kali saya dikejutkan dengan berita kematian dari orang-orang yang saya pikir kecil kemungkinan akan menjadi korban keganasan virus tersebut.

Ketidakpastian semacam ini tentu bisa membuat kita menjadi cemas. Dalam konteks seperti inilah Pengkhotbah memberikan anjuran supaya kita menikmati apapun yang ada dalam hidup kita. Semuanya berasal dari Allah dan tidak ada apapun yang terjadi dalam hidup ini tanpa membawa kebaikan bagi anak-anak-Nya (Rm. 8:28). Baik itu makanan (ay. 7), pergaulan (ay. 8), isteri (ay. 9), pekerjaan (ay. 10), dan sebagainya merupakan pemberian Allah. Maka, nikmatilah itu selagi masih diberi kesempatan untuk menikmatinya.

Salah satu hikmat dari Pengkhotbah adalah kita diajar untuk seimbang. Memang fokus kita ada pada kekekalan dan hidup di dalam Kristus. Tetapi, jangan lupa untuk menikmati kehidupan di dunia ini. Justru jika kita telah merasa puas di dalam Kristus, maka kita pasti juga akan mudah untuk menikmati kehidupan ini. Yang salah adalah mengejar kenikmatan hidup sebagai tujuan utama sehingga menomorduakan Kristus.

Bukankah Paulus bisa bersukacita di tengah penganiayaan? Bahkan Yesus sendiri pun tetap menikmati hal-hal kecil seperti makan dan minum, walaupun sedang menjalankan misi yang sangat berat? Sampai-sampai para penentang-Nya salah mencap Dia sebagai “pelahap dan peminum” (Luk. 7:34). Maka dari itu, mari nikmatilah hidup, karena itu yang berkenan bagi Tuhan. Amin.

Refleksi

Bagaimanapun berombaknya lautan, hati orang percaya tetap mengapung di atas pujian dan rasa syukur (John McArthur)

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Apakah ada batas-batas dalam menikmati hidup? Jelaskan dengan menggunakan contoh sehari-hari.
  2. Apa saja kenikmatan hidup yang selama ini terluput dari perhatian Anda? Daftarkan dan cobalah menikmatinya di dalam Tuhan, dan bersyukurlah!

Ayat Alkitab Terkait

7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. 8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu. 9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari. 10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. (Pkh. 9:7-10)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. (Luk. 7:34)

The post Nikmatilah Hidup! (Pkh. 9:7-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/09/28/nikmatilah-hidup-pkh-97-10/feed/ 0 1485
Kasihilah Musuhmu (Mat. 5:43-48) https://studibiblika.id/2021/07/15/kasihilah-musuhmu-mat-543-48/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=kasihilah-musuhmu-mat-543-48 https://studibiblika.id/2021/07/15/kasihilah-musuhmu-mat-543-48/#respond Wed, 14 Jul 2021 20:34:23 +0000 http://studibiblika.id/?p=1476 Apa standar kita dalam mengasihi sesama? Pelajarilah bagian ini untuk memahami bagaimana Tuhan ingin kita pun mengasihi musuh-musuh kita, bukan hanya orang-orang yang baik pada kita.

The post Kasihilah Musuhmu (Mat. 5:43-48) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:43-48)

Nelson Mandela (sumber gambar: news.okezone.com)

Nelson Mandela, seorang pejuang anti-apartheid (politik yang membedakan orang berdasar warna kulit) di Afrika Selatan, pernah menjadi tahanan politik selama 27 tahun. Berbagai penganiayaan sering diterimanya. Bahkan, ada seorang sipir yang sangat kejam. Ketika Mandela kehausan minta minum, sipir itu malah (maaf) mengencinginya. Namun ketika Mandela dibebaskan dan menjadi Presiden, dia tidak dendam. Dia merangkul lawan-lawan politiknya untuk duduk bersama di pemerintahan. Bahkan, dia juga mengundang sipir yang kejam itu untuk hadir di upacara penobatannya.

