STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Sat, 21 Jan 2023 09:14:05 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.1.1 https://i0.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32&ssl=1 STUDIBIBLIKA.ID https://studibiblika.id 32 32 163375744 Sukacita, Doa, dan Ucapan Syukur (1Tes. 5:16-18) https://studibiblika.id/2023/01/21/sukacita-doa-dan-ucapan-syukur-1tes-516-18/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=sukacita-doa-dan-ucapan-syukur-1tes-516-18 https://studibiblika.id/2023/01/21/sukacita-doa-dan-ucapan-syukur-1tes-516-18/#respond Sat, 21 Jan 2023 09:14:04 +0000 https://studibiblika.id/?p=2290 Sudah hampir sebulan ini kita memasuki tahun 2023. Esok hari, orang-orang Tionghoa juga akan memasuki tahun baru Imlek.

The post Sukacita, Doa, dan Ucapan Syukur (1Tes. 5:16-18) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Sudah hampir sebulan ini kita memasuki tahun 2023. Esok hari, orang-orang Tionghoa juga akan memasuki tahun baru Imlek. Ada nuansa sukacita, doa, dan ucapan syukur yang dibagikan orang. Ketiga hal ini sebenarnya diperintahkan Tuhan kepada orang-orang percaya (1Tes. 5:16-18). Tetapi, tentu ada makna yang lebih dalam yang Tuhan inginkan dalam perintah ini.

Bersukacitalah senantiasa (ay. 16). Ketika Tuhan memerintahkan berdoa dan mengucap syukur, mungkin kita maklum. Tetapi, bersukacita? Bukankah ini sama dengan yang dikejar orang-orang dunia? Sebenarnya, bersukacita adalah salah satu bukti bahwa seseorang telah menerima Kristus sehingga Paulus menuliskannya sebagai bagian dari buah Roh (Gal. 5:22-23). Logikanya, tidak mungkin persekutuan dengan Kristus yang mahakasih akan membuat seseorang menjadi letih lesu, dan berbeban berat (Mat. 11:28).

Jadi, bagaimana orang percaya bisa mendapat sukacita? Dekatkan diri kita dengan Kristus. Fokus pada Kristus dan bukan masalah atau keinginan daging kita. Bukan berarti sedih itu dosa atau tanda kita ada di luar Tuhan. Tetapi, mendekat pada Kristus akan mengubah cara pandang kita dalam menghadapi dunia. Seperti jemaat Tesalonika yang tetap bisa menghibur orang lain walaupun mereka bersedih karena kematian orang-orang terkasih (1Tes. 4:13-18). Inilah yang membuat kita bisa bersukacita senantiasa.

Tetaplah berdoa (ay. 17). Paulus kemudian melanjutkannya dengan perintah untuk  berdoa (ini merupakan ayat terpendek di seluruh Alkitab Terjemahan Baru). Bukan ketika menghadapi situasi yang dianggap penting saja, ketika ada waktu luang saja, atau juga berdoa tetapi melalaikan tanggung jawab yang lain. Berdoa, dalam konteks ini bercakap-cakap dengan Allah, harus kita jadikan kebiasaan di tengah segala hal yang kita lakukan sehari-hari.

Mengucap syukurlah dalam segala hal (ay. 18). Seperti halnya bersuka cita dan berdoa, mengucap syukur juga harus dilakukan secara permanen (“dalam segala hal). Hidup di dunia ini kadang enak, kadang berat. Tetapi, “Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pkh. 3:11a). Itulah sebabnya, di tengah keadaan baik maupun yang kurang baik (menurut pemikiran manusia), kita percaya bahwa Allah yang memberikan itu semua demi kebaikan kita (Rm. 8:28). Dengan demikian, mengucap syukur dalam segala hal merupakan perintah yang wajar untuk kita lakukan.

Lalu, bagaimana mungkin ketiga hal ini dilakukan secara terus menerus? Perhatikan bahwa ayat 16-18 adalah satu kesatuan dan ketiganya diperintahkan “di dalam Kristus.” Artinya, sukacita, doa, dan ucapan syukur kita lahir dari relasi dengan Kristus. Inilah yang membuat ketiga perintah ini bersifat permanen dan kudus. Artinya, tidak bergantung pada situasi di luar diri kita dan juga dilakukan dengan seturut dengan isi hati Tuhan. Jadi, harus dilakukan setiap saat. Bukan juga kita bersukacita ketika melihat orang lain susah, atau mengucap syukur ketika dosa kita tidak ketahuan orang.

Marilah di tahun yang baru ini, kita melakukan ketiga hal ini. Jangan sampai berkat-berkat yang telah Dia berikan bagi kita, baik jasmani maupun rohani, malah kita balas dengan hidup yang selalu murung, sibuk dengan dunia, dan berkeluh kesah. Bagaimana orang akan tertarik dengan Injil? Amin.

REFLEKSI

Sukacita akan berhenti menjadi sukacita ketika itu dilakukan tanpa “di dalam Tuhan” (J. Alec Motyer)

PERTANYAAN RENUNGAN

1. Apa yang terjadi ketika orang-orang Kristen kurang menunjukkan sukacita, doa, dan ucapan syukur dalam hidup mereka?

2. Di antara ketiga hal tersebut, manakah yang masih kurang Anda lakukan? Bagaimana Anda akan mengatasinya?

REFERENSI AYAT ALKITAB

16 Bersukacitalah senantiasa. 17 Tetaplah berdoa. 18  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1Tes. 5:16-18)

22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Gal. 5:22-23)

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat. 11:28)

13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. (1Tes. 4:13-18)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, (Pkh. 3:11a)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

The post Sukacita, Doa, dan Ucapan Syukur (1Tes. 5:16-18) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2023/01/21/sukacita-doa-dan-ucapan-syukur-1tes-516-18/feed/ 0 2290
Mengapa Yesus Menyembuhkan Orang Buta dengan Meludah dan Membuat Adukan Tanah? https://studibiblika.id/2023/01/15/mengapa-yesus-menyembuhkan-orang-buta-dengan-meludah-dan-membuat-adukan-tanah/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengapa-yesus-menyembuhkan-orang-buta-dengan-meludah-dan-membuat-adukan-tanah https://studibiblika.id/2023/01/15/mengapa-yesus-menyembuhkan-orang-buta-dengan-meludah-dan-membuat-adukan-tanah/#respond Sun, 15 Jan 2023 07:50:56 +0000 https://studibiblika.id/?p=2278 Kitab-kitab Injil menyajikan kisah-kisah menarik tentang Yesus Kristus, Sang Anak Allah. Namun demikian, di dalamnya terdapat juga beberapa

The post Mengapa Yesus Menyembuhkan Orang Buta dengan Meludah dan Membuat Adukan Tanah? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Kitab-kitab Injil menyajikan kisah-kisah menarik tentang Yesus Kristus, Sang Anak Allah. Namun demikian, di dalamnya terdapat juga beberapa hal yang terlihat janggal. Salah satunya, mengapa Yesus menyembuhkan orang buta dengan cara meludah dan membuat adukan tanah (Yohanes 9).

Ketika bertemu dengan orang yang buta sejak lahir, murid-murid-Nya bertanya siapa yang berdosa, diakah atau orang tuanya, sehingga orang buta itu mengalami nasib yang buruk. Yesus kemudian menjawab supaya jangan mengungkit-ungkit siapa yang bersalah. Tetapi, biarlah melalui itu pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan. Tuhan Yesus kemudian berkata, “Akulah terang dunia” (ay. 5).

Apa yang terjadi selanjutnya sungguh membuat saya bertanya-tanya. Perhatikan bagian berikut:

6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan membuat lumpur dengan ludah itu, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 7 dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya, “Yang diutus.” Orang itu pun pergi membasuh dirinya lalu kembali dan dapat melihat lagi (Yoh. 9:6-7).

Apa yang ada dalam pikiran Pembaca ketika membaca bagian ini? Kalau saya, terus terang, merasa aneh dan sedikit jijik. Bukankah Tuhan Yesus bisa langsung saja berkata “Sembuh!”, maka seketika juga orang buta itu dapat melihat? Mengapa harus meludah, mengaduknya dengan tanah, dan kemudian mengoleskannya ke mata orang buta itu?

Pembaca, di sinilah kita harus menggali apa yang sebenarnya sedang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus. Sayangnya, Alkitab tidak menjelaskannya secara detail. Maka wajar jika para ahli pun banyak berbeda pendapat.

Misalnya, beberapa Bapa Gereja mengaitkannya dengan kisah penciptaan manusia dari debu tanah (Kej. 2:7). Kemudian, Yohanes Kalvin mengartikannya bahwa Tuhan Yesus sedang memperberat masalah orang buta tersebut. Dengan demikian, orang buta tersebut akan lebih merasakan mukjizat yang akan dilakukan Tuhan Yesus. Pendapat lain mengaitkannya dengan budaya berbagai bangsa yang menganggap cairan manusia (ludah, ASI, darah menstruasi, atau urin) di tangan orang yang “berkuasa” dapat menjadi alat untuk menyalurkan berkat.

Mana yang benar? Sekali lagi, karena Alkitab tidak menjelaskannya dengan detail. Jadi, kita hanya bisa berasumsi. Semua jawaban di atas sah-sah saja karena dasarnya pun cukup baik.

Namun saya tertarik pada satu pendapat yang mengaitkan hal tersebut dengan respons orang-orang Farisi dalam kisah tersebut. Kita tahu bahwa orang-orang Farisi merupakan salah satu golongan orang Yahudi yang paling ketat dalam menjalankan tradisi. Juga, paling getol dalam menyerang Yesus.

Jika kita membaca secara teliti, tampaknya inilah konstruksi yang paling sesuai dengan konteks. Misalnya, pasti ada maksud dari Yohanes ketika menuliskan beberapa ayat berikut:

Adapun hari waktu Yesus membuat lumpur dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (ay. 14)

Lalu kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” (ay. 16)

Selanjutnya, berulang kali orang-orang Farisi diceritakan lebih tertarik untuk menelusuri cara Yesus menyembuhkan orang buta itu (ay. 15, 19, 26) dibanding fakta bahwa orang buta tersebut sembuh. Inilah yang membuat Yesus melakukan hal itu.

Bagi orang Farisi, Yesus melanggar hukum Taurat karena pada hari Sabat menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (tidak mendesak untuk dilakukan pada hari Sabat, karena orang itu tidak “sakit” – penyembuhan bagi orang sakit dikecualikan untuk hari Sabat). Juga, Yesus “melakukan pekerjaan” dengan mengaduk tanah. Ini menunjukkan bahwa Yesus sengaja menyatakan dirinya sebagai Anak Manusia yang berotoritas atas hari Sabat (Luk. 6:5).

Lebih jauh lagi, ada konteks lain juga yang mungkin dinyatakan Yesus. Para rabi waktu itu mengatakan bahwa “ludah anak laki-laki sulung dari seorang ayah dapat menyembuhkan.” Tetapi, Yesus hanya beribu (lahir dari Maria dan dikandung Roh Kudus). Jadi, Yesus juga sedang menyatakan bahwa kuasa yang diperlihatkannya itu benar-benar datang dari Allah. Ini menjawab pertengkaran-Nya dengan orang-orang Farisi yang mempertanyakan asal-usul dan kuasa-Nya (baca pasal 8).

Apapun jawaban yang Pembaca yakini, marilah kita ingat selalu bahwa segala yang tertulis di dalam Injil Yohanes haruslah menuju pada Pribadi Yesus sebagai Anak Allah. Khususnya di bagian ini, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia, yang mencelikkan kebutaan rohani.

Bukankah demikian yang dinyatakan oleh Yohanes?

tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31)

Diolah dari berbagai sumber tafsiran

Kunjungi juga:

Apa Maksud Tuhan Melakukan Mukjizat? (Kis. 3:1-10) | STUDIBIBLIKA.ID

(43) John 9: Why did Yeshua use Spit and Clay to Heal? – YouTube

The post Mengapa Yesus Menyembuhkan Orang Buta dengan Meludah dan Membuat Adukan Tanah? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2023/01/15/mengapa-yesus-menyembuhkan-orang-buta-dengan-meludah-dan-membuat-adukan-tanah/feed/ 0 2278
Hidup Melayani Tuhan (Mat. 20:20-28) https://studibiblika.id/2022/12/17/hidup-melayani-tuhan-mat-2020-28/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=hidup-melayani-tuhan-mat-2020-28 https://studibiblika.id/2022/12/17/hidup-melayani-tuhan-mat-2020-28/#respond Sat, 17 Dec 2022 04:01:32 +0000 https://studibiblika.id/?p=2255 Ungkapan “Tuhan akan mengangkat kita menjadi kepala, bukan ekor” atau “Tuhan akan mempromosikan kita ketika kita setia kepada-Nya”

The post Hidup Melayani Tuhan (Mat. 20:20-28) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Ungkapan “Tuhan akan mengangkat kita menjadi kepala, bukan ekor” atau “Tuhan akan mempromosikan kita ketika kita setia kepada-Nya” mungkin sering kita dengar dalam percakapan di antara orang-orang Kristen. Pernyataan ini tidak sepenuhnya keliru, namun bisa menjerumuskan orang-orang Kristen untuk ingin selalu meraih posisi terhormat. Sikap seperti ini sangat berbeda dengan apa yang Yesus ajarkan dan perlihatkan dalam hidup-Nya.

Suatu ketika, ibu dari Yakobus dan Yohanes (kemungkinan adalah Salome; baca Markus 15:40-41 dan Matius 27:56) memohon kepada Yesus untuk memberi “posisi terhormat” kepada anak-anaknya dalam kerajaan-Nya kelak (ay. 20-21). Apa jawab Yesus? Dia menjelaskan bahwa aturan yang berlaku dalam Kerajaan-Nya berbeda dengan dunia. Ketika seseorang ingin semakin maju dalam pelayanan, maka dia harus semakin merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi yang lain. Bukan malah berebut posisi terhormat.

Bukankah seperti itu juga yang ditunjukkan Yesus? Sebagai Pribadi yang menempati posisi tertinggi dalam Kerajaan Allah, Dia justru menjalani hidup yang paling hina di antara semua warga dalam Kerajaan itu. Seperti yang ditegaskan-Nya, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ay. 28).

Itulah sebabnya, Yesus memberikan sedikit “bocoran” kepada kedua murid-Nya itu bahwa mereka akan meminum “cawan-Nya”. Ini menunjukkan bahwa mereka akan mengalami jalan hidup seperti Yesus. Bukan bergelimang kehormatan dan kenyamanan, melainkan jalan hidup yang penuh dengan penderitaan. Bahkan, hampir semua murid-murid Yesus akan mati martir.

Masihkah kita mau melayani Tuhan ketika dihadapkan pada konsekuensi seperti ini? Tanpa memiliki motivasi yang benar, kita akan mudah kehilangan berkat Tuhan dalam pelayanan. Kita bisa terjatuh dalam iri hati (seperti orang-orang upahan dalam ayat 1-16) atau berlomba-lomba untuk menjadi yang tertinggi (seperti Yakobus dan Yohanes dalam ayat 20-28).

Ketika itu yang terjadi, maka pelayanan kita tidak akan memuliakan Tuhan dan justru akan menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Kita akan “hitung-hitungan” dalam pelayanan. Bahkan, bisa juga menggunakan pelayanan kita untuk menguntungkan diri sendiri. Inilah yang terjadi pada Yakobus dan Yohanes. Permohonan mereka menyiratkan bahwa mereka ingin mendapat keuntungan dari pelayanan mereka kepada Tuhan.

Berbicara tentang hidup yang melayani, mari kita berkaca pada para abdi dalem. Mereka adalah orang-orang yang mengabdikan diri di lingkungan keraton (Jogya/Solo). Seorang abdi dalem di keraton Jogya hanya menerima 2.000-20.000 Rupiah per bulan (Anda tidak salah baca!). Mereka rela melakukannya karena percaya bahwa mengabdi di lingkungan keraton membuat hidup mereka penuh berkah. Jika mereka saja bisa berpikir seperti itu, bagaimana kita yang telah menerima segalanya dari Kristus (Ef. 1:3)? Bukankah kita harus lebih mendedikasikan hidup bagi-Nya?