Inilah kasih yang sepatutnya dilakukan orang Kristen. Mungkin kita berpikir, “Saya bukan Mandela, tidak mungkin bisa tahan jika diperlakukan demikian.” Ingat, standar kita bukan Mandela atau tokoh-tokoh dunia yang lain, tetapi Tuhan sendiri. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (ay. 48).

Sayangnya, manusia lebih suka menyusun standarnya sendiri. Itulah sebabnya, pada ayat 21-47, Tuhan Yesus berulang kali memakai frasa “Kamu telah mendengar…” dan “Tetapi Aku berkata kepadamu….” Dia bukannya menentang hukum Taurat (baca ay. 17), tetapi mengoreksi kekeliruan penafsiran yang terjadi saat itu. Benar ada firman Tuhan, “Kasihilah sesamamu manusia” (Im. 19:18). Tetapi, tidak ada firman Tuhan, “Bencilah musuhmu.” Rupanya, orang-orang Yahudi keliru menafsirkan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama. Misalnya, “Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan” (Mzm. 5:6b) menjadikan mereka hanya mau mengasihi sesama orang Yahudi dan membenci golongan lain.

Ini tidak sesuai dengan kasih Tuhan yang tanpa membeda-bedakan. Baik orang yang taat pada Tuhan maupun orang yang melawan Tuhan bisa sama-sama menerima berkat duniawi (ay. 45). Inilah yang disebut anugerah umum (tetapi tetap hanya orang yang percaya pada Kristus yang memperoleh anugerah khusus, yaitu hidup kekal). Jika kita hanya mau mengasihi orang-orang tertentu, tidak mungkin kita dapat berfungsi sebagai garam dan terang dunia (ay. 13-16). Namun bagaimana kita bisa mengasihi “musuh,” yaitu orang-orang yang sangat menyakiti hati kita?

Pertama, fokuslah pada misi hidup kita. Karena tahu betul misi-Nya (Yoh. 4:34) untuk mati menebus dosa manusia, Tuhan Yesus tidak melakukan perlawanan pada orang-orang yang menyalibkan-Nya. Fokus pada misi kita, bukan kenyamanan diri, maka kita akan memiliki kekuatan untuk mengasihi musuh walaupun kita mengalami hal yang tidak enak.

Kedua, sadarilah bahwa tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi di luar kehendak Tuhan (Mat. 10:29). Tuhan tempatkan orang-orang di sekeliling kita, termasuk orang-orang yang sangat menyakiti kita, untuk maksud yang baik. Misalnya, menuntun mereka bertobat melalui sikap kita atau justru kehadiran mereka membentuk karakter kita untuk lebih matang.

Ketiga, bersandarlah pada kekuatan Roh Kudus. Jangan mudah menyerah dalam menaati perintah Tuhan karena berbagai alasan manusiawi. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak hanya memberi perintah, tetapi juga memberi Penolong, yaitu Roh Kudus (Yoh. 14:6). Kasihilah orang-orang yang memusuhi kita, karena Allah pun telah mengasihi kita ketika kita masih menjadi musuh-Nya (Rm. 5:10). Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

1. Apakah mengasihi musuh merupakan sikap terbaik dalam setiap keadaan?

2. Apakah mengasihi musuh berarti kita tidak boleh melakukan perlawanan apapun? Jelaskan jawaban Anda.

Ayat Alkitab Pendukung

43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:43-48).

Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN. (Im. 19:18)

Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yoh. 4:34)

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (Mat. 10:29)

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya (Yoh. 14:16)

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Rm. 5:10)

The post Kasihilah Musuhmu (Mat. 5:43-48) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/07/15/kasihilah-musuhmu-mat-543-48/feed/ 0 1476
Waspadalah Terhadap Kepalsuan Rohani (Mat. 27:3-10) https://studibiblika.id/2021/06/25/waspadalah-terhadap-kepalsuan-rohani-mat-273-10/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=waspadalah-terhadap-kepalsuan-rohani-mat-273-10 https://studibiblika.id/2021/06/25/waspadalah-terhadap-kepalsuan-rohani-mat-273-10/#respond Fri, 25 Jun 2021 15:34:27 +0000 http://studibiblika.id/?p=1464 Ada pepatah yang mengatakan “to err is human.” Artinya, berbuat salah adalah manusiawi. Ada kesalahan yang konsekuensinya ringan, ada pula yang konsekuensinya berat. Tetapi ada satu kesalahan yang tidak ada obatnya, yaitu menolak Kristus, karena dampaknya kekal. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menguji apakah kita adalah benar-benar pengikut Kristus. Kita akan belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot.

The post Waspadalah Terhadap Kepalsuan Rohani (Mat. 27:3-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, 4 dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” 5 Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. 6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: “Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah.” 7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. 8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah. 9 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, 10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.” (Mat. 27:3-10)

Ada pepatah yang mengatakan “to err is human.” Artinya, berbuat salah adalah manusiawi. Ada kesalahan yang konsekuensinya ringan, ada pula yang konsekuensinya berat. Tetapi ada satu kesalahan yang tidak ada obatnya, yaitu menolak Kristus, karena dampaknya kekal. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menguji apakah kita adalah benar-benar pengikut Kristus. Jangan sampai kita merasa sudah menjadi anak Tuhan, tetapi sebenarnya belum.

Kita akan belajar dari kesalahan fatal yang dilakukan oleh Yudas Iskariot. Mungkin kita berpikir bahwa kita tidak sama dengan Yudas. Namun, seorang penulis Kristen mengatakan bahwa Yudas sebenarnya sangat dekat dengan kita. Buktinya, ketika Yesus berkata pada Perjamuan Terakhir bahwa salah satu dari murid-murid-Nya akan mengkhianati-Nya, satu demi satu berkata, “Bukan aku, ya Tuhan?” (Mat. 26:22). Mereka tidak langsung tahu bahwa Yudaslah pengkhianat itu. Artinya, tampak luar, Yudas tidak berbeda dengan murid-murid lainnya. Inilah yang membuat kita waspada. Jangan-jangan, kita belum benar-benar menjadi anak Tuhan. Mari kita melihat tiga hal dalam hidup Yudas untuk menguji apakah kita melakukan kesalahan yang sama.

Pertama, Yudas tidak benar-benar mengenal Yesus. Selama tiga tahun lebih, Yudas mengikut Yesus ke mana-mana, melihat mukjizat dan mendengar ajaran Yesus, serta menjadi salah satu dari 12 murid terdekat Yesus. Betapa istimewanya posisi Yudas. Tetapi, Yudas rela menukar Yesus dengan tiga puluh keping perak. Padahal jika Yudas mau percaya Yesus, dia akan memiliki hidup kekal, hal yang tidak bisa dibeli bahkan dengan seisi dunia ini.

Jika kita tidak mengenal Yesus benar-benar, kita akan mudah menukar-Nya dengan hal-hal fana di dunia ini. Misalnya, merasa nikmat tenggelam dalam hobi dan pekerjaan, sehingga mengabaikan relasi dengan Tuhan. Ada juga orang yang suka melakukan aktivitas untuk Tuhan, tetapi tidak memiliki hasrat untuk menggali firman Tuhan dan berdoa. Pengenalan akan Tuhan tidak bisa dilepaskan dengan Alkitab, karena tanpanya, pengenalan kita bisa keliru.

Kedua, Yudas membiarkan keinginan dagingnya berkembang. Sejak memilihnya menjadi murid, Yesus sudah tahu Yudas bukan murid sejati (Yoh. 6:70). Oleh sebab itu, Yudas tidak sungguh-sungguh mengikut Yesus. Pikirannya masih dipenuhi keduniawian. Misalnya, ketika Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi yang sangat mahal, Yudas berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dia katakan karena sering mencuri uang kas yang dipegangnya (Yoh. 12:5-6).