Marilah kita meneladani Kristus dalam melakukan pelayanan. Dia telah rela meninggalkan surga, menjalani hidup yang penuh kehinaan, serta menyerahkan nyawa-Nya demi menebus kita. Segalanya telah Dia serahkan. Apakah yang Dia lakukan ini masih kurang sehingga kita masih mengejar hal-hal duniawi ketika melayani-Nya? Amin.

REFLEKSI

Seorang Kristen yang kehilangan sukacita dalam pelayanan bukan diakibatkan oleh situasi yang buruk, melainkan hubungan yang buruk. Kita tidak akan kehilangan sukacita dalam melayani Kristus jika hubungan dengan-Nya tidak rusak (John F. MacArthur)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa saja cara pandang yang keliru ketika seseorang melayani Tuhan? Apa dampaknya?
  2. Bagaimana cara Anda untuk menjaga motivasi dan sikap yang benar dalam melayani Tuhan?

REFERENSI AYAT ALKITAB

20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” 23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:20-28)

40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. 41 Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus. (Mrk. 15:40-41)

Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus. (Mat. 27:56)

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. (Ef. 1:3)

The post Hidup Melayani Tuhan (Mat. 20:20-28) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/12/17/hidup-melayani-tuhan-mat-2020-28/feed/ 0 2255
Sudahkah Kita Mengucap Syukur atas Berkat Rohani? (Ef. 1:3) https://studibiblika.id/2022/12/14/sudahkah-kita-mengucap-syukur-atas-berkat-rohani-ef-13/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=sudahkah-kita-mengucap-syukur-atas-berkat-rohani-ef-13 https://studibiblika.id/2022/12/14/sudahkah-kita-mengucap-syukur-atas-berkat-rohani-ef-13/#respond Wed, 14 Dec 2022 01:49:29 +0000 https://studibiblika.id/?p=2250 Di gereja tempat saya beribadah sekarang, ada tradisi mempersilakan jemaat untuk berbagi kesaksian di tengah-tengah rangkaian pujian pembuka.

The post Sudahkah Kita Mengucap Syukur atas Berkat Rohani? (Ef. 1:3) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Di gereja tempat saya beribadah sekarang, ada tradisi mempersilakan jemaat untuk berbagi kesaksian di tengah-tengah rangkaian pujian pembuka. Namun seperti yang terjadi pada umumnya, sering tidak seorang pun (termasuk saya!) naik ke mimbar untuk berbagi kesaksian. Salah satu alasan yang pernah saya dengar adalah, “Mau kesaksian apa, ya, seminggu ini hidup saya biasa-biasa saja….” Sering orang salah kaprah dengan beranggapan bahwa hanya “berkat-berkat besar” yang layak untuk dibagikan.

Di dalam pembukaan suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menuliskan pujian kepada Tuhan Yesus yang telah mengaruniakan segala berkat rohani di dalam surga (ay. 3). Ini mengingatkan jemaat bahwa segala berkat yang mereka terima, Kristuslah yang menjadi Sumbernya. Selain itu, ini juga mengingatkan jemaat (termasuk kita semua) untuk melihat bahwa sebenarnya berkat-berkat rohanilah bagian terbesar yang Tuhan berikan kepada anak-anak-Nya. Semua orang, asal mau berusaha keras, berkesempatan untuk menjadi kaya, memiliki tubuh yang sehat, ataupun memiliki pengalaman hidup yang luar biasa. Tetapi, hanya orang-orang pilihan-Nyalah yang memiliki kesempatan untuk menerima pengampunan dosa (ay. 5-7).

Apakah kebenaran ini masih menggetarkan hati kita? Sayangnya, karena terlalu berkutat pada hal-hal duniawi, maka berkat yang agung ini sering kita lewatkan. Kita pun patah arang ketika Tuhan tidak kunjung memberikan berkat-berkat duniawi, yang sejatinya adalah “remah-remah” belaka.

Celakanya, tidak sedikit pula gereja dan pengkhotbah yang minder untuk mewartakan berkat rohani di dalam Kristus sehingga mereka terus memutar otak untuk membumbuinya dengan berkat jasmani. Jika kita membaca keseluruhan surat Efesus, maka kita akan sadar bahwa Kabar Baik yang dibawa Kristus tidak perlu dibumbui dengan yang lain-lain. Justru semakin murni dan dalam kita mewartakannya, Kabar Baik tersebut semakin terpancar kualitasnya, karena dunia sama sekali tidak bisa memberikannya.

Semakin erat relasi kita dengan Kristus, maka kita pasti akan semakin merasakan berkat-berkat yang dicurahkan oleh-Nya. Kita tidak hanya menantikan berkat-berkat baru untuk terjadi di dalam hidup kita. Tetapi, kita bahkan akan terus bersyukur atas berkat rohani dalam bentuk pengampunan dosa, yang mungkin sudah kita anggap biasa karena semua orang percaya mendapatkannya. Bahkan, mungkin kita terlalu rendah menilainya karena kita mendapatkannya secara cuma-cuma. Tuhan memberi berkat dalam bentuk kekayaan, kesehatan, pengalaman hidup, dan sebagainya dalam kadar yang berbeda-beda untuk anak-anak-Nya. Tetapi, pengampunan dosa diberikan kepada semua anak-Nya dengan kadar yang sama. Full. 100%. Maka jika kita memiliki cara pandang yang benar, satu berkat ini pun sudah cukup untuk membuat kita mengucap syukur seumur hidup kita.  

Marilah kita terus mengingat berkat-berkat rohani yang telah kita terima di dalam Kristus. Ajarkanlah juga kepada anak-cucu kita supaya mereka dapat terus bersuka cita dengan benar di tengah arus dunia yang semakin keras menghantam orang-orang percaya menjelang akhir zaman. Amin.

REFLEKSI

Seringkali kita mencemaskan datangnya berkat hingga melupakan Pribadi yang memberi berkat (David Martyn Lloyd-Jones)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apakah kita bisa “bosan” jika terus menerus memikirkan dan mengucap syukur atas berkat keselamatan (pengampunan dosa)? Jelaskan jawaban Anda.
  2. Jika berkat keselamatan tersebut sungguh besar, mengapa banyak orang yang tidak tertarik untuk menerimanya?

REFERENSI AYAT ALKITAB

3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. 4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. 5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, 6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. 7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, 8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. 9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus 10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. 11 Aku katakan “di dalam Kristus,” karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan  —  kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya  — 12 supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. 13 Di dalam Dia kamu juga  —  karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu  —  di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. 14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya. (Ef. 1:3-14)

The post Sudahkah Kita Mengucap Syukur atas Berkat Rohani? (Ef. 1:3) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/12/14/sudahkah-kita-mengucap-syukur-atas-berkat-rohani-ef-13/feed/ 0 2250
Renungan Masa Adven: Sang Raja Damai dan Kerajaan-Nya Bagian II (Yes. 11:6-9) https://studibiblika.id/2022/12/06/renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-ii-yes-116-9/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-ii-yes-116-9 https://studibiblika.id/2022/12/06/renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-ii-yes-116-9/#respond Mon, 05 Dec 2022 23:29:52 +0000 https://studibiblika.id/?p=2242 Suatu kali, saya berkesempatan mengunjungi museum Tuol Sleng di Phnom Penh, Kamboja. Museum ini dulunya adalah gedung sekolah

The post Renungan Masa Adven: Sang Raja Damai dan Kerajaan-Nya Bagian II (Yes. 11:6-9) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Suatu kali, saya berkesempatan mengunjungi museum Tuol Sleng di Phnom Penh, Kamboja. Museum ini dulunya adalah gedung sekolah yang kemudian diubah menjadi tempat penyiksaan pada masa Pol Pot (1975-1979). Selama masa itu, belasan ribu orang meninggal di Tuol Sleng dan hanya 12 orang selamat. Setelah rezim Pol Pot tumbang, bangunan tersebut diubah menjadi museum. Di dalamnya, kita bisa melihat ruang-ruang tawanan, alat-alat penyiksaan, serta foto-foto dan barang-barang peninggalan tawanan. Ada juga deskripsi metode-metode penyiksaan yang dilakukan pada masa itu. Sungguh mengerikan apa yang bisa diperbuat manusia kepada sesamanya.

Salah satu ruang kelas yang dijadikan tempat penyiksaan di Tuol Sleng

Kalau kita melihat sejarah umat Tuhan pun, kita akan menemukan bahwa kekejaman manusia selalu mewarnai dunia. Bacalah kitab Hakim-Hakim dan Raja-Raja, maka di dalamnya kita juga akan menemukan banyak sekali pertikaian dan kebrutalan yang bisa dilakukan manusia. Sampai sekarang pun, kedamaian seolah hanyalah angan. Bahkan, wilayah kelahiran Kristus, yang juga disebut Raja Damai, masih terus bergejolak.

Namun, di dalam Alkitab kita akan menemukan pengharapan akan kedamaian yang kuat. Di dalam bagian pertama (ay. 1-5), dijelaskan bahwa di tengah-tengah konflik dan peperangan yang terjadi di sepanjang sejarah raja-raja Israel, Yesaya menyampaikan nubuat Tuhan tentang kedatangan Raja Damai. Walaupun bangsa Israel seolah tidak memiliki pengharapan lagi, Tuhan mengulangi janji-Nya yang telah dinyatakan kepada Daud (2Sam. 7) tentang kelahiran seorang raja yang takhtanya kekal. Dia akan memerintah dengan penuh keadilan dan kebenaran. Karena itulah, Kerajaan-Nya akan dipenuhi dengan kedamaian (BIMK: Kerajaan Damai).

Bukan hanya perang berakhir, tetapi ada keutuhan dan harmoni bagi seluruh ciptaan. Keadaan damai seperti inilah yang digambarkan dalam Yesaya 11:6-9. Binatang buas bisa hidup harmonis dengan mangsanya. Anak kecil bisa bermain-main dengan ular berbisa, yang di dunia sekarang ini sangat ditakuti. Dosa akan punah dan digantikan dengan pengenalan akan Tuhan.

Kondisi semacam ini terlihat mustahil. Namun, jika kita kembali mengingat apa yang terjadi di taman Eden, itu bukanlah keadaan yang mustahil. Memang dunia saat ini penuh konflik dan marabahaya. Tetapi, kondisi ini terjadi karena manusia memberontak kepada Allah. Bumi menjadi tanah yang terkutuk dan manusia terancam dalam hukuman kekal.

Untuk itulah Kristus datang sebagai Raja Damai. Kematian-Nya mendamaikan hubungan antara manusia dengan Allah (Rm. 5:11). Ketika manusia sudah memiliki relasi dengan Allah, maka manusia juga akan bisa memiliki relasi yang baik dengan sesamanya dan juga dengan alam sekitar.

Tetapi, mengapa konflik masih terus terjadi di dunia? Sekarang kita hanya bisa mencicipi suasana Kerajaan Damai, tetapi belum sepenuhnya. Kerajaan Damai baru akan ditegakkan sepenuhnya ketika Kristus datang kedua kalinya. Kedatangan pertama Sang Raja Damai di malam Natal hingga kematian dan kebangkitan-Nya menjadi jaminan bahwa Allah pasti akan memenuhi janji-Nya akan tegaknya Kerajaan Damai di masa depan.

Marilah kita merenungkan dua hal dari bagian ini. Pertama, biarlah hidup kita dikuatkan oleh pengharapan atas Kerajaan Damai ini. Seperti halnya bangsa Israel pada zaman Yesaya, mungkin kita juga sedang berada dalam kondisi yang jauh dari kedamaian. Konflik terus terjadi, baik di lingkup dunia maupun di lingkungan sehari-hari. Tidak jarang, konflik yang berkepanjangan membuat seorang Kristen menyerah.

Mengapa bisa demikian? Karena dia masih mengandalkan pengharapannya pada manusia dan kondisi sekitar. Pengharapan yang seperti ini pasti akan gagal karena Alkitab sudah menubuatkan bahwa semakin hari, akan semakin banyak peperangan (Mat. 24:6-7a). Keadaan dunia akan semakin buruk.

Tetapi, ketika kita percaya pada nubuat Kerajaan Damai yang dinyatakan dalam Alkitab, maka kita akan memandang dunia dengan cara yang berbeda. Dunia bisa semakin penuh pergolakan. Konflik bisa terus terjadi di dalam rumah tangga dan lingkungan sekitar kita, termasuk gereja. Tetapi kita tahu bahwa keadaan itu hanyalah sementara. Kemudian jika Kristus datang menghadirkan Kerajaan Damai, maka ketika ada di tengah konflik, Kristus pasti juga akan menyertai anak-anak-Nya yang berusaha mewujudkan damai.

Kerajaan Damai yang penuh dengan pengenalan akan Allah juga  hendaknya membentuk cara pandang kita tentang damai yang sejati. Keadaan damai harus selaras dengan pribadi Sang Raja Damai yang kudus dan benar. Jadi, keadaan damai yang didapat dengan cara yang bertentangan dengan tuntunan-Nya dalam Alkitab, atau damai karena menutup mata terhadap dosa, adalah damai yang palsu.

Kedua, marilah kita tidak hanya menantikan, tetapi juga berbagian dalam mewujudkan kedamaian. Ada satu hal yang mungkin sering luput dari perhatian kita sebagai orang percaya. Kita sering memohon kepada Tuhan untuk mengubah keadaan menjadi baik. Tetapi ketika keadaan tidak kunjung membaik, kita lalu menyalahkan keadaan. Bahkan, mungkin menyalahkan Tuhan. Kita lupa bahwa mungkin Tuhan tetap membiarkan kita dalam keadaan atau lingkungan tertentu karena ada rencana-Nya yang akan Dia kerjakan melalui diri kita.

Demikian pula ketika kita merindukan damai namun tidak kunjung terwujud, jangan berkecil hati. Justru kita harus berpikir, apa rencana Tuhan yang harus kita jalankan dalam kondisi seperti itu? Apakah dengan keadaan itu, karakter dan kerohanian kita ditumbuhkan? Apa yang dapat kita lakukan bagi orang-orang di sekitar kita?

Jika kita percaya penuh pada Kerajaan Damai yang Tuhan janjikan, maka adanya orang-orang yang berkonflik dengan kita justru menimbulkan belas kasihan, bukannya kepahitan. Kita akan digerakkan oleh Roh Kudus untuk menjadi agen perdamaian sesuai dengan kemampuan kita (Rm. 12:18).

Sampai kapanpun, perselisihan dan peperangan akan terus mewarnai sejarah umat manusia. Konflik juga akan terus terjadi ketika kita berelasi dengan sesama. Tetapi, biarlah pengharapan akan kedamaian yang sejati dari Kristus ini terus menguatkan kita di tengah pergumulan dan mendorong kita untuk menyebarkan damai. Tidak hanya hidup harmonis dengan sesama, tetapi juga dengan alam sekitar. Amin.

REFLEKSI

Tidak akan ada kedamaian yang universal hingga Raja Damai muncul (J. C. Ryle)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apakah damai harus berarti pasif? Jelaskan.
  2. Apa tantangan-tantangan dalam menyebarkan damai di lingkungan Anda pada saat ini?

REFERENSI AYAT ALKITAB

6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. 9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. (Yes. 11:6-9)

Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu. (Rm. 5:11)

6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. 7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. (Mat. 24:6-7a)

Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Rm. 12:18)

The post Renungan Masa Adven: Sang Raja Damai dan Kerajaan-Nya Bagian II (Yes. 11:6-9) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/12/06/renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-ii-yes-116-9/feed/ 0 2242
Renungan Masa Adven: Sang Raja Damai dan Kerajaan-Nya Bagian I (Yes. 11:1-5) https://studibiblika.id/2022/11/29/renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-i-yes-111-5/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-i-yes-111-5 https://studibiblika.id/2022/11/29/renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-i-yes-111-5/#respond Mon, 28 Nov 2022 22:25:56 +0000 https://studibiblika.id/?p=2237 Natal identik dengan damai. Makanya, sering kita mendengar istilah “damai di bumi, damai di surga.” Pemikiran ini alkitabiah

The post Renungan Masa Adven: Sang Raja Damai dan Kerajaan-Nya Bagian I (Yes. 11:1-5) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Natal identik dengan damai. Makanya, sering kita mendengar istilah “damai di bumi, damai di surga.” Pemikiran ini alkitabiah karena di Yesaya 9:5, Tuhan Yesus disebut sebagai “Raja Damai.” Dialah Sumber Kedamaian dan kedatangan-Nya akan mewujudkan kedamaian yang sejati dan penuh. Ini adalah berita sukacita yang diidamkan di dunia yang penuh dengan konflik.