Sampai titik tertentu, keinginan daging Yudas pas dengan strategi Iblis yang ingin menggagalkan misi Tuhan Yesus. Begitu ada kesempatan, Yudas mengkhianati Yesus. Ada beberapa penafsiran mengenai mengapa Yudas melakukannya. Bisa karena uang. Bisa juga Yudas ingin memanfaatkan Yesus supaya Dia memimpin pemberontakan. Pada saat itu, orang-orang Yahudi ada di bawah kekuasaan Roma dan banyak yang berpikir bahwa Mesias adalah harapan mereka untuk melawan pemerintah Roma. Apapun motivasinya, pengkhianatan yang dilakukan Yudas membuktikan bahwa keinginan dagingnya yang menjadi tuan, bukan kehendak Tuhan.

Bisakah kita menjadi murid Tuhan setengah-setengah? Ada pandangan, “dunia dapat, akhirat dapat.” Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan bahwa manusia tidak dapat mengabdi pada dua tuan (Mat. 6:24). Salah satunya pasti diprioritaskan. Orang bisa merasa semakin keinginan dagingnya terpenuhi, semakin bahagia hidupnya. Tetapi orang yang masih memiliki cara pandang duniawi tidak bisa mengerti bagaimana kenikmatan berelasi dengan Tuhan, karena itu jauh melampaui apa yang mereka pikirkan. Sangat jelas bedanya kondisi antara orang yang menikmati Tuhan dengan menikmati dosa.

Bukan berarti kita semua harus hidup miskin, harus sakit-sakitan, dan sebagainya. Tidak. Tetapi, jika kita diberi berkat oleh Tuhan, jangan sampai kita menjadikannya lebih utama dibanding Tuhan sendiri. Dan jika kita belum diisinkan untuk menikmati berkat Tuhan seperti orang-orang lainnya, jangan kecewa pada Tuhan. Jika kita tidak rela berkomitmen untuk mematikan kedagingan, maka ketika ada kesempatan, kita rentan untuk terjebak masuk ke dalam strategi Iblis dan itu dapat memimpin pada kesalahan fatal seperti Yudas. Bukankah banyak rumah tangga yang hancur ketika usaha sedang jaya-jayanya? Banyak pelayan Tuhan jatuh ketika ada di puncak?

Ketiga, Yudas hanya menyesali kesalahannya, tetapi tidak bertobat. Matius mencatat Yudas sangat menyesal karena telah melakukan kesalahan. Bahkan dia mengakui kalau Tuhan Yesus tidak bersalah (ay. 4). Tetapi karena pikirannya masih tunduk pada kegelapan, dia tidak mau kembali pada Tuhan. Dia hanya menyesali kesalahannya dari sisi manusiawinya saja, tetapi tidak mau mengakuinya dan minta ampun di hadapan Tuhan.

Itulah sebabnya Yudas binasa (Yoh. 17:12). Bukan karena bunuh diri atau karena mengkhianati Yesus. Tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni Tuhan (Yes. 1:18). Bahkan Petrus pun yang telah menyangkal Yesus sampai tiga kali, masih diampuni. Bedanya, Yudas tidak mau membuka hati untuk menerima anugerah Tuhan. Tidak ada cara lain bagi manusia untuk diampuni dosanya dan masuk ke dalam Kerajaan Allah selain dilahirkan kembali (Yoh. 3:3).

Inilah pentingnya tidak peduli berapa lama kita menjadi orang Kristen, sebaik apapun kita, atau seluas apapun pelayanan kita, kita harus instrospeksi, sudahkah saya bertobat? Tidak hanya menyesali dosa, tetapi juga menyandarkan diri pada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Biarlah darah-Nya membasuh dosa kita dan menjadikan kita ciptaan baru.