Berita tentang Raja Damai dan Kerajaan-Nya diterima oleh Yesaya ketika bangsa Yehuda menghadapi situasi yang sangat suram (Yesaya melayani di Yehuda selama masa pemerintahan raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia; 1:1). Kegagalan raja-raja Israel (baik kerajaan utara maupun selatan) untuk tetap berpaut pada Tuhan menyebabkan peperangan dan penindasan dari bangsa-bangsa sekitar seolah tidak kunjung berhenti. Berulang kali, mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala. Raja-raja Israel tersebut juga lebih takut pada bangsa lain dan berkoalisi dengan mereka dibanding Tuhan.

Salah satunya, raja Ahas yang justru memilih berkoalisi dengan Asyur, ancaman bagi kerajaan Israel dan Yehuda waktu itu, dibanding mendengarkan nasihat Yesaya. Padahal, jika mereka “berkoalisi” dengan Tuhan, kemenangan pasti ada dalam genggaman mereka (bacalah bagaimana malaikat Tuhan membunuh 185.000 orang Asyur dalam Yesaya 37:36).

Itulah sebabnya, Tuhan menggunakan bangsa-bangsa lain sebagai alat untuk “menghukum” umat-Nya. Kelak, Asyur dan kemudian Babel akan menaklukkan Israel dan Yehuda. Bait Allah dihancurkan dan umat Tuhan pun harus menjalani masa Pembuangan yang menyakitkan.

Walaupun keadaan Israel sudah seperti “pohon yang ditebang” (ay. 1 BIMK), tetapi dari tunggul itu Tuhan akan menumbuhkan tunas yang baru. Nubuat ini merupakan kelanjutan dari janji Tuhan kepada Daud akan datangnya seorang Raja yang besar dari keturunannya (2Sam. 7:12-13). Menariknya, di dalam Yesaya 11:1 tertulis bahwa tunas tersebut tumbuh dari tunggul Isai dan bukannya Daud. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Raja tersebut berbeda dengan Daud dan raja-raja Israel yang cacat.

Raja itu akan dipenuhi kuasa Roh Kudus. Dia dikaruniai hikmat dan pengertian sehingga mampu memerintah dengan bijaksana dan adil. Kemudian, dikaruniai nasihat dan keperkasaan sehingga tidak hanya pandai mengambil keputusan, tetapi juga mampu melaksanakannya (baca ayat 2 BIMK). Selain itu, juga memiliki pengenalan dan takut akan TUHAN sehingga tidak akan melakukan penyelewengan. Kualitas-kualitas seperti inilah yang Tuhan harapkan pada umat-Nya. Namun mereka gagal mewujudkannya (bacalah pasal-pasal sebelumnya).

Dengan kuasa dan kualitas kepribadian seperti ini, maka Raja tersebut akan mampu memerintah dengan penuh keadilan, kebenaran, dan kesetiaan (ay. 3-5). Perselisihan dan ketidakadilan akan dilenyapkan digantikan damai yang sejati (ay. 6-9). Inilah keadaan yang dinanti-nantikan bangsa Israel. Satu-satunya pribadi yang memenuhi semua kualitas tersebut adalah Kristus. Ya, Dialah Sang Raja Damai yang dijanjikan itu!

Apa yang dapat kita pelajari dari bagian ini? Pertama, Kristuslah satu-satunya sumber kedamaian yang sejati. Manusia berupaya mencari dan mewujudkan kedamaian, namun sering kali gagal. Peperangan demi peperangan terus mewarnai sejarah dunia. Bahkan, sampai sekarang di wilayah tempat kelahiran Raja Damai tersebut masih terus dipenuhi dengan konflik. Konflik pun sering muncul di lingkungan sehari-hari, misalnya pertengkaran antara suami-istri, lingkungan kerja yang saling sikut-sikutan, atau perselisihan di antara pelayan Tuhan. Bahkan, mungkin ada di antara kita yang belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Apa yang salah?

Satu hal yang perlu kita ingat, kedamaian yang sejati tidak mungkin bisa terjadi di luar Kristus. Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat hati manusia telah cemar, sehingga kedamaian bukan lagi menjadi tabiat manusia. Rusaknya hubungan dengan Allah membuat manusia juga tidak lagi bisa harmonis ketika berhubungan dengan sesamanya. Ego, keserakahan, serta kesewenang-wenangan selalu timbul dari dalam hati. Hanya dengan kuasa Kristuslah, manusia bisa memiliki hati dan cara pandang yang baru.

Harta, takhta, dan seks hanya bisa memberikan kedamaian yang palsu dalam diri manusia. Zakheus gelisah walaupun dia memiliki kedudukan yang tinggi dan banyak hartanya. Perempuan Samaria tidak merasa puas walaupun telah lima kali bersuami. Namun ketika mereka bertemu dengan Kristus, mereka merasakan kedamaian yang luar biasa. Pulihnya hubungan dengan Allah membuat mereka memandang hidup dengan cara yang berbeda. Jadi, ketika kita merindukan kedamaian, pastikan kita mencarinya di dalam Kristus.

Pelajaran kedua, renungkanlah apakah Kristus telah memimpin hidup kita? Seperti bangsa Israel, kita mungkin berpikir bahwa hidup kita bisa lebih baik jika berada di luar pimpinan Tuhan. Menyembah berhala terlihat lebih menarik karena bisa kita perlakukan seenak kita. Hidup menuruti ego dan nasihat duniawi terlihat lebih menarik karena hasilnya tampak menguntungkan. Sementara kalau dipimpin Tuhan? Sering kita harus melewati proses yang berliku-liku dan menyakitkan.

Namun dari deskripsi tentang Sang Raja Damai yang sempurna ini, kita disadarkan bahwa hidup dalam pimpinan-Nya tidak mungkin keliru. Dia tidak mungkin salah dalam mengarahkan hidup kita dan memiliki kuasa untuk menggenapinya. Jadi, pastikanlah hidup kita ada di bawah pimpinan Kristus sehingga kita akan merasakan damai dari Tuhan, yang tidak terpengaruh keadaan di luar (Yoh. 14:27). Damai tersebut malah terpancar keluar dari diri kita. Maka, ketika timbul perselisihan, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah mendekatlah pada Kristus dan bertanyalah pada-Nya apa yang harus kita lakukan. Dengan cara ini, Kristus akan berkarya memberi damai dalam rumah tangga, gereja, dan lingkungan kita.

Natal memberi semangat kepada kita bahwa janji Tuhan itu telah tergenapi. Raja Damai telah datang dan menuntaskan misi-Nya di dunia ini. Kematian dan kebangkitan-Nya memulihkan ciptaan-Nya untuk dapat kembali merasakan damai seperti di taman Eden (baca renungan bagian kedua). Marilah kita terus mendekat pada-Nya dan hidup di bawah pimpinan-Nya. Amin.

REFLEKSI

Tuhan kita biasa dikenal hanya sebagai Raja Damai. Kita melupakan bahwa Dia juga adalah Raja Keadilan. Dia menekankan keduanya (David Martyn Lloyd-Jones)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa bedanya antara Tuhan Yesus dengan tokoh-tokoh agung dunia?
  2. Bagaimana Anda membedakan antara kedamaian yang sejati dengan yang semu dalam kehidupan sehari-hari?

REFERENSI AYAT ALKITAB

1 Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. 2 Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; 3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. 4 Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. 5 Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. (Yes. 11:1-5)

1 Keturunan Raja Daud seperti pohon yang sudah ditebang. Tetapi sebagaimana dari tunggul tumbuh tunas baru, demikian pula dari keturunan Daud akan muncul seorang raja. 2 Kuasa TUHAN akan membimbing dia, menjadikan dia berbudi dan bijaksana, cakap mengambil keputusan dan melaksanakannya; mengenal kehendak Allah dan takwa kepada-Nya. 3 Kesukaannya yaitu taat kepada TUHAN. Ia tidak mengadili sekilas pandang atau berdasarkan kata orang. 4 Orang miskin dihakiminya dengan adil, orang tak berdaya dibelanya dengan jujur; orang bersalah dihukum atas perintahnya, orang jahat ditumpasnya. 5 Ia bertindak dengan adil dan setia dalam segala-galanya. (Yes. 11:1-5 BIMK)

6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. 9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. (Yes. 11:6-9)

Keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka! (Yes. 37:36)

12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (2Sam. 7:12-13)

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yoh. 14:27)

The post Renungan Masa Adven: Sang Raja Damai dan Kerajaan-Nya Bagian I (Yes. 11:1-5) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/11/29/renungan-masa-adven-sang-raja-damai-dan-kerajaan-nya-bagian-i-yes-111-5/feed/ 0 2237
Bersukacitalah! (2Kor. 13:11a) https://studibiblika.id/2022/10/26/bersukacitalah-2kor-1311a/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=bersukacitalah-2kor-1311a https://studibiblika.id/2022/10/26/bersukacitalah-2kor-1311a/#respond Wed, 26 Oct 2022 00:17:19 +0000 https://studibiblika.id/?p=2227 Suram. Begitulah yang saya dapati ketika membaca berita-berita aktual di Indonesia. Ketika kita baru mulai bangkit dari dampak

The post Bersukacitalah! (2Kor. 13:11a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Suram. Begitulah yang saya dapati ketika membaca berita-berita aktual di Indonesia. Ketika kita baru mulai bangkit dari dampak pandemi, berbagai permasalahan melanda bangsa kita. Mulai dari terbongkarnya banyak kasus hukum besar, badai PHK yang mulai melanda banyak sektor, prediksi ekonomi yang buruk tahun depan, serta memanasnya suhu politik, menjadi pemicu kekhawatiran banyak orang tentang nasib mereka. Namun di tengah-tengah kekhawatiran tersebut, banyak pemengaruh media sosial yang mengajak warganet untuk membalikkan prediksi tersebut. Jangan “termakan” oleh situasi yang ada, karena itu hanya akan semakin memperparah kondisi dan menguatkan terjadinya prediksi suram tersebut.

Bagaimana dengan umat Kristen? Jika kita juga larut dalam kesuraman, maka apa bedanya dengan orang-orang dunia? Justru di tengah kondisi yang suram ini, panggilan kita sebagai garam dan terang di dunia ini harus semakin kuat. Bersukacitalah, seperti nasihat Paulus dalam penutup suratnya ini (ay. 11a).

Dengan bersuka cita, kita bisa menunjukkan adanya perubahan hidup yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Sukacita akan membuat kita lebih tahan dalam menghadapi tantangan sehingga kita bisa melayani Tuhan dengan cara yang berkenan bagi-Nya. Dampaknya, orang-orang di sekitar kita akan tertular suka cita tersebut. Syukur-syukur, mereka juga akan tertarik untuk mengenal Allah, sumber suka cita kita itu.

Sebenarnya, ada beribu alasan bagi Paulus untuk kehilangan sukacita. Dalam suratnya ini kita tahu betapa berat penderitaan yang harus dia tanggung ketika mengabarkan Injil (salah satunya, baca 11:23-29). Apalagi, harus menghadapi tentangan dari orang-orang yang dia layani seperti jemaat Korintus, penerima surat ini. Namun demikian, secara luar biasa Paulus justru menyatakan bahwa mereka adalah sumber sukacita baginya (2:3).

Namun perlu diperhatikan bahwa suka cita yang diajarkan di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, terutama dalam surat-surat Paulus, adalah suka cita yang berpusat pada Kristus dan karya-Nya. Suka cita seperti ini membuat kita bisa mendapatkannya kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi seperti apa pun. Lihatlah Paulus, yang dalam keadaan miskin, menderita lahir batin, serta direndahkan oleh orang-orang yang dilayaninya, tetapi masih tetap dapat bersuka cita dan mengajak jemaat untuk bersuka cita. Catatan: kita bisa belajar banyak tentang cara hidup yang serupa Kristus yang diteladankan oleh Paulus dalam pasal 4-7.

John F. MacArthur, seorang pengkhotbah, mengatakan “Pengenalan  tentang Allah adalah kunci untuk bersuka cita. Orang-orang yang banyak mengenal kebenaran yang agung tentang Allah akan mudah untuk bersuka cita. Sementara itu, orang-orang yang sedikit mengenal Allah akan sulit untuk bersuka cita.” Jadi, jika kita mudah khawatir, periksalah diri kita. Jangan-jangan, kita belum mengenal Allah dengan benar dan mengabaikan relasi dengan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak heran, hal-hal buruk yang ada di seputar diri kita membuat kita mudah kehilangan suka cita. Amin.

REFLEKSI

Menangislah untuk kasih karunia Allah supaya kita bisa melihat rencana-Nya di balik setiap ujian hidup. Kemudian, dengan kasih karunia-Nya, tundukkanlah diri kita, terimalah ujian hidup itu, dan bersuka citalah. Inilah akhir dari kesulitan (Charles Spurgeon)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Bagaimana cara kita untuk “bersuka cita dalam Tuhan” ketika melihat orang lain yang ada dalam kesusahan?
  2. Apakah Anda termasuk orang yang mudah bersuka cita atau mudah murung? Jika mudah bersuka cita, apakah sudah selaras dengan suka cita di dalam Tuhan? Jika mudah murung, apa yang harus Anda perbaiki berdasar pemahaman dari renungan ini?

REFERENSI AYAT ALKITAB

Akhirnya, Saudara-saudara, bersukacitalah. Berusahalah menjadi sempurna, hiburlah satu dengan yang lain, sehati sepikirlah, dan hidup dalam damai. Dan, Allah sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu. (2Kor. 13:11)

Dan justru itulah maksud suratku ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu. (2Kor. 2:3)

23  Apakah mereka pelayan Kristus?  —  aku berkata seperti orang gila  —  aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. 24  Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, 25  tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 26  Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. 27  Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, 28  dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. 29  Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? (2Kor. 11:23-29)

Baca juga:

Hiduplah dalam Prinsip Hadiah, Bukan Upah (Rm. 4:1-8) | STUDIBIBLIKA.ID

Mengatasi Kekhawatiran (Mat. 6:25-34) | STUDIBIBLIKA.ID

The post Bersukacitalah! (2Kor. 13:11a) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/10/26/bersukacitalah-2kor-1311a/feed/ 0 2227
Tuhan Yesus dan Hukum Taurat (Mat. 5:17-20) https://studibiblika.id/2022/10/15/tuhan-yesus-dan-hukum-taurat-mat-517-20/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=tuhan-yesus-dan-hukum-taurat-mat-517-20 https://studibiblika.id/2022/10/15/tuhan-yesus-dan-hukum-taurat-mat-517-20/#respond Sat, 15 Oct 2022 06:53:31 +0000 https://studibiblika.id/?p=2216 Di dalam bahasa Ibrani, Taurat (torah) artinya pengajaran atau petunjuk. Secara khusus, di dalam Perjanjian Lama biasanya digunakan

The post Tuhan Yesus dan Hukum Taurat (Mat. 5:17-20) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Di dalam bahasa Ibrani, Taurat (torah) artinya pengajaran atau petunjuk. Secara khusus, di dalam Perjanjian Lama biasanya digunakan untuk menunjuk pada koleksi pengajaran Tuhan yang dikumpulkan Musa (kitab-kitab Taurat). Inilah yang menjadi otoritas pengajaran orang-orang Israel turun temurun.

‌Ada sebagian orang Kristen yang berpikir bahwa setelah Tuhan Yesus datang, hukum Taurat menjadi kurang penting. Apalagi, sepintas terlihat bahwa Tuhan Yesus dan ajaran-Nya (yang menekankan kasih) bertolak belakang dengan Taurat (yang menekankan hukum). Benarkah demikian?