Tanpa menjadi murid Kristus yang sejati, hidup akan berjalan tragis. Nafsu kedagingan dan strategi Iblis bisa coba dijalankan, seperti kisah Yudas. Tetapi, apa yang Yudas lakukan justru menggenapi rencana keselamatan yang Allah nyatakan di dalam Perjanjian Lama (ay. 9). Ini membuktikan hanya ada satu alur sejarah yang terjadi di alam dunia ini, yaitu rencana Tuhan. Pastikan keluarga kita, usaha kita, pelayanan kita, semuanya selaras dengan rencana Tuhan supaya hidup kita tidak sia-sia dan berakhir tragis.

Mari kita menjadi anak Tuhan yang sungguh-sungguh. Mungkin kita merasa hidup sudah hancur. Tetapi, selama kita masih hidup, tidak ada kata terlambat untuk menerima pengampunan dari Kristus. Seperti halnya Petrus, hidup kita yang sudah rusak bisa diperbaiki oleh Allah dan kita akan diubah menjadi murid Tuhan yang setia. Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

1.Mengapa ada orang yang tidak mengenal Tuhan hidupnya terlihat lebih bijaksana dibanding orang yang mengenal Tuhan?

2.Apa keinginan daging yang saat ini Anda masih sering jatuh di dalamnya? Periksalah dan minta Roh Kudus mengampuni dan menguatkan Anda.

Ayat Alkitab Pendukung

Jawab Yesus kepada mereka: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” (Yoh. 6:70)

Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. (Yoh. 17:12)

Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yes. 1:18)

Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh. 3:3)

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Mat. 6:24)

The post Waspadalah Terhadap Kepalsuan Rohani (Mat. 27:3-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/06/25/waspadalah-terhadap-kepalsuan-rohani-mat-273-10/feed/ 0 1464
Apa Maksud Tuhan Melakukan Mukjizat? (Kis. 3:1-10) https://studibiblika.id/2021/06/17/apa-maksud-tuhan-melakukan-mukjizat-kis-31-10/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=apa-maksud-tuhan-melakukan-mukjizat-kis-31-10 https://studibiblika.id/2021/06/17/apa-maksud-tuhan-melakukan-mukjizat-kis-31-10/#respond Thu, 17 Jun 2021 10:49:44 +0000 http://studibiblika.id/?p=1460 Mukjizat, kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh akal manusia, merupakan sebuah fenomena yang sangat sering muncul di dalam Alkitab. Sampai sekarang pun, masih banyak orang Kristen yang mengharapkan atau mengagung-agungkan mukjizat. Bahkan banyak pengkhotbah yang menjadikan mukjizat sebagai daya tarik utama ketika melakukan KKR. Apa sebenarnya maksud Tuhan dengan melakukan mukjizat?

The post Apa Maksud Tuhan Melakukan Mukjizat? (Kis. 3:1-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Mukjizat, kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh akal manusia, merupakan sebuah fenomena yang sangat sering muncul di dalam Alkitab. Sampai sekarang pun, masih banyak orang Kristen yang mengharapkan atau mengagung-agungkan mukjizat. Bahkan banyak pengkhotbah yang menjadikan mukjizat sebagai daya tarik utama ketika melakukan KKR. Apa sebenarnya maksud Tuhan dengan melakukan mukjizat?

Suatu kali, Petrus dan Yohanes bertemu dengan seorang yang lumpuh kakinya sejak lahir. Orang itu tiap hari didudukkan di pintu gerbang Bait Allah untuk meminta-minta. Rupanya, dia tahu bahwa orang-orang Yahudi yang akan bersembahyang tentu lebih terbuka untuk memberikan sedekah. Ketika orang itu melihat Petrus dan Yohanes, diapun meminta sedekah.

Apa yang terjadi kemudian sangat tidak disangka-sangka oleh orang itu. Petrus berkata bahwa dia tidak bisa memberikan emas dan perak, tetapi di dalam nama Tuhan Yesus, dia memberikan hal yang jauh lebih berharga. Setelah Petrus membantu orang itu berdiri, seketika itu juga kakinya dikuatkan. Dia bisa berjalan lagi! Bayangkan betapa senangnya orang itu, yang sejak lahir belum pernah merasakan enaknya berjalan. Sampai-sampai, dia melompat-lompat sambil mengikuti Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.