‌Jika menilik dari pernyataan Tuhan Yesus sendiri, Dia dengan tegas menolak pandangan itu. Di dalam Matius 5:17-20, Tuhan Yesus menegaskan bahwa kedatangan-Nya tidak meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi (artinya: seluruh Perjanjian Lama). Tetapi, Dia justru menggenapinya.

‌Apa artinya menggenapi? Tuhan Yesus bukan hanya menaati hukum Taurat, tetapi juga mengajarkannya seperti apa yang dikehendaki Allah sejak semula. Kita dapat melihatnya dari penjabaran Tuhan Yesus tentang beberapa poin dari hukum Taurat dalam Matius 5:21-48. ‌Ayat-ayat tersebut sering disalahpahami orang bahwa Tuhan Yesus sedang menentang hukum Taurat.

Namun sebenarnya Tuhan Yesus sedang meluruskan kekeliruan orang-orang Yahudi dalam menafsirkan dan melakukan hukum Taurat. Sekali lagi, Tuhan Yesus sama sekali tidak menentang hukum Taurat. Malahan, Tuhan Yesus juga tetap menghormati otoritas hukum Taurat. Dia menyatakan bahwa selama langit dan bumi masih ada, maka hukum Taurat masih berlaku (ay. 18).

‌Jika Tuhan Yesus saja meninggikan hukum Taurat, maka kita sebagai pengikut-Nya juga harus demikian. Tetapi, dengan cara pandang yang berpusat pada Kristus karena semuanya mengacu kepada-Nya (Luk. 24:27).

‌Bagaimana caranya kita dapat meninggikan hukum Taurat?

‌Pertama, kita harus mengajarkannya dengan cara pandang yang benar (ay. 19). Kita jangan pilih-pilih bagian yang kita sukai saja (seperti ajaran Marcion yang membuang PL dan sebagian PB pada abad kedua). Firman Tuhan tetap berotoritas sampai akhir zaman. Sekali diperintahkan untuk “Jangan membunuh” (Kel. 20:13), maka selamanya membunuh sesama manusia adalah dosa.

‌Tentu saja ada poin-poin dalam hukum Taurat yang tidak perlu kita lakukan karena telah digenapi di dalam Kristus. Misalnya, kita tidak perlu lagi mempersembahkan hewan kurban karena Kristus sendiri telah datang menjadi kurban yang sempurna (Ibr. 10:18).

‌Kedua, kita juga harus menaatinya dengan benar (ay. 20). Hukum Taurat bukan hanya ditaati sebagai kesalehan luar, tetapi harus berasal dari hati yang telah bertobat (Mzm. 51: 16-17). Itulah yang gagal dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (Mat. 23:27).

‌Inilah yang menuntun kita supaya benar-benar menuntun anak-anak kita menuju ke dalam pertobatan yang benar. Jangan sampai kita biarkan mereka hanya patuh karena takut dengan kita, bukan karena mengasihi Allah. Jika yang pertama yang terjadi, maka kemungkinan besar anak-anak kita juga akan menjauh dari Tuhan ketika mereka tidak lagi ada di dekat kita. Amin.

‌REFLEKSI

‌Orang jahat patuh karena takut, orang baik patuh karena kasih (Agustinus)

‌PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

‌1. Apa dampaknya jika kita membaca kitab-kitab PB tanpa mengenal kitab-kitab PL?

‌2. Mengapa kita bisa merasa berat dalam menaati hukum Tuhan? Apa saja dampaknya jika kita terus dalam keadaan demikian dan bagaimana kita bisa mengatasinya?

‌REFERENSI AYAT ALKITAB

‌Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa. (Ibr. 10:18)

‌6 Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. 7 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. (Mzm. 51:6-7)

‌21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

‌27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. 28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. 29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. 30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

‌31 Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. 32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

‌33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. 34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; 36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. 37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

‌38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

‌43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

‌48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. (Mat. 5:21-48)

The post Tuhan Yesus dan Hukum Taurat (Mat. 5:17-20) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/10/15/tuhan-yesus-dan-hukum-taurat-mat-517-20/feed/ 0 2216
Upah Mengikut Yesus (Mrk. 10:28-31) https://studibiblika.id/2022/10/03/upah-mengikut-yesus-mrk-1028-31/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=upah-mengikut-yesus-mrk-1028-31 https://studibiblika.id/2022/10/03/upah-mengikut-yesus-mrk-1028-31/#respond Mon, 03 Oct 2022 15:36:13 +0000 https://studibiblika.id/?p=2203 Awal tahun ini, masyarakat Indonesia digemparkan dengan penangkapan seorang pemengaruh (influencer) karena terbukti melakukan penipuan berkedok investasi. Setelah

The post Upah Mengikut Yesus (Mrk. 10:28-31) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Awal tahun ini, masyarakat Indonesia digemparkan dengan penangkapan seorang pemengaruh (influencer) karena terbukti melakukan penipuan berkedok investasi. Setelah kejadian itu, satu demi satu kesaksian dari para korban pun muncul. Mereka kecewa karena bukannya keuntungan besar yang didapat, uang mereka malah ludes seketika.

Fenomena seperti ini saya amati terjadi juga di kalangan Kristen. Tidak sedikit orang yang setelah sekian lama mengikut Tuhan menjadi kecewa. Sebabnya, kondisi kehidupan mereka tidak semakin membaik, tetapi malah memburuk. Begitu banyak tantangan dan kehilangan yang harus mereka alami selama menjadi anak Tuhan. “Apa untungnya ikut Tuhan Yesus kalau keadaanku malah jadi lebih buruk?”, mungkin begitu pikir mereka.

Bagian Alkitab yang menjadi dasar renungan kali ini sebenarnya diawali oleh percakapan antara Tuhan Yesus dengan seorang kaya (Mrk. 10:17-27). Orang tersebut sesumbar bahwa sejak mudanya, dia sudah menuruti seluruh perintah Allah. Namun ketika diminta untuk mempersembahkan seluruh hartanya, dia menolak. Dengan kecewa, dia pergi meninggalkan Tuhan.

Apa yang ditunjukkan orang kaya tersebut bertolak belakang dengan Petrus. Dia bertanya kepada Tuhan Yesus, apa yang akan dia dapatkan karena telah meninggalkan segala sesuatu demi menjadi pengikut-Nya (ay. 28)? Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal seperti itu akan menerima kembali seratus kali lipat di dunia ini, dan akan menerima hidup kekal di dunia yang akan datang (ay. 29-30).

Pernyataan tersebut sama sekali tidak mengajarkan bahwa hidup kita akan serba lancar. Atau, persembahan kita akan diganti seratus kali lipat secara nominal. Justru Tuhan Yesus mengiyakan bahwa kita bisa saja mengalami berbagai kerugian, bahkan penganiayaan. Namun, apa yang kita terima sebagai pengikut Kristus jauh lebih bernilai dibanding kerugian apapun yang menimpa kita. Kehilangan harta benda, keluarga, bahkan nyawa, tidak ada apa-apanya dibanding hidup kekal yang dijanjikan Tuhan.

Belum lagi, kualitas kepuasan yang kita terima karena hidup dekat dengan Tuhan. Walaupun secara kuantitas jauh lebih sedikit dibanding orang yang hidup sembarangan, tetapi kepuasan yang kita rasakan jauh lebih tinggi (Ams. 15:16). Ibaratnya, hidup dekat dengan Tuhan itu seperti makan bakso di warung pinggir jalan bersama pacar. Walaupun sederhana, tetapi jauh lebih nikmat dibanding makan di restoran mahal bersama bos yang galak.  

Pemahaman ini hendaknya menuntun cara pandang kita sebagai orang percaya. Jadikanlah Allah dan hal-hal yang bernilai kekal sebagai hasrat dalam hidup kita (Mzm. 73:25-26). Jangan mudah terkelabui dengan nilai-nilai dunia. Kelak, akan terbukti bahwa apa yang dikejar oleh orang-orang dunia ternyata tidak ada nilainya lagi dalam kekekalan (ay. 31).

Kemudian, jangan ragu untuk tetap setia pada panggilan Tuhan, apapun risiko yang kita hadapi. Persembahkanlah segala yang ada pada kita. Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, karena kita pasti akan ada dalam posisi “berutang.” Sampai kapanpun, kita tidak akan sanggup mengimbangi pengurbanan-Nya yang begitu besar demi menebus dosa kita. Amin.

REFLEKSI

Siapa yang rela melepaskan sesuatu yang tidak bisa dia genggam erat demi sesuatu yang kekal bukanlah orang yang bodoh (Jim Elliot)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa saja yang mungkin dialami oleh orang-orang yang selalu hitung-hitungan dengan Tuhan?
  2. Apakah masih ada sesuatu (baik berupa barang, impian, kebiasaan, dsb.) yang belum rela untuk Anda lepaskan sepenuhnya jika Tuhan menghendaki?

REFERENSI AYAT ALKITAB

28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” 29 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” (Mrk. 10:28-31)

Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan. (Ams. 15:16)

25  Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 26  Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. (Mzm. 73:25-26)

Hiduplah dalam Prinsip Hadiah, Bukan Upah (Rm. 4:1-8) | STUDIBIBLIKA.ID

Upah Melayani Tuhan | STUDIBIBLIKA.ID

The post Upah Mengikut Yesus (Mrk. 10:28-31) first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/10/03/upah-mengikut-yesus-mrk-1028-31/feed/ 0 2203
Adakah Dosa yang Tidak Diampuni Tuhan? https://studibiblika.id/2022/09/26/adakah-dosa-yang-tidak-diampuni-tuhan/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=adakah-dosa-yang-tidak-diampuni-tuhan https://studibiblika.id/2022/09/26/adakah-dosa-yang-tidak-diampuni-tuhan/#respond Mon, 26 Sep 2022 10:46:36 +0000 https://studibiblika.id/?p=2187 Doktrin pengampunan dosa merupakan konsep yang sangat menonjol dalam Kekristenan. Bahkan, doktrin ini merupakan salah satu hal yang

The post Adakah Dosa yang Tidak Diampuni Tuhan? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
Doktrin pengampunan dosa merupakan konsep yang sangat menonjol dalam Kekristenan. Bahkan, doktrin ini merupakan salah satu hal yang menjadi “daya tarik” bagi banyak orang untuk mulai belajar Alkitab dan mengenal Kristus (tentu saja, orang yang benar-benar bertobat akan menjadikan Kristus sebagai Tuhan, bukan sekadar mau diampuni dosanya).

Semua Dosa Diampuni Tuhan

Pengampunan dosa yang dinyatakan dalam Alkitab sungguh agung, jauh melebihi pengampunan yang terpikirkan dalam benak kita. Alkitab menyatakan bahwa seberapapun kelam hidup kita, Tuhan sanggup mengampuni dosa-dosa kita. Hal itu misalnya dinyatakan kepada Nabi Yesaya:

Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yes. 1:18)

Dalam kondisi tertentu, mungkin kita bisa berbuat kesalahan yang orang lain tidak akan sudi mengampuninya. Apakah Allah juga demikian? Sama sekali tidak! Kasih Allah sungguh besar, sehingga Anak-Nya sendiri pun Dia relakan (Yoh. 3:16). Dengan darah Kristus yang teramat mahal ini, dosa manusia sekelam dan sebanyak apapun akan sanggup disucikan.

Pembunuh, pezinah, pemerkosa, gembong narkoba, koruptor, semuanya tidak ada yang terluput dari pengampunan Allah asalkan mereka mau bertobat dan percaya kepada Kristus (Rm. 10:9). Bukankah di dalam Alkitab tertulis tentang Daud, seorang pezina dan pembunuh, Petrus, yang menyangkal Tuhan tiga kali, serta Paulus, penganiaya jemaat Kristen, semuanya pun mendapat ampunan?

Jadi, jika kita meragukan bahwa Allah tidak akan sudi mengampuni kita, atau pengurbanan Kristus belum cukup untuk menebus dosa kita sepenuhnya, itu sama saja kita sedang merendahkan-Nya. Ingat, Allah bukanlah manusia (Bil. 23:19)! Hikmat, kasih, dan rancangan-Nya jauh lebih agung dibanding apa yang manusia pikirkan (Yes. 55:8-9).

Kemudian, berbeda dengan pengampunan yang ditawarkan oleh manusia (bahkan yang dinyatakan dalam kepercayaan lain), Allah sudah memberikan pengampunan terlebih dulu bahkan sebelum kita berbalik kepada-Nya. Ingat tentang bagaimana kasih Sang Bapa dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Luk. 15:11-32)? Konsep pengampunan yang luar biasa ini juga dinyatakan oleh Paulus:

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Rm. 5:10)

Bagaimana kalau kita berulang kali jatuh dalam pelanggaran yang sama, walaupun kita sudah berusaha untuk menjauhkan diri dari dosa? Allah tahu bahwa selama kita ada dalam daging, kita tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan (2Kor. 5:6). Jika Allah menyuruh kita untuk mengampuni kesalahan orang “tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat. 18:22), maka Dia pun akan melakukan hal yang sama kepada kita!

Jadi, jangan ragu untuk terus meminta ampun pada Tuhan setiap kali kita jatuh dalam dosa. Asal jangan jadikan ini sebagai alasan untuk menjadi orang Kristen tomat, pura-pura tobat tetapi kumat (kambuh) lagi.

Dosa yang Tidak Diampuni Tuhan

Tetapi, bukankah di dalam Alkitab juga dinyatakan ada dosa yang tidak akan diampuni Tuhan? Perhatikan ayat-ayat berikut:

Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (Mat. 12:31)

Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal. (Mrk. 3:29)

Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. (Luk. 12:10)

Hal yang menggelisahkan hati beberapa orang Kristen adalah, apakah mereka telah melakukan dosa yang tidak terampuni ini?

Untuk memahami ayat-ayat tersebut, kita harus mengerti dulu apa yang dimaksud dengan “menghujat Roh Kudus.” Konteksnya, waktu itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menuduh bahwa Tuhan Yesus menggunakan kuasa Beelzebul (penghulu setan) ketika menyembuhkan orang yang kerasukan setan (Mat. 12:24; Mrk. 3:22). Tentu saja, mengakui karya Roh Kudus sebagai karya Iblis menandakan bahwa mereka menolak Allah sendiri. Mereka melakukannya dengan sadar (bukan karena kurang pengetahuan), karena jelas-jelas Tuhan Yesus berbuat itu semua bukan dengan kuasa Iblis.

Hati nurani mereka sama sekali tidak merasa bersalah ketika melakukan penghujatan tersebut. Mereka juga tidak menunjukkan adanya potensi untuk bertobat di kemudian hari. Inilah yang menyebabkan mereka berada di luar pengampunan Allah. Bukan Allah yang tidak mau mengampuni, melainkan mereka sendiri yang menolak-Nya. Keadaan keras hati seperti inilah yang membedakan mereka dengan Daud, Petrus (yang juga pernah menyangkal Kristus), Paulus, dan orang-orang berdosa lainnya yang di kemudian hari bertobat dan berbalik pada Allah.

Jadi, dalam konteks masa kini, satu-satunya dosa yang tidak terampuni adalah menolak Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat (dan ini dilakukan sampai akhir hayat).

Jika saat ini kita merasa khawatir “Jangan-jangan saya telah melakukan dosa yang kekal ini,” justru itu tandanya bahwa kita pasti sedang tidak melakukannya. Roh Kudus masih bekerja di dalam hati kita sehingga timbul perasaan bersalah. Cepat-cepatlah bertobat, jangan memberi celah pada Iblis untuk memanipulasi pikiran bahwa Allah tidak akan sudi mengampuni kita. Atau, malah hati kita sendiri akan semakin mengeras dan bebal. Selama masih ada kesempatan, marilah sambut tawaran anugerah pengampunan Allah yang luar biasa ini.

Baca juga:

Apakah Orang Kristen Bisa Hidup Tanpa Dosa? | STUDIBIBLIKA.ID

Ayat-Ayat Alkitab Tentang Dosa | STUDIBIBLIKA.ID

The post Adakah Dosa yang Tidak Diampuni Tuhan? first appeared on STUDIBIBLIKA.ID.]]>
https://studibiblika.id/2022/09/26/adakah-dosa-yang-tidak-diampuni-tuhan/feed/ 0 2187