Menariknya, mukjizat tersebut digunakan Petrus untuk berkhotbah kepada orang-orang yang takjub melihatnya (ay. 11-26). Petrus mengatakan bahwa bukan kekuatannya, tetapi dalam nama Tuhan Yesuslah, sehingga orang lumpuh tersebut bisa berjalan (ay. 12, 16, lihat bagaimana Petrus selalu menolak kemuliaan bagi dirinya, baca 10:26; 14:14-15). Petrus lalu meyakinkan orang banyak itu untuk memercayai Yesus sebagai penggenapan Mesias dalam Perjanjian Lama. Singkatnya, Petrus menggunakan mukjizat itu untuk menuntun orang banyak pada pertobatan (ay. 26).

 Dari kisah ini kita melihat bahwa mukjizat Tuhan (saya percaya sampai sekarang pun masih terjadi) bertujuan supaya orang-orang dapat mengenal kebesaran-Nya dan membuat hati mereka berbalik kepada-Nya. Ini pun yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya. Mukjizat yang tidak memiliki elemen ini dapat dipastikan bukan berasal dari Tuhan.

 Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati dalam menyikapi “mukjizat-mukjizat” yang terjadi pada saat ini. Jika seorang “pengkhotbah” mengaku bisa mengadakan mukjizat, namun ujung-ujungnya yang ditinggikan adalah dirinya sendiri, maka kita bisa yakin mukjizat itu palsu, atau malah berasal dari Si Jahat. Mana bisa Tuhan diperalat oleh manusia?

Di sisi lain, ketika kita menerima mukjizat, kita harus memuliakan Tuhan. Jangan berhenti hanya menikmati mukjizat atau malah memuliakan diri sendiri dengan merasa diistimewakan Tuhan. Lihat orang lumpuh itu. Dia mengharapkan uang sedekah, tetapi malah mendapat hal yang jauh lebih besar. Kesembuhankah? Bukan. Hal terbesar yang didapatkan oleh orang lumpuh itu adalah melalui kesembuhannya, dia bisa memuji Allah (ay. 8).

Seperti khotbah Petrus, ingatlah selalu bahwa mukjizat seharusnya menuntun kita pada Kristus dan menguatkan kepercayaan kita pada-Nya. Tepatlah apa yang dikatakan Yohanes, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30). Segala kemuliaan hanya bagi Dia. Amin.

Ayat-Ayat Alkitab Pendukung

1 Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu jam tiga sore, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. 2 Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah. 3 Ketika orang itu melihat bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. 4 Mereka menatap dia dan Petrus berkata, “Pandanglah kami.” 5 Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. 6 Tetapi Petrus berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah!” 7 Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan pergelangan kaki orang itu. 8 Ia melompat berdiri lalu berjalan ke sana ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, sambil berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. 9 Semua orang melihat dia berjalan sambil memuji Allah, 10 lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.(Kis. 3:1-10)

Tetapi Petrus menegakkan dia sambil berkata, “Bangkitlah, aku hanya manusia saja.” (Kis. 10:26)

14 Mendengar itu rasul-rasul itu, yaitu Barnabas dan Paulus, mengoyakkan pakaian mereka, lalu menerobos ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru, 15 “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (Kis. 14:14-15)

Catatan: semua ayat diambil dari TB2

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Apakah kita boleh meminta mukjizat Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan kita? Jelaskan jawaban Anda.
  2. Apa tanggapan Anda terhadap pelayanan-pelayanan KKR kesembuhan dewasa ini?
The post Apa Maksud Tuhan Melakukan Mukjizat? (Kis. 3:1-10) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/06/17/apa-maksud-tuhan-melakukan-mukjizat-kis-31-10/feed/ 0 1460
Semuanya Milik Tuhan (Mzm. 24:1-2) https://studibiblika.id/2021/06/10/semuanya-milik-tuhan-mzm-241-2/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=semuanya-milik-tuhan-mzm-241-2 https://studibiblika.id/2021/06/10/semuanya-milik-tuhan-mzm-241-2/#respond Wed, 09 Jun 2021 18:48:57 +0000 http://studibiblika.id/?p=1446 Bagian ini merupakan pembuka Mazmur 24, salah satu mazmur yang dinyanyikan ketika bangsa Israel memasuki Rumah Tuhan pada masa itu. Di dalamnya terkandung pengakuan iman bahwa Tuhanlah empunya seisi dunia ini. Dia yang menciptakannya dan Dialah yang berdaulat atasnya.

The post Semuanya Milik Tuhan (Mzm. 24:1-2) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Bagian ini merupakan pembuka Mazmur 24, salah satu mazmur yang dinyanyikan ketika bangsa Israel memasuki Rumah Tuhan pada masa itu. Di dalamnya terkandung pengakuan iman bahwa Tuhanlah empunya seisi dunia ini. Dia yang menciptakannya dan Dialah yang berdaulat atasnya. Pandangan ini mematahkan kepercayaan kuno pada masa itu tentang kekuasaan ilah-ilah lain dan keperkasaan manusia.

 Umat Tuhan juga diingatkan pada awal penciptaan, ketika chaos/kekacauan masih menyelimuti keberadaan alam semesta. Jika air menggambarkan keadaan kacau balau pada awal penciptaan (Kej. 1:2), maka dalam mazmur ini dinyatakan bahwa Tuhanlah yang kemudian membuat segalanya teratur seperti sekarang ini.

Jadi, pengakuan iman ini juga mematahkan banyak filsafat dunia yang tidak sesuai dengan Alkitab. Misalnya, pandangan yang menyatakan bahwa bumi terjadi secara kebetulan. Tidak perlu adanya Allah yang menjadikannya. Namun kalau kita mau mempelajari bagaimana teraturnya alam semesta bekerja dan begitu detailnya alam semesta ini, maka sebenarnya mau tidak mau manusia akan mengakui adanya Pencipta yang Mahabijaksana di baliknya.

Sumber gambar: Amazon.com

Seorang teolog yang juga ahli sains, Alister McGrath, memaparkan dalam bukunya, A Fine-Tuned Universe, bahwa jika keteraturan-keteraturan yang berlaku dalam hukum fisika sekarang ini diubah sedikit saja, alam semesta akan kacau balau. Ada rancangan keteraturan yang sangat detail hingga tingkat atom. Sungguh naif jika seseorang yang baru mengetahui ilmu pengetahuan secuil, lalu menyombongkan diri dan tidak mau mengakui keberadaan Allah.

Apa dampaknya bagi kita sebagai orang Kristen pada masa kini? Pertama, kita harus menyadari bahwa kita hanyalah penatalayan yang diberi mandat untuk mengelola bumi (Kej. 1:28). Bumi ini dan segala isinya milik Tuhan, bukan milik kita. Pemahaman ini akan membuat kita hidup dengan cara yang berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.

Betapa seringnya kita melihat orang yang merasa memiliki sesuatu sehingga mereka berpikir bebas menggunakannya sesuai dengan apa yang mereka mau. Akibatnya, terjadi ketimpangan di mana-mana dan bumi semakin rusak. Jabatan disalahgunakan, perusahaan dijalankan dengan prinsip “pokoknya bisa mendapat untung, entah bagaimanapun caranya,” dan teknologi dikembangkan dengan tanpa memperhatikan kelestarian alam dan martabat manusia yang diciptakan segambar dengan Allah.

Saya teringat dengan guyonan yang mengatakan “Belajarlah dari tukang parkir, yang tidak merasa memiliki, tetapi dititipi.” Semewah apapun mobil yang diparkirnya, seorang tukang parkir (dalam hal ini mungkin vallet parking) akan mengembalikan kunci mobil kepada pemiliknya. Orang yang merasa dititipi Tuhan pun demikian. Dia tidak akan kecewa berlebihan ketika apa yang dimilikinya di dunia ini suatu saat hilang. Entah karena musibah, kejahatan, atau kematian. Serta, dia juga akan menggunakan apa yang dimilikinya di dunia ini sesuai dengan kehendak Pemilik sesungguhnya, yaitu Tuhan.

Paulus menuliskan bahwa orang-orang yang di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17). Jika memahami konteksnya, kuasa kebangkitan Kristus tidak hanya melahirbarukan hati manusia yang berdosa. Tetapi juga memulihkan keadaan ciptaan yang tercemar dosa. Panggilan kita sebagai umat Tuhan adalah bekerja selaras dengan konsep ciptaan baru itu, yang nantinya akan terwujud secara penuh ketika Kristus datang kedua kalinya (Why. 21:5). Contoh kecilnya, seorang pengusaha Kristen tidak akan mau mengeruk keuntungan banyak dari penebangan liar, yang merusak alam.

Kedua, kita tidak perlu khawatir dengan apapun yang terjadi di dalam dunia ini. Seringkali anak-anak Tuhan dibuat khawatir (secara berlebihan) dengan perkembangan situasi dunia ataupun kesulitan-kesulitan tertentu yang menghimpit mereka. Memang jika kita hanya melihat segala sesuatunya berdasarkan kekuatan manusiawi kita, ada kalanya kita akan putus asa. Namun jika kita menyadari bahwa ada Tuhan yang mengatur segala sesuatu di dunia ini, maka kita akan selalu memiliki daya juang.

Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk menempatkan perspektif ini dalam kehidupan sehari-hari. Jika selama ini kita merasa keluarga kita adalah milik kita sendiri, maka kita bisa terus khawatir. “Bagaimana kalau saya tiba-tiba di-PHK?” “Bagaimana kalau sayatiba-tiba meninggal sementara anak-anak masih kecil?” “Bagaimana kalau saya tidak mau menuruti keinginan bos untuk berbuat curang, makan apa keluarga nanti?” Tetapi jika kita menyadari bahwa keluarga kita adalah milik Tuhan, kita akan tenang dan bekerja sebaik-baiknya di dalam Tuhan. Tidak ada sesuatu yang kebetulan terjadi di dunia ini. Apapun yang terjadi kelak, asalkan kita sudah bersungguh-sungguh, Tuhan sendiri yang akan menjaganya.

Sebelum memasuki rumah Tuhan, bangsa Israel diingatkan bahwa Tuhanlah yang menciptakan dan berdaulat atas dunia ini. Itu membuat mereka menyiapkan hati dengan benar sebelum bertemu hadirat Tuhan. Demikian pula hendaknya melalui mazmur ini kita mengorientasikan seluruh hidup kita untuk hidup dengan cara yang berkenan pada Tuhan. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Adakah hal-hal yang selama ini Anda lakukan yang masih menyiratkan bahwa Andalah pemilik segala sesuatu, bukan Tuhan? Apa pengaruhnya terhadap cara hidup Anda?
  2. Bagaimana penerapan pemahaman dari bagian ini terhadap cara pandang Anda dalam mendekati fenomena berikut: a) Aborsi. b) Seks pranikah. c) Media sosial. d) Kecerdasan buatan. e) Eksplorasi luar angkasa.

Ayat Alkitab Terkait

1 Milik TUHANlah bumi seisinya, dunia dan semua yang mendiaminya. 2 Ia meletakkan dasarnya di atas lautan, dan menegakkannya di atas air yang dalam. (Mzm. 24:1-2 BIMK)

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kej. 1:2)

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:28)

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2Kor. 5:17)

Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.” (Why. 21:5)

The post Semuanya Milik Tuhan (Mzm. 24:1-2) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2021/06/10/semuanya-milik-tuhan-mzm-241-2/feed/ 0 1446